Rasulullah mengajarkan kita agar sampai pada puncaknya iman. Bagaimana caranya..?

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kenapa ada orang yang berlomba-lomba hadir ke tempat Majelis? Ada yang datang pagi-pagi , ada yang jauh-jauh rumahnya masyaAllah.

Berulangkali saya katakan bahwa yang menyampaikan kita sampai pada suatu tempat itu bukannya jarak, jauh dekat tidak jadi soal, yang jadi masalah adalah hati, yang mengantarkan kita kemana-mana.

Hati kita yang mau menggerakkan diri kita untuk datang, dan semua itu karena ada campur tangan Allah, karena Allah mau kita sampai, maka Allah gerakkan hati kita untuk menjadi orang yang mendapatkan keberkahan.

Sahabat (Rasulullah), dulu ketika membuktikan cintanya pada Nabi, berkata, “Aku sebagai tebusannya Rasullullah.”

Itulah perumpaan seseorang yang hatinya bergantung dengan kekasih. Itulah orang yang memang di dalam dirinya ada ikatan sama yang dicinta, sahabat menjadikan jiwanya sebagai tebusan.

Lalu untuk siapa kita mau mendedikasikan diri dan jiwa kita? Jangan salah pilih! Kalau sahabat pilihannya benar, yang dipilih adalah Rasulullah.

Karena ada orang yang terkadang berpikir seperti ini, “Saya sudah bantu, tau-tau dia tidak sesuai dengan kita“, maka itu bukan salah orang yang dibantu, tapi salah kita yang terlalu berharap sama orang!

Karena kalau berharapnya sama Rasul, tidak akan kecewa! tapi berharap sama manusia?! pasti kecewa!

Maka jika ingin berbuat baik, jangan lihat orangnya! jika kamu lihat orangnya, suatu saat kebaikan yang kamu lakukan akan luntur karena orang itu tidak selalu baik sama kamu!

Rasulullah SAW masih tetap mengukur kadar iman seorang Sayyidina Umar bin Khattab. Rasul SAW berkata, “Imanmu Wahai Umar , hanya akan sempurna kalau kau jadikan aku lebih kau cintai daripada Hartamu, keluargamu, anakmu dan seluruh manusia lainnya. Kalau kamu masih cinta harta, keluarga, orangtua, anakmu atau hal-hal lain, maka kadar imanmu belum sempurna .”

Rasulullah mengajarkan kita agar sampai pada puncak iman. Jangan merasa “Saya sudah cinta, saya sudah aman, saya sudah tenang“, artinya cinta kamu itu tidak bisa diukur! karena seseorang yang mencintai akan merasa kurang dalam mencintai (ingin selalu mencintai).

Jalaludin Rumi berkata, “Ya Rabb, Engkau berkata Aku ciptakan dunia ini untuk hambaKu“.

Lalu Jalaludin Rumi berkata, “Kau berikan aku segalanya untukku, maka kutinggalkan semuanya untuk-Mu ya Allah.”

Maksudnya apa ? Allah memberi, tapi kamu tinggalin? iya

Kamu diberi tawaran yang menyenangkan, tapi disitu ada murkanya Allah, lalu kau menolaknya dan berkata pada Allah “Ya Rabb, aku tidak terima tawaran itu, padahal semuanya enak, tapi aku menolaknya karenaMu”.

Kalau menolak karena orang, suatu saat kamu akan menyesal. Tapi kalau menolak karena Allah, mungkinkah Allah sampai hati mengecewakan kita?

Kalaupun hari ini ada saudara kita yang belum bisa hadir di Majelis dikarenakan uzurnya, kita doakan mudah-mudahan Allah kembalikan lagi (dia) untuk sampai ke tempat yang baik ini.

Karena jika sudah sekali meninggalkan kebaikan, peluang (meninggalkan) nya semakin besar. Setan punya kesempatan 2 x lipat untuk menggoyahkan imanmu untuk tidak datang di tempat baik. Apakah setelah (tidak atang) itu kamu punya tekad yang kuat ? Keputusannya ada di seberapa kuatnya tekadmu untuk datang (ke tempat kebaikan).

Mudah-mudahan Allah beri kita keselamatan, agar kita bisa termasuk golongan orang-orang yang istiqomah, bisa duduk bisa hadir di tempat-tempat yang diridhoi Allah SWT.. Aamin

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ