Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2022
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Syekh Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : Majelis Ta’lim Bannat Umul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
“Seandainya anak cucu Adam memiliki keyakinan walaupun hanya seberat satu biji gandum tentang keagungannya terhadap Allah, maka niscaya dia akan berjalan diatas air dan diatas api”
Andai kita kagum terhadap Allah, kagum terhadap nikmatnya Allah, kagum terhadap kehebatannya, kagum terhadap apa yang Allah telah berikan kepada kita selama hidup, kagum terhadap ciptaan Allah, kagum dengan sebenar-benarnya kalimat, melakukan sebenar-benarnya pengagungan walau seberat biji gandum, maka kita bisa sampai ke derajat tersebut. Tapi karena bahkan untuk sampai ke sebesar biji gandum saja kita merasa sulit, bagaimana yang lebih daripada itu?
Jika seseorang dihatinya punya yakin kepada Allah, kagum dengan apa yang Allah berikan dan apa yang Allah ciptakan, maka dia dapat berjalan diatas air dan api.
Kita merasa sudah bersyukur, sudah melakukan kewajiban, sudah banyak membuat sesuatu yang lebih, padahal kenyataannya?
Maka kita sadar disini belum sepenuhnya mengagungkan Allah dan kita sadar harus mengagungkan Allah.
Sadar bahwa diri kita lemah, maka kita akan sampai kepada titik ma’rifat. Ini yang disebut ilmu ma’rifat. Ilmu ma’rifat didapat karena belajar dari kelemahan diri sendiri. Pada saat seseorang sadar dirinya lemah, tidak bisa berbuat apa-apa tanpa adanya campur tangan Allah, maka saat itu orang tersebut masuk kepada ilmu ma’rifat.
Semakin kita sadar tentang kelemahan dan dimana posisi kita, maka kita akan sedikit naik derajat ilmunya tapi seperti orang yang ilmunya luas.
Tujuan mencari ilmu adalah untuk menyadarkan siapa diri kita. Tujuan kita diperintahkan untuk belajar adalah agar kita tahu siapa diri kita dan tahu siapa Allah. Bukan dengan adanya ilmu, lalu kita menjadikan diri kita siapa siapa.
Terkadang ada orang yang merasa dirinya punya ilmu, inginnya dihormati, ditinggikan. Padahal kita yang mencari ilmu itu menunjukkan bahwa kita lagi dituntun untuk kenal siapa diri kita, bukan untuk sombong, bangga-bangga, dan merasa diri hebat. Tapi justru kita semakin melemah dan merendah dihadapan Allah.
Dengan ilmu, seseorang akan sadar bahwa dirinya lemah. Tetapi sejatinya, Allah sedang mengangkat derajatnya.
Ilmu ma’rifat ini mahal, tidak mudah, tidak semua orang diberikan.
Seperti iman, tidak semua orang diberi iman. Ada orang yang di lahirkan dalam keadaan sudah beriman, bertemu dengan keluarga muslim. Ada orang yang bertemu imannya setelah umurnya 20, 30, atau 40 tahun lalu masuk islam karena Allah kasih hidayah. Dan ada orang yang bahkan sampai detik ini belum diberi hidayah oleh Allah.
Bahkan saat kita bisa sholat, bisa hadir mengaji, bukan karena kita yang bisa (melakukan kebaikan itu), tapi karena Allah. Semua banyak campur tangannya Allah.
Ada yang sholat di awal, tengah, dan akhir waktu. Semua itu adalah campur tangan Allah. Bahkan ada yang tidak sholat juga, ini merupakan bahaya yang dapat diartikan bahwa Allah tidak ingin orang tersebut sujud kepadaNya.
Ada umat islam tidak sholat, tidak mengaji, dan tidak ibadah. Hal tersebut bukan tentang karena dia yang belum siap, tapi karena Allah yang tidak mau lihat dia. Ini yang paling ditakuti orang sholeh saat mereka terhalangi pada kebaikan, mereka meratapi diri berbarengan dengan berpikir dan berkata“Apa salah saya?”, “Apa kesalahan ku ya Rabb, kalau saya salah tolong maafkan”
Kisah Nabi Yunus masuk perut Ikan Paus
Saat Nabi Yunus a.s. masuk kedalam perut ikan paus, beliau tidak mengeluh dan tidak bilang “Aku Nabimu, kenapa Engkau uji aku seperti ini”
Tetapi beliau melemah dan menunduk dihadapan Allah sambil berkata,
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim”
Kisah Nabi Yahya terbunuh dengan Gergaji
Nabi Yahya a.s. dibunuh dengan gergaji oleh Allah (terbunuhnya digergaji)
Saat gergaji tersebut sampai kepada kepalanya, Nabi Yahya berteriak “Yaa Allah”
Kata Allah, “Jika kamu berteriak sekali lagi, maka kamu akan Saya keluarkan dari kelompoknya para anbiya”
Maka akhirnya beliau diam dengan pasukannya mengumpat dibalik pohon. Kemudian musuhnya datang dan memotong pohonnya dibelah menjadi dua.
Kisah Rasulullah dilukai hingga Berdarah
Rasulullah saat dilukai (ditimpuk) di Thaif hingga berdarah-darah kemudian tiba di salah satu perkebunan seseorang.
Rasulullah mengatakan kepada Allah, “Apa saya harus kembali kekampung saya? Atau kepada yang jauh (Thaif). Jika bukan kepada-Mu aku berharap, jika bukan mengharap ridho mu, siapapun orang yang mau melakui ku asalkan Engkau ridho, saya tidak peduli. Jika memang siksaan mereka yang diberikan kepadaku membuat-Mu ridho, aku ridho Ya Allah”
Mereka tidak pernah menyalahkan orang lain, tapi mereka kembali kepada dirinya sendiri. Belajar menyikapi hidup dengan cara seperti apa yang disikapi para kekasihnya Allah.
Ada sebuah syair, “Jika syukur ku terhadap nikmat adalah nikmat, maka syukur atas nikmat itu nikmat”
Jadi ungkapan syukur kita kepada Allah adalah nikmat karena Allah ingin menuntun lisan kita untuk bersyukur kepada-Nya.
Kisah Seseorang yang Sakit namun Lisannya Tidak Berhenti untuk Mengucap Syukur
Kisah seorang sahabat Nabi. Kala itu beliau tinggal disebuah padang dengan anak atau cucunya.
Kemudian datang seorang musafir yang melihat ada sebuah tenda untuk beristirahat dan melihat keadaan beliau yang sekujur tubuhnya dijangkit penyakit, mata nya buta, kakinya cacat, dan hanya punya anak yang biasa nemenin beliau mengurus keperluannya.
Musafir tersebut terkejut melihat keadaan beliau yang sangat mengenaskan tersebut tapi lisannya tidak berhenti mengucap “ الْحَمْدُ للَّهِ.. الْحَمْدُ للَّهِ .. الْحَمْدُ للَّهِ ”
Beliau mengira musafir tersebut adalah anaknya, tapi ternyata bukan. Kemudian beliau bertanya, “Apa kamu perlu sesuatu?”
Musafir tersebut menjawab dan bertanya “Tidak, saya hanya ingin istirahat sebentar. Apa kamu tinggal seorang diri?”
Beliau kemudian menjawab “Tidak. Saya punya anak yang biasa nolongin keperluan saya, tapi sudah dua hari ini tidak pulang. Apa bisa kamu coba telusuri ke jalan mungkin dia terluka, tolong bantu lihatin”
Musafir tersebut pergi ke tengah jalan dan betul saja anak tersebut ditemukan dijalanan dalam keadaan wafat. Kemudian musafir tersebut memberi tahu beliau, dan beliau mengatakan
“ اِنَّا لِلهِ وَاِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْن , الْحَمْدُ للَّهِ ”
Musafir tersebut kebingungan mengapa bersyukur padahal dalam keadaan sulit. Alasannya apa?
Beliau mengatakan, “Saya bersyukur kepada Allah atas lisan ku ini yang masih diizinkan bersyukur kepadanya”
Kita baca sholawat, tahlil, tasbih, dan dzikir lainnya bukan karena kita yang bisa, tapi karena Allah yang masih mengizinkan lisan kita untuk berucap. Allah mau lisan kita bersyukur.
Kebaikan-kebaikan yang dapat kita lakukan bukan karena kita, tapi karena Allah yang bikin kita baik.Semua nikmat yang ada didepan mata kita, umur yang masih di berikan terus bersambung, semua itu nikmat.
Allah SWT. mengatakan, “Jangan berani-berani menghitung nikmat-Ku, karena kalian tidak akan sanggup menghitungnya”
Menghitungnya saja sudah tidak sanggup, bagaimana mensyukurinya?
Senang dan sedih adalah nikmat
Kalau kita mendapat kesenangan, itu adalah nikmat dari Allah. Jika dapatnya ujian atau cobaan, pasti umumnya kita sedih, bukan?
Padahal jika kita tahu dibalik ujian ada pahala, siapa dari kita yang ingin menangis?
Allah memberi kesenangan itu nikmat. Allah memberi ujian atau kesedihan itu juga nikmat.
Setiap kesulitan ada ganjarannya. Setiap masalah ada pahalanya. Ini hanya tentang kepercayaan kita kepada Allah. Ujian itu nikmat. Saat Allah kasih ujian, Allah juga akan beri balasan dan imbalan.
Tidak benar jika ada orang yang menyebut ujian adalah kesengsaraan dan ujian adalah segalanya kehancuran. Semua ujian yang kita lalui dalam diri kita, Allah akan balas (dengan pahala), walau hanya karena duri yang tertancap.
Semua rasa sakit jika dilewati dengan sabar, maka akan dapat pahala karena hal tersebut sudah merupakan jaminan dari Allah.
Kata Ulama, “Sedih dan senang itu nikmat. Senang diberi nikmat itu nikmat, diberi ujian juga nikmat”
Habib Abdullah AlHaddad berkata, “Berapa banyak pemberian dari Allah bisa menjadi sebuah bencana untuk kita jika kita tidak pandai-pandai syukur”
Contoh, saat Allah beri seseorang sehat tapi dia menjadi sombong.
Semua ujian dan nikmat yang Allah berikan kepada kita sejatinya adalah nikmat. Senang maupun sedih, keduanya adalah nikmat dari Allah SWT. Kita harus sadar nikmat Allah sangat luas, tidak bertepi dan tidak ada batasnya.
Maka jangan pernah kita merasa tidak dapat seperti apa yang diharap karena kita tidak pernah tahu rahasia daripada nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ