Tanggal : Selasa, 13 Juni 2023
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Imam Al Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
PENDAHULUAN
Dalam sebuah nasihat para salafunasholihin mereka berkata,
Jika ada orang yang cinta, sayang, dan baik kepada kita, kemudian kita cinta, sayang, dan baik juga kepada mereka, maka itu tandanya di dalam diri kita ada kebaikan.
Karena kita tidak membiarkan orang yang peduli dan sayang kepada kita begitu saja. Kita tidak membuat mereka menjadi orang yang cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi kita balas dia, kita cinta, dan perhatian juga sama dia, itu tandanya dalam diri kita ada kebaikan.
Tetapi jika ada orang yang membencimu, tidak suka denganmu, memusuhimu, mengataimu, dan mengambil hakmu, tapi kamu bisa cinta kepada dia, maka itu tandanya di dalam dirimu ada keistimewaan. Karena memang umum sifat manusia itu, mereka senang dengan yang baik dengannya. Jika seumpamanya bertemu dengan orang baik karena dia baik, itu adalah sifat umum. Itu rata-rata sifat orang baik seperti itu. Tapi jika ada orang baik, sayang, peduli, dan hormat kepada kita, lalu kita cuek, acuh ke dia, berarti hati kita rusak, diri kita tidak ada kebaikan didalamnya.
Ada orang baik tapi kamu malah jahat ke dia, ada orang mau peduli ke kamu, tapi kamu malah jahatin dia. Terbayang tidak, seberapa rusak hati orang itu dan seberapa buruk diri orang itu?
Maka kamu jangan menjadi orang yang ketiga ini. Jadilah orang yang pertama atau kedua. Tapi ingat, yang bisa suka, sayang, dan peduli kepada orang yang jahat ke dia, benci ke dia, itu tandanya orang ini punya keistimewaan. Ini sifat-sifat luhurnya orang-orang sholeh ditengah kita, dari mana mereka mengambil sifat luhur ini? Dari Nabi Muhammad SAW.
Kita belajar mulai sekarang ingat, jangan pernah jadi orang acuh, jangan pernah jadi orang jahat, jangan pernah menyakiti orang, karena itu tandanya benar-benar ada keburukan, punya penyakit didalamnya. Naudzubillahimindzalik.
Pilihan dalam hidup kita, tidak ada menjadi orang buruk. Pilihan hidup kita, selalu berusaha menjadi orang baik. Maka kita belajar disetiap waktunya untuk selalu berusaha ingin menjadi orang baik, berusaha ingin memperbaiki diri di dalam menghadap Allah dan Rasulnya, dan di dalam muamalah kita kepada agama Allah dan agama Rasulnya. Hanya itu pilihan kita, kita tidak punya pilihan lain.
Jadi jika dikatakan,
“Saya belum bisa”, tidak, kamu bisa.
“Saya nggak bisa”, tidak, kamu bisa.
Ada orang yang mungkin pernah melukai kita, dzolim kepada kita, mengambil hak kita, lalu kamu katakan, “Saya tidak bisa maafin dia”, kamu bisa, pilihannya tidak ada tidak. Karena pilihan bisa itu pilihan yang datang dari Allah, adapun pilihan tidak bisa itu datang dari egomu, emosimu, kesombonganmu, dan keangkuhanmu, tapi jika menjadi orang sabar, tulus, dan ikhlas, seperti itulah Allah meminta kita menjadi seorang hamba.
Bisa cinta orang yang jahat kepada kita, subhanallah. Jika dipikir-dipikir, itulah yang mungkin membuat Nabi Muhammad SAW suatu ketika pernah berdiri saat jenazahnya orang Nasrani dibawa pada saat itu, kemudian sahabat bertanya,
“Rasul itukan hanya jenazahnya orang Nasrani, kenapa engkau sampai bela-belain berdiri?”
Rasulullah SAW menjawab, “Karena yang mengantar jenazah itu bukan hanya orang-orang Nasrani, tapi yang mengantar jenazah itu ada malaikat-malaikat Allah.”
Lalu sahabat bertanya kembali, “Jika seperti itu, kenapa kami dapati engkau menangis, wahai Rasul? Itukan hanya jenazahnya orang Nasrani.”
Kemudian Rasulullah menjawab kembali, “Satu jiwa sudah terlepas dari genggamanku. Saya tidak bisa menolong dia nanti di akhirat. Nanti di hari kiamat aku tidak bisa menolong dia.”
Lihat betapa luasnya rahmat Rasulullah SAW. Orang yang tidak beriman kepada Allah, bahkan kepada Rasulnya, tapi Rasulullah SAW mempunyai rahmat kepadanya.
Dan kita disini belajar menuntut ilmu (mengaji) untuk memetik rahmat demi rahmat, lalu kita tanamkan dihati kita, “Ingin punya rahmat seperti Nabi, orang sholeh, orang yang dekat kepada Allah”. Mereka adalah orang yang tidak ada dendam di dalam dirinya, tidak ada benci di dalam hatinya, tidak mempunyai emosi di dalam dirinya. Karena dimata mereka, semua orang adalah orang yang patut mereka cintai. Mereka menganggap semua orang patut dicintai. Ini adalah hakikatnya rahmat.
Itu juga yang dinasihatkan oleh Sayyidil Habib Umar,
“Kamu tidak akan bisa memaknai kata rahmat, kecuali kamu tetap bisa bersikap baik kepada orang yang mencacimu, kamu tetap bisa tersenyum kepada orang yang dzolim kepadamu, bisa berbuat baik kepada orang yang melukai perasaanmu. Ini rahmat. Tetapi jika kamu hanya bisa berbuat baik dan bersikap baik kepada orang yang baik kepadamu, maka ini bukan rahmat.”
Bukan kah Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang telah melampaui batas. Muhammad, sampaikan kepada hamba-hambaKu mereka yang telah melampaui batas-batas dosanya, maksiatnya, kelampauan bersalahnya, maka kamu jangan pernah berputus asa dari rahmatKu.”
Kepada siapa rahmat Allah turun?
Apa hanya kepada orang yang sholat, berdzikir, dan bersedekah? Tidak.
Lalu rahmat Allah justru diberikan kepada mereka pendosa, pelaku maksiat, mereka yang melampaui batas dalam maksiat. Allah masih katakan juga kepada mereka dan sampaikan kepada mereka kabar gembira,
“Sesungguhnya Allah akan menghapus dosa-dosa kalian tanpa terkecuali. Semuanya tanpa terkecuali. Dosa-dosa yang dianggap oleh Allah melampaui batas, maka Allah akan mengampuni kamu, tidak ada sisa, karena aku yang punya nama Sang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Belajar rahmat dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. Jika kamu masih dilevelnya baik kepada orang baik, berarti kamu baik. Tapi jika kamu menjadi orang buruk kepada yang baik, naudzubillahimindzalik. Orang baik, orang senyum, orang menyapa, orang sedang bicara, kamu cuek.
Orang sedang mengajak kita bicara, berarti orang itu menghadap kita, sementara kita berbicara dengannya, “oh ya ya” tapi wajahnya dan tangannya di handphone, ini bukan bagian daripada adab. Kamu tidak menghargai orang yang mau ajak kamu bicara.
Rasulullah SAW ketika dipanggil, bukan hanya menjawab “Iyaaa”. Tapi beliau membalikkan semua tubuhnya menghadap kepada orang yang memanggilnya. Ini adab. Maksudnya apa? Rasa hormatnya Rasul kepada orang yang mengajaknya berbicara.
Kita belajar pelan-pelan, intinya kita selalu berusaha menjadi orang-orang yang baik. Kita ingin insyaAllah mudah-mudahan semua yang pulang dari majelis-majelis ta’lim dan khususnya majelis Hadroh Basaudan, pulang keadaannya diubah oleh Allah menjadi orang yang lebih baik akhlaknya, lebih baik budi pekertinya, lebih baik hatinya. InsyaAllah mudah-mudahan kotoran nodanya ditinggalkan semuanya, kotoran mulutnya ditinggalkan semuanya, dimana? Disini (di majelis). Tidak apa-apa, nanti disapu oleh malaikat. Malaikat menyapu dosa-dosa kita, malaikat mengangkat kotoran kita, lalu diganti malaikat dengan akhlak, ilmu, rahmat, mahgfiroh, inayah, riayah.
Aamiin aamiin yaa robbal ‘alamin.
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Barangsiapa yang bangun di pagi hari tapi keadaannya dunia itu menjadi pikiran terbesarnya, bangun pagi langsung memikirkan dunia. Maka yang terjadi adalah Allah akan menimpakan kepadanya empat hal.”
Jika kamu bangun pagi, membuka mata, tapi yang muncul dikepalamu adalah terkait dunia, maka Rasulullah SAW memberikan kepadamu peringatan. Disisi Allah itu tidak ada artinya apa-apa, karena kita bangun tidak ingat kepada Allah.
Al Imam Junaid Al Baghdadi adalah orang kaya. Setiapkali mau buka toko, dia sudah sholat 100 rakaat. Dia tidak akan mengizinkan dirinya mengurusi dunia sebelum dia beribadah kepada Allah 100 rakaat. Kita mungkin sulit jika mau 100 rakaat seperti beliau. Tapi paling tidak, kita tidak memikirkan dunia sampai dhuha.
Jika kita tidak memulai pagi kita dengan kebaikan, maka yang terjadi adalah Allah akan menimpakan kepada kita empat hal.
- Kesusahan yang tidak ada putusnya
Selalu merasa susah, sumpek, dan gelisah yang tidak ada putusnya.
Misalnya, pagi itu kerja banyak melihat ada transferan masuk. Tapi di hatinya ada sesuatu. Itu karena Allah pasti membuat dia lebih susah, hatinya gelisah tidak putus-putus, sumpek menyertai dia tidak putus-putus.
- Kesibukan yang tidak ada habisnya
Dia tidak sadar, dia pikir ini nikmat Allah yang membuat dia sangat sibuk begitu tidak ada berhentinya. Sampai mau makan saja susah. Oleh karena itu, jika mencari dunia jangan sampai seperti itu. Terkadang karena sangat sibuk, makan saja sampai telat.
- Kemiskinan yang tidak akan mencapai kekayaan selamanya
Makna kemiskinan disini adalah ketika kamu punya, kamu ada, tapi kamu tidak pernah puas. Targetmu selalu meningkat.
Misalnya sebelumnya kamu hanya berharap,
Saat punya toko kecil, “Kapan ya punya toko besar?”
Saat sudah dapat toko besar, “Kapan ya punya gudang”
Dia akan selalu merasa dirinya tidak ada pencapaian kayanya, selalu merasa dirinya kurang. Orang melihat dirinya kaya, tapi dirinya menganggap tidak.
Sufyan ats-Tsauri mengatakan,
“Jika seseorang matanya selalu tertuju kepada mata orang lain, maka dia akan berada dalam kesedihan selamanya-lamanya.”
Matanya selalu melihat orang, “Oh orang sudah punya ini, saya belum.”
Jangan pernah menaruh matamu kepada nikmatnya orang atau kepada matanya orang.
Artinya, lihatlah apa yang ada di diri sendiri saja.
Uang itu tidak ada artinya. Tapi yang berharga itu, saat kamu butuh, Allah cukupi kebutuhanmu. Itu lebih berharga. Walaupun memang jika punya uang itu lebih enak.
Makna kemiskinan yang tidak akan sampai kepada kekayaannya, karena dia tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dia punya. Inginnya, selalu mau lebih.
- Angan-angan yang tidak pernah ada habisnya
Selalu punya angan, “Nanti jika saya punya ini, saya ingin…”
Jika dia selalu punya angan-angan tapi tentang kebaikan, tentang Allah dan Rasul, tentang bersama Nabi, tentang surga, dan tentang mau menjadi orang baik, maka enak punya angan-angan yang seperti itu.
“Ustadzah doain biar uang saya banyak, biar saya bisa berangkati ibu saya haji.”
Saya katakan, “Kamu bisa memberangkatkan ibumu haji tanpa harus menjadi orang kaya, karena ada orang yang tidak kaya bisa memberangkatkan ibunya haji.”
Jadi bukan itu puncaknya, bukan itu targetnya. Jika kamu mintanya kaya, kamu salah. Kamu cukup minta kepada Allah, “Buat aku mampu memberangkatkan ibu haji.“, jika itu orientasimu.
Angan-anganmu sudah mulia, tapi saat harapanmu meminta kaya hanya karena alasan ingin memberangkatkan ibumu haji, maka kamu sudah salah dalam berangan-angan.
Kita seringkali terperangkap dalam angan-angan yang kita anggap angan-angan itu baik.
“Saya ingin menjadi orang kaya. Jika saya kaya, saya mau memberangkatkan orang pergi haji, sedekah, dan bangun madjid.”
Itu mulia, tapi kamu terperangkap dengan dunia di alam angan-anganmu.
Kamu menunggu kapan kaya, jika kamu tidak kaya, kamu tidak bisa mewujudkan itu semua. Dan ternyata Allah memberikan pahala kepada orang, bahkan orang itu miskin sekalipun. Orang itu bisa dapat pahala membangun masjid, walaupun dia miskin. Orang itu bisa dapat pahala memberangkatkan haji, walaupun dia miskin. Semua ini karena niat di hati. Jika niatnya mau menunggu kaya baru dia melakukan semua itu, ini yang salah.
Maka orang yang pagi harinya bangun lalu yang dia pikirkan hanya dunia, maka Allah timpakan kepadanya harinya kerjaannya selalu berangan-angan.
“Doain agar laku. Kalau laku insyaAllah ingin sedekah.”
Saat sudah laku, dia sayang. Akhirnya dia tidak jadi sedekah.
“Mau kaya, nanti saya akan semangat dalam kebaikan”
Saat dia kaya, cinta dunia menyergap dia. Dia lebih dulu dihadang cinta dunia.
Maka dari itu jangan pernah salah. Angan-angan itu seringkali menjebak kita. Berangan-angan baik boleh, tapi fokus dengan angan-angan baiknya, “Saya mau jadi orang yang memberangkatkan orang haji, umroh, dan sedekah bangun masjid.”
Kita jangan pernah terjebak didalam pikiran angan-angan, tapi berusaha mewujudkan semua yang diangan-angankan.
Orang Tarim berkata,
“Kita hanya perlu gerak. Adapun berkahnya, serahkan kepada Allah.”
Pernah suatu ketika Rasulullah SAW bertanya kepada ku (Abu Hurairah),
“Mau tidak kamu saya tunjukkan dunia dan semua isinya, apa yang ada di dalamnya?”
Maka dijawab oleh Abu Hurairah, “Iya, saya mau wahai Rasul.”
Lalu dibawa oleh Nabi SAW sampai pada salah satu lembah di kota Madinah. Saat sampai, ternyata itu tempat pembuangan akhir sampah. Disana didapati ada kepala manusia, kotoran-kotoran, kain-kain usang, dan tulang belulang.
Rasulullah SAW berkata,
“Dahulu, kepala-kepala yang kamu lihat sekarang sama seperti kepala-kepala kamu yang punya angan-angan, cita-cita, dan harapan. Tapi sekarang mereka hanya menjadi tulang belulang, tidak ada kulitnya. Orang-orang yang dulu berangan-angan, mereka sekarang hanya jadi tulang belulang, tidak ada kulitnya. Pakaian-pakaian yang kamu pakai sekarang, semua kotoran-kotoran yang kamu lihat, itu berasal dari kotoran-kotoran yang kamu makan semua. Bekas-bekasnya menjadi seperti ini.”
Benar juga, itu sampah dari kotoran makanan kita, bahkan lebih parahnya ada kotoran dari badan kita sendiri yang kita keluarkan.
Nabi Muhammad SAW mengatakan,
“Mereka semua dulu hidup di dunia. Saat dia hidup, sibuk mencari kerja untuk makan. Tapi lihat, bekas makanannya semua seperti ini.”
Nabi Muhammad SAW jika mengajarkan kepada sahabat diberikan visualnya.
“Kamu sekarang sangat tamak, ingin mengumpulkan untuk apa yang kamu makan, padahal yang kamu butuh tidak seberapa. Kamu lihat, itu menjadi sisa seperti itu.”
Baju-baju usang dan sobek, bekas peralatan rumah tangga, dari urusan dapur, dan perkakas rumah tangga, tidak jauh-jauh dari apa yang dicari manusia juga. Orang ingin rumah seperti ini, ingin sesuatu harus seperti ini, suatu waktu semua ini akan ada di sampah. Yang kamu beli di mal dipasar, yang indah juga akan ada disampah.
“Seindah apapun yang kau lihat indah sekarang, akan datang waktunya dia hanya ada di tempat sampah.”
Siapa yang mau menangis, silahkan menangis. Kamu mau nangis?
Siapa orang yang mau menangis karena urusan dunia, silahkan sekarang menangis. Kehilangan barang kamu menangis, kehilangan sesuatu kamu menangis, tidak didapati sesuatu menangis.
Siapa yang mau menangisi dunia, menangislah.
Belum selesai Nabi SAW bersabda, Sayyidina Abu Bakar lalu berkata,
“Rasulullah belum selesai bicara, kami semua sudah pada nangis sejadi-jadinya. Menangisi diri kami yang kenapa selama ini kepada dunia terlalu berlebih.”
Rasulullah SAW belum selesai bicara, kita sudah pada menangis. Menangis tentang, “Ternyata kita sangat bodoh selama ini.”
Sampai terkadang Allah menjadi nomor ke sekian, aurat urusan nomor ke sekian, hanya karena kepentingan hawa kita yang ingin terus mengikuti dunia.
Misalnya, kamu punya baju jahiliyah. Mungkin sekarang masih tertata rapih di dalam lemarimu. Tapi akan ada suatu waktu dimana semua pakaian itu ada di dalam sampah.
Kita sepatutnya bukan menangis karena sudah tidak bisa lagi pakai baju itu, tapi sepatutnya kita menangis karena “Kenapa bodoh sekali saya dulu sampai mati-matian mengejarmu.”
Jika orang, menyesal, “Padahal itu baju masih cantik. Sedih deh karena sudah nggak bisa pakai itu.”
Harusnya sedihnya kita bukan tentang karena sudah tidak bisa pakai baju itu. Maka kita luruskan sedihnya kita. Lalu apa yang patut kita jadikan sedih? “Kenapa saya sangat bodoh, dulu terlalu mengejarmu, menginginkanmu.”
Jika ada baju peninggalan sisa-sisa zaman jahiliyah kita tapi sayang mau dibuang, tidak apa-apa. Tapi jadikan cambuk untuk mengingatkanmu bahwa kau pernah berada dititik betapa jauhnya kamu dengan Tuhanmu, betapa lupanya kamu kepada Tuhanmu, dan berharaplah untuk tidak kembali pada titik itu.
Sayyidina Uwais Al Qarni pernah diberi ujian oleh Allah gatal-gatal setubuh. Orang-orang mengasingkannya, tidak ada yang mau dekat-dekat dengannya. Lalu dia berdoa meminta kesembuhan, tapi dalam doanya lucu,
“Yaa Rab, saya minta kesembuhan tapi sisakan sebesar koin dari penyakit ini.”
Ada yang mengatakan dibawah ketiaknya, diperutnya, dan lain-lain. Dia minta disisakan penyakitnya, tidak mau disembuhkan semua.
Kenapa tidak minta disembuhkan semuanya? Padahal jika Allah mau menyembuhkan semua, Allah bisa. Tapi kenapa minta disisakan?
Dia mengatakan, “Agar setiapkali aku membuka baju, aku ingat jika dulu aku pernah sakit lalu Allah menyembuhkanku.”
Setiap kali dia membuka baju, dia ingat pernah sakit. Tapi dengan luasnya rahmat dan kasih sayangNya, Allah menyembuhkannya. Ibaratnya, dia tidak berani untuk lupa bersyukur atas nikmat dari Allah.
Dulu kita sehat, lalu di uji sakit. Saat sembuh, lupa kepada Alla. Saat sakit ingat Allah, dzikir tidak ada putusnya. Saat sembuh apa juga akan seperti itu?
Jika kamu mau meninggalkan segala hal yang mengingatkanmu pada masa-masa silam mu, boleh. Tapi untuk mencambukmu dan memotivasimu, “Oh saya pernah berada pada titik rendah itu, saya tidak mau balik lagi seperti itu, karena saya tahu betapa rendahnya saya pada saat itu, betapa tidak ada artinya saya pada saat itu.”
Rasulullah SAW menunjukkan kepada Abu Hurairah kiasan bahwa dunia ini tidak ada artinya, semua tidak ada artinya. Semuanya tidak lain-lain, kecuali sampah.
Nabi Adam AS saat pertama kali turun kebumi,
Allah berfirman,
“Wahai Adam, bangunlah disini reruntuhan. Karena bangunan ini untuk diruntuhkan, beranak pinaklah kamu untuk kemudian dibinasakan. Tidak ada yang tersisa didunia ini kecuali Allah.”
Ada di dalam sebuah hadits,
Pada saat Malaikat Israfil meniup sangkakala, tiupan sangkakala yang pertama adalah membinasakan semua yang ada dan yang hidup. Semua yang hidup mendengar tiupan sangkakala itu dan wafat ditempat. Tidak ada satupun yang hidup. Lalu kemudian Allah berseru dan bertanya,
“Siapa lagi yang tersisa disini?“
Tidak ada yang menjawab.
“Siapa lagi yang tersisa disini?“
Tetap tidak ada yang menjawab.
Lalu Allah sendiri yang menjawab, “Allah“.
Tiupan sangkakala yang kedua adalah menghidupkan semua yang mati dari zamannya Nabi Adam AS sampai akhir kiamat semua bangkit lagi digiring ke Mahsyar.
Jika Nabi terdahulu selain ke empat Nabi yang diturunkan Al kitab (Taurat, Zabur, Injil, Al Qur’an), para Nabi juga menerima lembaran-lembaran yang bernama suhuf.
Di zaman Nabi Ibrahim AS, beliau juga menerima suhuf. Didalam suhuf itu tertulis,
“Wahai dunia, betapa hinanya engkau bagi orang-orang pilihan yang berbakti.”
Dunia hina bagi (orang) yang dipilih (disisi Allah). Tapi bagi mereka orang hina, dunia punya kedudukan, punya tempat.
Allah berbicara kepada dunia,
“Kamu pura-pura indah, pura-pura berhias untuk mereka, padahal sesungguhnya Aku menanamkan kebencian dihati orang-orang yang menganggapmu tidak ada apa apanya.”
Dunia setiap hari berdandan. Dihati orang-orang yang bertakwa, dunia tidak ada nilainya. Tapi untuk orang yang cinta kepadanya (dunia), melihat ada yang berdandan dan berhias, khilaflah dia.
Allah menanamkan kebencian terhadap dunia dihati mereka (orang bertakwa). Jika kamu kepada dunia sudah mulai biasa aja, berarti Allah yang menanamkan perasaan itu didalam dirimu. Kamu lihat dunia biasa aja, tidak ada spesialnya.
Allah berkata,
“Saya tidak pernah menciptakan suatu makhluk didunia ini yang lebih hina dibandingkan engkau.”
Selama menciptakan makhluk, Allah ciptakan semesta indah, bagus. Bulan dan bintang Allah tidak cela. Tapi Allah tidak pernah ciptakan sesuatu yang lebih hina daripada dunia.
Segala sesuatu urusan yang berkaitan denganmu (dunia) itu kecil. Kita belajar, kenapa jika punya masalah didunia, kita bingung, ketakutan, sampai terkadang stres, bahkan ada yang sampai gila. Berarti dia menganggap dunia terlalu berlebihan. Karena Allah mengatakan, “Segala sesuatu yang terjadi didunia itu kecil.”
Semua masalah kita selagi itu berlaku disini, itu kecil dimata Allah, tidak ada artinya. Kita belajar menyikapi masalah di dunia itu kecil. Yang besar itu jika menyangkut akhirat. Kamu ketinggalan pahala itu masalah besar, kehilangan kebaikan itu masalah besar, tidak tergerak hati mau datang ketempat kebaikan itu masalah besar, tidak bisa khusyuk di dalam doa itu masalah besar. Karena ini kaitannya antara kamu dengan Allah, antara ibadahmu, akhiratmu.
Tidak ada masalah didunia yang besar, semuanya kecil. Semua masalah itu akan kembali binasa, sama seperti kita.
Allah mengatakan,
“Aku putuskan untuk menciptakanmu, karena engkau tidak akan kekal untuk seseorang.”
Allah sengaja menciptakan dunia, karena Allah tahu sifatnya dunia tidak ada yang kekal untuk siapapun. Kamu punya apapun juga, tidak akan ada yang kekal dari yang kamu punya.
Jangan pernah menaruh cinta kepada dunia. Jangan pernah kita menaruh di dalam hati kita cinta kepadanya. Tidak ada yang kekal. Tidak ada seorangpun akan kekal dan dunia tidak akan kekal. Jadi jika ingin taat, taatlah kepada Allah yang Maha Kekal.
Meskipun yang mempunyai dunia itu orangnya pelit dan kikir. Walaupun yang punya dunia orangnya pelit dan kikir, tetap sewaktu-waktu kamu akan binasa. Maka tidak ada artinya juga menjadi orang kikir. Dia pikir dengan pelitnya dan kikirnya, hartanya akan selalu ada. Padahal justru yang seperti ini paling cepat hilangnya.
Allah sudah memberikan contoh dari kisah Qorun. Semuanya Qorun punya. Dari kayanya Qorun, dia punya gudang yang semua isinya emas perhiasan. Karena gudangnya yang sangat besar, kunci gemboknya perlu digotong 70 orang.
Qorun luar biasa pelit, kaya. Tapi oleh Allah dibinasakan sekejap mata. Dia masuk ke tanah, dengan semua hartanya. Habis tidak tersisa.
Kita sadar, mau pelit untuk apa juga? Tidak ada yang dibolehkan untuk pelit. Pelit hanya boleh dengan kitab (buku). Artinya bukan tidak boleh dipinjamkan, tapi lebih bertanya “Kapan dipulangkan?”
Tidak ada gunanya menjadi orang pelit kepada dunia.
“Orang-orang yang beruntung, yang aku pilih untuk taat kepadaku, yang aku pilih untuk terus mengejar ketaatan kepadaku, yang aku pilih untuk selalu ada dihati mereka ingin menggapai ridhoku, mereka yang istiqomah konsisten di dalam mengerjakan kebaikan terhadapku, mereka yang tidak ada balasannya kecuali disisiku.”
InsyaAllah, Allah jaga kita semua, Allah lindungi kita semua dari ketamakan pada cinta dunia.
Aamiin yaa robbal ‘alamin.
والله اعلم باالصواب