Ahad, 21 Januari 2024
Majelis Al Hakim, Purwakarta
oleh Ustadzah Aisyah Farid BSA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Mengingat Sayyidah Fatimah
Kita berkumpul disini ingin mengambil barokah dari kelahiran insan wanita yang mulia, kekasih Nabi Muhammad ﷺ. Yang mana dia dikatakan dalam sebuah hadits, “Dia adalah pemimpin penghulu para wanita di surga.”
Beruntung bagi orang yang mengenal sosoknya dan meneladani jalannya. Rugilah orang yang bahkan tak kenal apalagi tidak berjalan di jalannya.
Sayyidah Fatimah lahir lima tahun sebelum Nabi kita diutus. Pada saat beliau lahir, kebahagiaan begitu luar biasa menyelimuti hati junjungan Nabi Muhammad ﷺ. Kebahagiaan luar bisa pun menyelimuti hati Sayyidah Khadijah. Sehingga membuat kedua pasangan ini yang baru diilhamkan dan baru diberikan oleh Allah keturunan, karena jarak Sayyidah Fatimah dan kakak-kakaknya lumayan.
Dan itu menjawab pertanyaan orang, “Kenapa di dalam kisah, yang banyak dengar ceritanya Sayyidah Fatimah, mana puteri-puteri Nabi lainnya?” Maka jawaban ini terjawab, karena saat Sayyidah Fatimah lahir diusia lima tahun Nabi diutus. Cerita demi cerita mulai di catat. Ketika Nabi diutus, hari itu anak-anak Nabi yang lain sudah berpisah rumahnya dengan Nabi karena mereka sudah menikah dan tinggal bersama suaminya masing-masing. Kecuali Sayyidah Fatimah yang masih belia setia menemani Nabi Muhammad ﷺ.
Tinggal bersama dengan Nabi membuat dia ketika lahir, Sayyidah Khadijah sangat mengawasi wajah Sayyidah Fatimah seraya berkata, “Anak kita yang ini mirip betul denganmu, Wahai Muhammad.”
Wajahnya seolah-olah betul-betul duplikatnya Rasulullah ﷺ. Dan ternyata bukan hanya wajah yang mirip, tetapi seluruh perangainya Rasulullah ﷺ melekat di dalam kepribadiannya seorang Sayyidah Fatimah.
Dan itu dikatakan dengan pasti. Siapa yang menjamin ucapan itu? Seorang Sayyidah Aisyah. Sayyidah Aisyah mengatakan, “Tidak ada orang yang lebih mirip kepada Nabi melebihi Fatimah.” Sayyidah Aisyah yang mengatakan dengan lisannya sendiri, “Tidak ada orang yang wajahnya, yang duduknya, yang jalannya, bahkan gerak-geriknya, ucapannya, lebih jujur dari Nabi melebihi Fatimah.”
Betul-betul duplikatnya Nabi ada pada sosok seorang puterinya yang bernama Fatimah.
Kedudukan Sayyidah Fatimah
Orang-orang bertanya “Kenapa dikasih nama Fatimah?”
Ternyata dibalik nama Fatimah ada jawaban yang memberi jawaban dan kepastian akan besarnya kedudukan seorang Fatimah.
Ketika ditanya “Kenapa namanya Fatimah?”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Kenapa aku beri dia nama Fatimah? Karena Allah telah menjaganya dari api neraka, Allah melindunginya dari api neraka.”
Dan ini semua menandakan bahwa kedudukan Sayyidah Fatimah yang sangat tinggi, yang sangat luhur, yang sangat luar biasa, dan itu semua sesuai dengan yang Nabi katakan saat Nabi ditanya, “Siapa Rasul orang yang paling kau cintai?” Nabi menjawab, “Fatimah.”
Dia adalah keluarga yang paling dicinta oleh Nabi.
Katanya, “Tidaklah Nabi duduk dirumah kemudian Sayyidah Fatimah datang, kecuali Nabi yang sedang duduk berdiri menyambut kedatangannya Fatimah seraya memberi ciuman penuh kasih sayang dikeningnya Fatimah, lalu kemudian menarik tangannya dan meminta Sayyidah Fatimah untuk duduk ditempat duduknya Nabi Muhammad ﷺ”
Jika kita lihat, mungkin tidak ada orang tua yang seperti itu dengan anaknya. Karena rata-rata yang sering kita lihat, yang diajarkan, anak berdiri saat orang tua datang, anak cium tangan saat orang tua datang. Jika bertemu ada orang tua berdiri sampai seperti itu, menyambut kedatangan anak, itu langka. Dan ini yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk puteri tercintanya seorang Fatimah. Apa yang Nabi mau sampaikan kepada kita? Nabi mau memberi tahu kedudukan Sayyidah Fatimah. Dan Nabi seolah mau memberi tahu kepada orang, betapa cintanya beliau kepada Fatimah.
Dan ini menjadi pelajaran untuk kita, jika kita di dunia tidak benar-benar kenal kepada Sayyidah Fatimah, maka kemana lagi kita ini mau mengenal Sayyidah Fatimah? Karena di akhirat, tentulah informasi tentang seorang Sayyidah Fatimah sudah tidak ada lagi yang disebarkan.
Jika di dunia kita tidak benar-benar mau cari tahu dan mau mendekat kepada seorang Fatimah, maka jangan harap jika di akhirat tiba-tiba kita tersadar, ternyata Sayyidah Fatimah orang yang memang perlu diikuti. Lalu di akhirat kita mau berusaha mengejarnya, sementara selama di dunia kita tidak pernah peduli dengan Sayyidah Fatimah, maka pengejaran kita di akhirat tentu akan sia-sia. Karena tolak ukur orang yang dekat dengan seorang Sayyidah Fatimah di akhirat adalah tolak ukurnya sedekat apa dia di dunia dengan Sayyidah Fatimah. Jika di dunia sudah dekat, maka di akhirat tentu pasti dia akan dekat. Tapi jika di dunia, kenal pun sekedarnya, mungkin banyak informasi di luar yang jauh lebih dia kenal daripada seorang Sayyidah Fatimah, mungkin tanggal lahirnya orang lain lebih mudah dihafal dan lebih mudah diingat daripada kelahiran seorang Sayyidah Fatimah, atau mungkin jalan hidupnya seseorang lebih kita ketahui daripada kehidupan seorang Sayyidah Fatimah, maka alhamdulillah hari ini yang Allah kumpulkan kita disini justru kita semakin ingin menambah pengetahuan tentang kelahiran Sayyidah Fatimah, tentang sosoknya Sayyidah Fatimah yang mana pengetahuan yang semakin bertambah akan menjadikan tambahnya dekat kita kepada Sayyidah Fatimah di akhirat nanti.
Cintai Allah dan RasulNya
Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“Cintailah Allah karena memang Allah yang selama ini memberimu nikmat yang berlimpah.”
Satupun dari kita hari ini tidak ada yang makan karena jeripayahnya. Tidak ada yang menenggak air minum karena jerihpayahnya. Tidak ada dari kita yang bahkan bisa melangkah hanya karena tenaga dan kekuatannya. Tetapi sejatinya, apa yang kita dapat hari ini, semua itu adalah karena Allah yang memberikan nikmat itu. Dari sejak kita membuka mata, kenapa kita disuruh doa,
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
Ucapan itu adalah ungkapan syukur atas nikmat Allah yang kembali membuat kita terbangun. Karena orang yang tidur itu disebut mati kecil. Dan banyak orang yang tertidur, belum tentu bisa bangun lagi. Jika Allah sudah tentukan lewat akan lewat. Tapi alhamdulillah, setiap kali kita selama ini tidur, kita dikasih bangun.
Maka bunyi doanya, “اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ ”
“Terima kasih ya Allah, Engkau telah membangunkan kami setelah kau buat kami mati. Dan hanya kepadaNya kami esok akan kembali.”
Syukur kepada Allah. Dari membuka mata, Allah masih memberikan kita bisa melihat. Dari membuka mata, Allah masih memberikan kita bisa mendengar. Dari membuka mata, Allah masih membuat kita sanggup bangun dari tempat kita tidur, beranjak ke kamar mandi, mengerjakan ibadah, dan lain sebagainya. Ini nikmat dari Allah.
Maka dari itu Nabi tekankan, “Cintai Allah.”
Artinya kita bukan hanya diperintahkan untuk belajar untuk tahu jika Allah yang memberikan kita nikmat. Kita tidak hanya diperintahkan untuk belajar untuk tahu bahwa semua sumber tenaga, kekuatan, energi yang kita punya datangnya dari Allah, tapi apa yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ? kamu diperintahkan untuk cinta kepada Allah. Karena jika hanya tahu yang memberi nikmat itu Allah, mungkin anak kecil diajarkan juga tahu. Tapi tujuan untuk tahu yang memberi nikmat itu Allah agar memupuk rasa cinta di hati kita kepada Allah.
Karena sifatnya manusia itu suka kepada orang yang suka memberi kepadanya. Maka dari itu Rasulullah ﷺ mengatakan, “Jika kamu senang dengan seseorang dan mau membuat orang itu senang sama kamu, maka sering berikan dia hadiah.”
Lama-lama dia akan cinta kepadamu, lama-lama dia akan suka kepadamu. Melihat ada orang baik kita ingin kenal, kita ingin dekat, diberikan caranya oleh Nabi. Ingin dekat dengan orang, berikan hadiah. Karena manusia punya watak, senang jika orang berbuat baik kepadanya. Dikasih sekali hatinya bertanya, “Tumben amat ada angin apa ini?” Dikasih kedua kalinya, sudah tidak bicara seperti itu, dikasih ke dua kalinya, “Kayaknya ini orang emang baik beneran.” Saat dikasih ketiga kalinya, “Ini orang emang baik banget.” Saat dikasih yang keempat kelima dan keenam kalinya, “Luar biasa masyaAllah tau kayaknya ni orang bidadari dari langit dikasih sama Allah, hadiah dari Allah kayaknya buat kita.” Kenapa? Karena selalu dikasih.
Kenapa ibu-ibu mudah kesal dengan suami? Jika suaminya kurang memberikan uang, ibu kurang senang. Tapi saat suami lagi memberikan uang selalu, ibu sangat senang. Katanya, “Emang ini yang kita perlu, emang ini yang kita mau.”
Tolak ukur orang itu dari kadar senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terkadang dari letaknya pemberiaan. Maka dari itu Rasulullah ﷺ mengaitkan, “Kenapa cinta sama Allah?” Karena Allah yang memberi kita. Dan kita diperintahkan untuk sadar bahwa yang kau terima dari orang, yang kau dapat dari orang itu tidak sebanding dengan yang Allah berikan kepada kita.
Nikmat melihat, nikmat mendengar, nikmat kita bisa berdetak jantung, nikmat bisa menghembuskan nafas, nikmat kita bisa melangkah, berjalan, bergerak, dan lain sebagainya. Ini nikmat. Sebaik-baiknya orang, orang memberikan kita untuk kebutuhan lahiriyah, hadiah lahiriyah. Tapi, siapa orang yang tiba-tiba mau datang memberikan kebutuhan batiniyah?
Tiba-tiba orang bisa datang, seumpamanya kamu punya masalah tulangnya patah, lalu dia mengatakan, “Ambil aja tulang ana.” Tidak mudah orang bisa seperti itu, karena mereka juga tidak bisa melakukan pemberiaan itu.
Ada orang susah bernafas, “Digantiin aja sini ambil oksigen ana.” Bagaimana caranya memberikan oksigen kita ke mereka? Sekalipun ada orang hari ini, saudara kita, kerabat kita ginjalnya bermasalah, lalu kita mau kasih ginjal kita, tapi bagaimana caranya kita mau kasih ke dia? Kenapa? Karena itu seolah sudah masuk ke ranahnya Allah.
Sehebat apapun orang memberimu, tidak akan pernah sebanding dan sepadan dengan pemberian Allah kepadamu.
Orang sayang kepada kita, sebesar apapun sayangnya mereka kepada kita, secinta apapun mereka kepada kita, tahu-tahu kita diberi satu penyakit tidak bisa melihat, yang cinta kita menangis ingin kasih matanya satu untuk kita. Tapi apa daya, apa semudah itu memberikan mata lalu orang yang diberikan langsung bisa melihat kembali? Kenapa? Karena itu ranahnya Allah.
Kita sebagai hamba harus tahu, Allah memberi kita melebihi dari yang kita sangka. Kenapa kita harus tahu? Agar kita bisa memupuk rasa cinta di dalam hati kita kepadaNya.
Karena Rasulullah ﷺ memerintahkan, bukan mengetahui. Yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ adalah cintai Allah.
Dan bahkan Ulama mengatakan,
“Diantara pendidikan yang harus orang tua ajarkan kepada anaknya dari mereka kecil, bagaimana caranya cinta kepada Allah.”
Bayangkan, dari kecil anak kita harus dijarkan bagaimana caranya cinta kepada Allah. Karena memang jika hari ini kita mengukur dengan kadar cintanya makhluk dengan cintanya khaliq yaitu cintanya Allah, betul-betul kita akan menemukan jawaban bahwa yang Allah berikan kepada kita sangat tidak bisa dibandingkan dengan pemberian makhluk sebaik apapun dia.
Dari sini kita paham, harusnya cinta kita kepada makhluk tidak pernah melebihi cinta kita kepada Allah, harusnya sayang kita kepada makhluk tidak melebihi sayang kita kepada Allah, maka kita harus letakkan Allah yang paling pertama.
Kemudian setelah kita paham betapa pentingnya cinta kepada Allah, Nabi kemudian menambahkan, kita diajarkan cinta Allah saja tidak cukup karena kemudian kita punya tambahan sosok manusia yang perlu kita cinta. Siapa itu? Rasulullah ﷺ. Tapi pesannya apa? “Dan siapa yang mencintaiku, dia mencintai Allah.” ini tawadhunya Rasulullah ﷺ.
Cintanya Allah kepada Rasulullah ﷺ
Padahal jika kita ukur-ukur, Rasulullah ﷺ itu berjuang untuk umatnya tidak bisa diukur dengan apa-apa. Kita punya pengukur sepintar apapun dan sehebat apapun, tapi cintanya Rasulullah ﷺ untuk umat itu belum pernah ada yang menandinginya.
Semua Nabi cinta umatnya. Tidak ada Nabi yang tidak cinta umatnya, tapi tidak ada Nabi yang lebih cinta umatnya melebihi cintanya Nabi kepada umatnya. Semua Nabi peduli kepada kaum dhuafa, semua Nabi peduli dengan orang-orang yang susah, semua Nabi peduli dengan fakir miskin, peduli dengan orang susah, peduli mau mengajak orang di jalan yang benar, semua Nabi seperti itu. Tapi kepeduliannya tidak ada yang lebih daripada Nabi Muhammad ﷺ. Yang mana kita bersama tahu, kepedulian Nabi kepada umatnya itu sampai Allah pernah menurunkan malaikat Jibril yang melihat Nabi saat turun salah satu ayat dari ayatnya Allah perihal tentang kisahnya Nabi Isa yang menyerah dengan umatnya, kisahnya Nabi Ibrahim yang menyerah dengan umatnya.
Dalam ayat disebutkan, Nabi Isa berkata,
“Yaa Rab, kalau kau mau ampuni dosa hambamu ini mereka adalah hambamu. Tapi kalau engkau ngga mau ampuni mereka juga, sesungguhnya engkau itu adalah Tuhan Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Seruan Nabi Isa ini diabadikan oleh Allah di Al Qur’an. Hal ini menandakan bahwa Nabi Isa sempat kapok dengan umatnya. Bayangkan,
“Yaa Rab, kalau kau mau terima mereka, terima ini hambamu. Tapi kalau kau tidak mau mengampuni mereka, Engkau yang maha luas rahmat dan kasih sayangnya.”
Ini maksudnya Nabi Isa, Allah tidak akan salah dalam menghakimi seseorang. Waktu Nabi baca, Nabi menangis sangat deras air matanya sampai tidak ada satu pun sahabat yang bisa memberhentikan nangisnya Nabi Muhammad ﷺ.
Beliau terus menangis sampai Allah berkata kepada malaikat Jibril,
“Ya Jibril, turun kamu ke hambaku Muhammad. Ada apa dengannya?”
Allah Maha Tahu, tapi Allah mau mengajarkan kita dan mau memberi tahu kita. Karena jika Allah tidak memerintahkan malaikat Jibril turun untuk bertanya, mungkin sampai hari ini kita tidak tahu sebab tangisannya Rasulullah ﷺ.
“Turun kepada hambaku Muhammad, tanya dia mau apa? Kenapa dia menangis sebegitunya?”
Turun malaikat Jibril dan bertanya, “Yaa Muhammad, Allah suruh aku turun kesini untuk tanya untuk apa kau menangis?”
Dijawab oleh Rasulullah ﷺ, “Yaa Jibril, aku sedang duduk membaca dari firman-firman Allah dan aku lewati ayat ini, ayat dimana Nabi Isa seolah menyerah dengan umatnya. Seolah Nabi Isa kapok dengan umatnya. Seolah Nabi Isa menyerahkan perkara umatnya karena ketidaksanggupan dia untuk lagi mengurus dan mengatur umatnya.”
Saat itu ada sahabat yang sangat senang Rasulullah ﷺ jika dingajikan Al Qur’an. Dan sahabat yang paling sering dipanggil oleh Nabi untuk membaca Al Qur’an itu adalah Sayyidina Abdullah bin Mas’ud. Yang katanya, Sayyidina Abdullah bin Mas’ud suaranya miripdengan Nabi Daud, merdu suaranya.
Rasulullah ﷺ sering memanggilnya, “Yaa Abdullah, sini duduk ngaji” Rasulullah duduk, Sayyidina Abdullah mengaji, membacakan ayat, membacakan Al Qur’an, Rasulullah mendengarkan. Walaupun waktu itu Al Qur’an belum sempurna, penggalan demi penggalan.
Saat melewati ayat itu, Rasulullah ﷺ kemudian mengatakan kepada Jibril, “Saya teringat dengan umat saya. Kira-kira nasib mereka kalau saya wafat nanti gimana? Siapa yang akan ngarahin mereka? Siapa yang akan tuntun mereka? Dan kemana arah mereka akan berjalan? Siapa yang akan mengarahkan mereka? Dan Yaa Jibril, aku mikirin nasib umatku nanti di hari kiamat.”
Seolah rasanya Nabi itu mau menyampaikan,
“Saya ngga sanggup berkeluh kesah kepada Allah tentang mereka.”
Memang jika kita lihat-lihat, Nabi yang tidak pernah mengadukan nasib umatnya itu hanya Rasulullah ﷺ. Nabi yang tidak pernah mengadu tentang jeleknya tingkah laku kita itu Rasulullah ﷺ.
Seolah yang dipikirkan, “Nanti di akhirat bagaimana mereka? Bagaimana nasibnya mereka?”
Yang dipikirkan oleh Rasul, “Kalau Rasulullah wafat, mereka ngga ada lagi yang tuntun, ngga ada lagi yang bimbing, gimana mereka?” Subhanallah.
Malaikat Jibril kemudian datang kepada Allah dan menyampaikan,
“Yaa Rabb, Engkau Maha Tahu apa yang disampaikan hambamu Muhammad. Atas dasar apa tangisannya yang begitu meledak-meledak sehingga tidak seorangpun bisa memberhentikan air matanya yang mengalir deras.”
Kemudian Allah mengatakan, “Yaa Jibril, turun kepada hambaku Muhammad. Katakan kepadanya, kalau engkau Muhammad ingin Allah berikan tanggung jawab penuh terkait umatmu, terserah kau mau apakan saja umatmu. Mau kau masukkan semuanya ke surga boleh, mau kau selamatkan semuanya boleh, atau mau kau apakan saja umatmu silahkan. Allah serahkan perkara umatmu kepadamu wahai Muhammad. Katakan kalau Muhammad mau seperti itu, saat ini juga Allah akan berikan umatnya kepadany. Tapi katakan kepadanya, jangan menangis lagi.”
Karena setiap Rasulullah ﷺ menangis, Arasy itu berguncang. Setiap Rasulullah ﷺ meneteskan air mata, semua makhluknya Allah yang ada dilangit itu kewalahan. Mereka tidak sanggup mendengar tangisannya Rasulullah ﷺ.
Kata Allah, “Kalau mau sehari ini juga, detik ini juga, semua urusannya Muhammad tentang umatnya kuberikan kepadanya, namun suruh dia berhenti dari nangisnya.”
Turun malaikat Jibril, “Yaa Muhammad, Allah mengatakan, kalau kau mau hari ini juga, detik ini juga, seluruh perkara umatmu di serahkan kepadamu, semua diserahkan kepadamu. Ngga ada lagi yang perlu kau khawatirkan, ngga ada lagi yang perlu kau bingungkan, semua keputusan ada ditanganmu, siapa yang ingin kau selamatkan, siapa yang tidak ingin kau selamatkan, engkau bebas menentukan.”
Pada saat Nabi mendengar apa yang dikatakan Jibril, Rasulullah menjawab, “Tidak wahai Jibril, aku menangisi tentang umatku itu karena aku diberikan rahmat dari Tuhanku. Allah yang titipkan cinta dan kasih sayangku kepada umatku ini karena Allah yang kasih kepadaku. Berarti Allah jauh lebih cinta akan umatku daripada cintaku kepada umatku. Maka aku tidak mau bertanggung jawab penuh atas umatku, tapi justru ku serahkan umatku kepada Allah, terserah Allah ingin apakan umatku. Karena kalau Allah titipkan cinta yang sedalam ini kepada mereka di hatiku, bagaimana dengan cintanya Allah kepada mereka di dalam hatinya.”
Kata-kata ini mungkin sulit dipahami, tapi bagi orang yang memahami ternyata kita paham,
Allah taruh cinta di hati Nabi Muhammad kepada umatnya yang sangat dalam, karena luasnya cinta Allah kepada kita yang jauh lebih dalam dibandingkan cinta makhluk kepada makhluknya.
Rasulullah mengatakan “Tidak, aku serahin itu kepadaMu ya Allah.”
Rasulullah tenang karena mengatakan, “Setidaknya Allah tahu betapa besarnya cintaku kepada umatku yang pada akhirnya membuat Allah tidak mungkin menyia-nyiakan umatku diakhirat nanti.”
Kamu lihat, betapa cintanya Allah kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah bahkan menangis Allah menyegerakan Jibril untuk turun buat Nabi jangan nangis. Maka Rasulullah bilang, “Ngga usah cinta sama saya karena saya yang terlalu cinta sama kamu. Itu bebas. Tapi kamu perlu cinta sama saya karena Allah cinta sama saya. Kamu perlu cinta yang begitu dalam di hati mu kepada saya karena Allah begitu spesial memperlakukan aku di dalam hatinya.” Berarti kita bukan cuma disuruh untuk kenal sama Nabi, tapi kita disuruh cinta sama Nabi. Cinta Allah cinta Rasul.
Baru kalau kita udah paham tentang besarnya cinta Allah besarnya cinta Rasulullah, disini Rasulullah ingin menguji cinta kita kepada Allah dan RasulNya.
Cintai keluargaku karena dasar cinta kalian kepadaku.
Kenapa cinta keluarga dikaitkann cinta kita kepada Nabi? Karena untuk cinta kepada selain daripada Allah dan Rasulullah untuk cinta kepada keluarganya Rasulullah kita akan dipertemukan dengan berbagai macam prahara. Keturunan Rasulullah manusia juga, keturunan Rasulullah orang kayak kita makan minum biasa seperti biasa dan mereka melakukan hal-hal yang biasa. Dan disini letaknya ujian, bisa ngga kita mendalami cinta keluarga Rasul seperti apa yang diharapkan oleh Rasul.
Sayyidah Fathimah Bagian dari Rasulullah
Sayyidah Fatimah itu bagian dari Rasulullah, keluarga Rasulullah, puteri tercinta Rasulullah, maka cinta kepada Sayyidah Fatimah itu adalah bagian tanda kecintaan kita kepada Rasulullah. Cinta keluarganya Rasulullah adalah bukti besar atau tidaknya cinta kita kepada Rasulullah. Tolak ukurnya ada disini. Kalau kita cinta sama keluarga, keluarga disini ternyata bukan hanya seorang Sayyidah Fatimah, tapi sama Rasulullah dipukul rata, berarti semua keturunannya Fatimah itu menandakan sebesar apa cintamu kepada seorang Sayyidah Fatimah, dari situ seberapa besar pula cintamu kepada Rasulullah, diukur. Makanya dari situ kita baru paham kenapa Habaib kita pada bikin qosidah untuk Sayyidah Fatimah..
Karena kamu mau sholat 1000 rakaat, kamu mau baca sholawat bahkan 100.000 sehari sekalipun tetapi kalau kamu tidak bisa membuktikan cintamu kepada keluarga Rasulullah maka kebenaran cinta yang mana yang kau akan tampilkan dihadapan Rasulullah. Tidak dianggap.
Hadits ini satu kesatuan. Yang ngaku cinta Allah cinta Rasulullah, yang ngaku cinta Rasulullah cinta keluarganya Rasulullah.
Tapi kalau kita cuma bilang cukup cinta Allah dan Rasulullah, kemudian Sayyidah Fatimah atau keturunannya para habaib para syarifah para dzuriyat kita kesampingin kita kebelakangin, kita udah rugi.
Kenapa? Allah ngga pernah mengutip adanya tuntutan Nabi kepada kita karena memang Nabi ngga pernah nuntut kita. Tapi tiba-tiba di Al Qur’an, “Muhammad katakan kepada umatmu, kau tidak pernah meminta imbalan apa-apa. Saya ngga minta imbalan apa-apa untuk sholatnya Nabi yang kakinya bengkak, untuk laparnya Nabi yang sampai tubuhnya kurus, untuk darahnya Nabi yang menetes karena berjuang untuk umat, untuk keringatnya beliau yang bercucuran karena memilih hidup sederhana bersama dengan orang-orang suffah untuk penderitaan demi penderitaan yang pernah dilalui oleh Nabi Muhammad, Nabi ngga pernah minta imbalan apa-apa tapi Allah suruh Nabi minta imbalannya sama kita, apa minta imbalannya, kamu harus cinta sama keluarganya Rasulullah. Dan kita memulai cinta kita sama keluarga Rasulullah, memulai dari cinta yang harus kita tanamkan kepada puteri tercintanya Rasulullah yaitu Sayyidah Fatimah Azzahra.
Allah tahu betul Rasulullah itu tawadhunya luar biasa, makanya bunyi ayatnya qul kenapa ada qul? Buat ngasih tahu kepada kita bahwa Rasulullah untuk mengucapkan ini pun disuruh sama Allah.
Mulai menanamkan di hati kita bagimana caranya cinta sama Sayyidah Fatimah. Setelah cinta kepada Sayyidah Fatimah kau baru belajar cinta kepada Hasan dan Husein dan semua yang lahir dari keturannya mereka, dari para habaib para syaroif.
Namun yang hari ini kita mau camkan, bagaimana caranya belajar cinta kepada Sayyidah Fatimah.
Cinta kepada seorang Sayyidah Fatimah, yang dikatakan oleh Sayyidil Habib Umar, “Kalau kamu sudah bisa cinta sama Sayyidah Fatimah, apa yang akan kamu dapat? Dengan Fatimah, seluruh keadaan ku menjadi mudah, menjadi bersih, menjadi tentram, menjadai damai, menjadi tenang, dan semua yang ku harap aku dapat aku capai“.
Bayangkan dari pintu Sayyidah Fatimah kau mudah masuk ke pintunya Rasulullah, jika kau sudah berhasil masuk ke pintunya Rasulullah kau masuk ke pintunya Allah. Dari pintu Sayyidah Fatimah kita masuk, menerapkan didalam diri kita bagaimana cinta kepada sosok seorang Sayyidah Fatimah.
Saya ingat betul, kurang lebih 17 tahun yang lalu saat kita baru pulang dari Hadramaut saat kita baru pulang dari Tarim belajar, orang-orang itu masih tidak lazim mengenakan abaya warna hitam. Disaat ada orang memakai baju abaya warna hitam justru kita dilihatin, jangan cadarnya, abaya hitamnya aja diliatin. Semua orang pada kala itu, 17 tahun yang lalu mungkin 18 tahun yang lalu saling membicarakan, “baju hitam kayak mau datang ke kematian aja.” Kita bilang, “kamu ngga kenal, ini bajunya Sayyidah Fatimah.” Darimana bajunya sayyidah Fatimah? Mana dalilnya? Orang di musium aja bajunya Sayyidah Fatimah warnanya cream.
Naam, itu baju kapan? Sebelum turun ayatnya hijab. Begitu turun ayatnya hijab, Sayyidah Aisyah kemudian memberikan haditsnya fatwanya, kata Sayyidah Aisyah, “Tatkala turun ayat hijab turunnya malam, besok paginya begitu ayat hijab turun malam itu berita langsung kesebar di Madinah“.
Ayat hijab turun, perempuan suruh pakai hijab. Satu malam itu bisa ngerubah Madinah, hari itu kita pagi keluar dari rumah ngeliat semua perempuan di kota Madinah kayak burung gagak karena semua bajunya hitam. Kain hitam apa aja yang ada dirumahnya dipake buat nutupin dirinya dia. Sejak dari hari itu semua perempuan pakainya hitam, semua perempuan pakainya baju hitam.
Dan itu akhirnya meluas sesantero jazirah arab. Kita dulu belum kenal abaya tapi kalau kita pergi umroh, kita pergi haji, kita lihat orang arab pakainya baju hitam semua. Kamu kira itu budaya? Bukan, itu jawabannya. Itu bukan budaya tapi itu dikenakan karena mereka mau menutup dirinya dari fitnah, mereka tidak lagi mau mengenakan pakaian jahiliyahnya dulu. Mereka tidak lagi mau mengenakan baju-baju yang tabarruj, yang sifatnya orang kalau lihat itu nengok dua kali, “baju apa ni?” buat siapa? Buat di kalangan laki-lakinya. Makanya mereka pakai hitam. Itu 17 tahun yang lalu, semua orang mencemooh baju hitam, semua orang bilang apa itu baju hitam, bajunya kematian, karena ternyata di Indonesia kalau mau ngelawat bajunya hitam kerudungnya hitam celananya hitam. Beda sama orang islam, orang islam ngelawat bajunya putih kalau laki, orang nganter ke kuburan gaada yang baju hitam.
Setelah 17 tahun yang lalu kita mulai kenalin ke orang, “ini bajunya Sayyidah Fatimah.” Kita lihat majelis kita hari ini, yang dipakai sama orang rata-rata ini semua bajunya Sayyidah Fatimah. 17 tahun berjalan orang ngga ada yang kenal mana bajunya Sayyidah Fatimah kemudian mereka menjadi mengenal bajunya Sayyidah Fatimah sampai akhirnya mereka bertahap demi bertahap dalam hijrahnya mereka kemudian mengenakan baju abaya, mereka kemudian mengenakan baju hitamnya, dia tinggalkan baju merahnya, dia tinggal baju warna hijaunya, dia tinggalkan perlahan baju warna birunya, dan terus menerus sampai dia tetapkan ini baju saya dan ini adalah bajunya Fatimah. 17 tahun yang lalu Indonesia ngga demen sama baju hitam, tapi setelah 17 tahun hari ini kita lihat semua orang majelis suka sama baju hitam.
Bagaimana bekasnya sayyidah fatimah di hati kita, makin kita kenal sayyidah fatimah itu yang dikatakan, siapa orang yang sungguh-sungguh cinta dengan yang namanya Fatimah, bukan Cuma cinta yang pakai mulut atau cinta yang hanya tersirat di lisan tetapi cinta yang memang melekat di dalam hati. Mereka yang betul-betul cinta sama yang namanya Fatimah, cinta dengan meneladani akhlaknya, cinta dengan mengikuti budi pekertinya, cinta meneladani kesabarannya, cinta meneladani ketulusan dan keikhlasannya, cinta meneladani luas rahmat dan kasih sayangnya. Seorang Fatimah yang pada akhirnya membawa cinta itu menjadi cinta yang sungguh-sungguh.
Akhirnya apa?
Mereka orang-orang yang besok akan ada di dalam satu surga bersama dengan Sayyidah Fatimah, mereka orang-orang yang besok akan dalam satu naungan dengan naungannya Sayyidah Fatimah.
Jika hari ini orang masih mencemooh pakaian apa itu baju apa itu, ngga apa-apa 17 tahun berjalan dan hampir seluruh pengajian semua bajunya adalah hitam kau lihat 5 tahun kedepan kau lihat 10 tahun kedepan semua perempuan akan seperti seorang Sayyidah Fatimah. Karena mereka baru sadar meneladani perempuan manapun ngga pernah ada gunanya, mengikuti jejak perempuan manapun hanya dipenuhi dengan kesia-siannya, tapi cinta kepada seorang Sayyidah Fatimah hati kita menjadi tenang, cinta kepada Sayyidah Fatimah hati kita menjadi ridho, cinta kepada Sayyidah Fatimah hati kita menjadi ikhlas, cinta kepada Sayyidah Fatimah kita justru semakin dekat kepada Allah, cinta kepada Sayyidah Fatimah justu mengantarkan kita semakin dekat kepada Rasulullah, dan cinta ini yang diminta sama Rasulullah, kita sebagai umatnya Rasulullah, yang hari ini kita menjadi bagian umat terbaik karena Rasulullah.
Apa yang Rasulullah minta dari kita? Rasulullah ngga pernah minta apa-apa dari kita. Tapi yang Rasulullah harap dari kita, kita bisa cinta kepada keturunannya Rasulullah, melalui dari pintu Sayyidah Fatimah, belajar cinta kepada Sayyidah Fatimah, kemudian cinta akan siapapun yang nasabnya kembali kepada Fatimah, cinta kepada siapapun sosok orang yang memiliki ikatan hubungan khusus kepada Sayyidah Fatimah, maka cinta itu insyaAllah yang akan nyelamatin kalian nyelamatin kita semua pada saat ajal datang menjemput kita.
Berapa banyak orang yang di hatinya dipenuhi kecintaan kepada Sayyidah Fatimah, cinta kepada dzuriyatnya Sayyidah Fatimah mereka di wafatkan husnul khotimah. Mereka diwafatkan dimudahkan lafadz laillahaillah muhammadurasulullah lantaran sebab cintanya mereka kepada dzuriyatnya Rasulullah. Kalau wafatnya sudah dibuat indah, di alam barzakhnya mereka dibuat indah, jika di alam barzakh mereka sudah indah maka saat mereka dibangkitkan pun mereka akan menjadi orang-orang yang dikumpulkan bersama orang-orang yang kedudukannya indah, saat kedudukannya indah disitulah tempat yang paling diharap oleh semua orang. Orang mau di akhirat sama yang dicinta, orang mau di akhirat dibawah bendera yang dicinta. Makanya Rasulullah bilang, “orang akan dibangkitkan, kau akan digiring dengan yang kau cinta.” Kalau salah memilih yang dicinta hari ini, kesalahanmu akan berujung sampai penyesalan di akhirat. Tapi kalau hari ini kau pilih orang yang kau cinta tepat, maka keberuntunganmu akan sampai terbawa sampai di akhirat.
Cinta dengan Sayyidah Fatimah artinya membuat dirimu besok dibangkitkan bersama Sayyidah Fatimah. Cinta dengan keluarga Fatimah adalah membuktikan bahwa dirimu besok akan dikumpulkan bersama orang-orang yaitu keluarganya Sayyidah Fatimah. Dari keluarga tentu siapa yang menjadikan keluarga itu mulia? Rasulullah.
Sebagaimana yang dikatakan Rasulullah akan menunggu Sayyidah Fatimah dalam melintasi jembatan Sirath Rasulullah tidak akan membiarkan Fatimah melintasi jembarat Siratnya sendiri. Makanya di padang mahsyar ada satu keadaan satu momen yang Allah tidak akan berikan kemuliaan ini kepada sembarang orang. Sayyidah Fatimah yang begitu menjaga wajahnya, tubuhnya, perangai dirinya, yang tidak mudah di tonton oleh yang bukan mahromnya, Allah berikan kemuliaan dan kedudukan baginya hingga di padang mahsyar di kala semua orang justru Allah buka pakaiannya Allah telanjangkan mereka Allah tidak izinkan sehelai kain pun menutup tubuh mereka tapi justru kemuliaan Allah berikan kepada Fatimah. Fatimah justru tertutup dengan rapatnya diiringi dengan orang-orang yang mengikuti jejaknya, apa yang kemudian Allah lakukan? Allah berseru dihadapan seluruh makhluknya, “Hai semua hambaku, semua makhluk ku yang ada di mahsyar ini, tutup mata kalian, tundukkan kepala kalian, jangankan mata untuk melihat, kepala pun Allah tidak izinkan untuk diangkat oleh sembarang orang. Karena sesungguhnya Fatimah puteri dari Muhammad akan melintasi jembatan Sirath. Dan Sayyidah Fatimah tidak akan melintasi Sirath dengan seorang diri, dia akan berjalan dengan para pecintanya, para dzuriyatnya yang mengkuti jejaknya, para kekasihnya yang selama di dunia didalam meneladani budi pekertinya, karena esok yang cinta akan dikumpulkan dengan yang dicinta maka kalau kita mau berkumpul dengan Sayyidah Fatimah sungguh-sungguhlah dalam mencintai Fatimah, sungguh-sungguhlah dalam meneladani Fatimah, benahi pakaianmu dan buat ia semirip mungkin dengan pakaian Fatimah, benahi perangai mu dan buat ia semirip mungkin dengan perangainya Fatimah, buat dirimu ketaatanmu ibadahmu semirip mungkin dengan ketaatan dan ibadahnya seorang Sayyidah Fatimah. Demi Allah itu keberuntungan yang sebenar-benarnya, keberuntungan saat kau di padang mahsyar dikumpulkan bersama kelompoknya Fatimah, dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintai Allah berkat Fatimah, dan kita semuanya, bahkan Sayyidil Habib Umar didalam qosidahnya, besok waktu kau berjalan kira-kira kau ingat ngga sama aku? Besok waktu kau jalan dengan para pembesar orang yang dekat kepada Allah, orang model kayak aku ini kau ingat atau tidak? Mustahil bagimu wahai ibu lupa kepada anak mu yang satu in.
Dan hari ini kita yang datang, yaa Rabb mudah-mudahan di hati kita punya cinta yang tulus kepada Fatimah, mudah-mudahan di hati kita punya cinta yang sungguh-sungguh kepada Fatimah, mudah-mudahan di hati kita memiliki rasa cinta yang lebih untuk Sayyidah Fatim ah, yang mana rasa cinta ini akan membawa kita dalam memilih jalan selamat seperti jalannya Sayyidah Fatimah. Cinta yang mengantarkan kita pada pribadi yang jauh lebih baik dan lebih taat pada perintah Allah dan Rasulnya berkat Fatimah. Jalan yang insyaAllah dengan cinta dan jalan yang kita pilih hari ini yang membuat kita besok juga akan berkata, “mustahil bagimu wahai ibu kau lupakan kami, mustahil bagimu wahai wanita yang memiliki cinta yang luas untuk lupa kepada kami umat yang juga cinta kepadamu dengan cinta yang luas. Jangan kau lupakan kami orang yang biasa biasa seperti ini, jangan lupakan kami yang baru hanya bisa mengikut baju, tudung kepala kami yang kami tutup yang mungkin hanya kami baru nisa mengikut majlis perayaan dari kelahiranmu, dari kami yang mungkin hanya baru bisa menanamkan cinta demi cinta sedikit demi sedikit didalam hati kami kepadamu, namun jangan membuat kami engkau lupakan esok di padang mashyar dari kelompok mu duhai Fatimah“.
بالـصـواب والله أعلمُ