Diantara perkara yang menyelamatkan dari siksa api neraka Allah adalah taubat

MT Anwarul Hidayah

Kamis, 27 Febuari 2020

Kitab Ajalatussibaq (Akhlak)

Ustadzah Aisyah Farid BSA

بسم الله الر حمن الر حيم

Diantara perkara yang menyelamatkan dari siksa api neraka Allah adalah taubat.

Bertaubatlah setiap waktu. Ini menandakan manusia tidak luput dari dosa. Kita harus menyesal terhadap dosa yang telah kita lakukan.

Mungkin ada orang yang bisa menjaga dzohirnya , matanya terjaga, dirinya terhindar dari dosa. Tapi tidak tahu bagaimana hatinya, bisa jadi hatinya itu bermaksiat. Dalam ibadah kita tidak tahu hatinya. Ada orang yang fisiknya shalat, tapi hatinya maksiat. Maksiat dalam shalat yaitu adanya kedengkian dan hasud dihatinya.

Allah berfirman “Bertaubatlah kalian semua, wahai orang orang yang beriman”

Mungkin langkah kita terjaga, tapi tetap ada saja dosa (yang kita lakukan). Bisa jadi (dosa yang dilakukan ) melalui telinga, mata, mulut kita, secara tidak sengaja mengerjakan dosa.

Karena manusia itu sering tidak sadar, saat sedang mengobrol mungkin saja “keceplosan” tidak sengaja berkata sesuatu yang menyinggung perasaan orang.

Bagi orang yang memiliki iman disuruh bertaubat, khawatir kita melakukan banyak dosa.

Ada 2 hal yang membuat Sayyidina Umar terkadang tertawa & menangis.

Saat tertawa beliau itu mengingat masa ketika sebelum masuk ke ajaran islam, jika musim panen kurma, beliau membuat patung berhala dari korma. Begitu datang paceklik, kelaparan, dan susah mencari makanan kecuali patung berhala yang terbuat dari korma tersebut, maka beliau mengambil dan memakannya. Beliau berkata “Begitu bodohnya aku, menyembah dewa yang aku rakit dengan tangan ku sendiri, dan bisa aku apakan saja semauku”.

Dan menangis ketika mengingat, dulu dimasa jahiliyah (yang Allah maafkan semua kesalahan yang dilakukan orang jahiliyah). Dulu beliau punya anak perempuan, dan ketika istrinya melahirkan, maka disembunyikan identitas anak perempuannya tersebut, karena orang arab dulu tidak suka mendapat kabar jika yang lahir adalah berjenis perempuan. Pakaiannya dibuat samar (seperti laki-laki). Namun, ketika mulai beranjak besar bisa diajak berkomunikasi, Sayyidina Umar mulai curiga dan kemudian dia mengecek keadaan fisik anaknya, dan sampai diketahui bahwa anaknya adalah perempuan. Kemudian Sayyidina mengajak anaknya bermaksud untuk dikubur. Anaknya yang sudah besar tidak tahu maksud ayahnya, namun dia membantu sang ayah mengubur lubang untuk kuburannya. Setelah selesai membuat lubang, maka anak perempuannya dikubur hidup-hidup. Maka jika mengingat hal itu Sayyidina Umar menangis.

Beliau berkata “Pada masa jahiliyah dulu, dosa-dosa diampuni, namun aku tidak tau apakah dosaku yang satu ini diampuni oleh Allah, saat aku mengubur anak perempuanku hidup-hidup. Saat aku mengenal islam dan mengetahui bahwa mengubur anak perempuan itu dosa, aku menangis sejadi-jadinya, aku sangat amat menyesal”.

Imam Ghazali berkata, “Dengan mengingat dosa, kita disuruh bertaubat, karena dengan taubat berarti Allah sedang mencuci hati kita.”

Nabi berkata , “Bertaubatlah kalian kepada Allah taala, Sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah 100 kali sehari”. Padahal Nabi terjaga dari dosa dan masuk surga. Tapi beliau tetap istighfar meminta ampun 100 kali sehari.

Kalau Nabi saja mengajarkan kita untuk bertaubat 100 kali, maka seharusnya kita bertaubat lebih dari itu. Karena kita ini banyak dosa.

Maka wajar jika dalam dalam bulan Rajab ini, terdapat amalan berisighfar 3000 kali, itu diambil dari perbuatan Nabi yang beristighfar 100 kali sehari. Dimana jika kita buat istighfar selama bulan Rajab sebanyak 3000, dan jumlah ini dibagi-bagi selama 30 hari, maka dapatlah bacaan istighfar sebanyak 100 kali sehari.

Apa taubat itu ? menyesal dan melepas diri dari dosa yang kemarin, berjanji kemudian tidak mengerjakan dosa tersebut.

Dulu ingat pernah mengambil sesuatu dari orang, maka kembalikan kepada pemiliknya, itu adalah taubat yang sempurna.

Jika taubatnya itu, berkaitan dengan orang lain, maka harus minta ridho kepada orang itu. Dan jika dosanya adalah mengambil sesuatu dari orang lain, maka kembalikan kepada yang pemiliknya. Maka itu taubat yang sesungguhnya. Jika belum dikembalikan maka syarat taubat belum terpenuhi.

Ada kisah dimana seorang rentenir bertaubat sebelum menghadap kematian.

Kenapa dia (rentenir) bisa bertaubat ? karena beberapa tahun silam, dia pernah duduk di suatu majelis. Dia (rentenir) duduk di pojok (dengan niat mau menagih hutang kepada salah satu jamaah yang ada di majlis tersebut). Dan pada saat itu Allah sedang membagi-bagikan Rahmatnya dan dia(rentenir) juga kecipratan Rahmatnya Allah meskipun ada di pojok dan bukan berniat mengaji. Dari kecipratan Rahmatnya Allah, setelah bertahun-tahun kemudian dia bertaubat. Di mengembalikan hak-hak orang yang pernah dia zalimi . Kemudian keesokan harinya dia tutup usia dengan sebaik-baiknya tanpa ada tanggungan. Hanya karena pernah datang ke majlis yang tidak ada niat untuk belajar tapi dia masih mendapat Rahmatnya Allah.

Oleh karena itu, jika datang ke majlis usahakan memiliki Niat yang kuat untuk duduk didepan. Karena Rahmat Allah banyak diberikannya di paling depan.

والله أعلمُ بالـصـواب