Tanggal : Selasa, 28 Februari 2023
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAHULUAN
Allah SWT berfirman, “Kami lebih dekat dari pada urat nadinya“.
Kita punya teman dekat. Sedekat-dekatnya kita dengan dia, ada sisi lain dari kita yang mungkin tidak terlihat olehnya. Karena sedekat-dekatnya dia, dia tidak bisa menembus lapisan terkecil. Begitu juga kita, sedekat apapun kita dengan seseorang tidak pernah bisa benar-benar tahu seperti apa dirinya karena mungkin banyak lapisan hatinya yang tidak mungkin bisa kita lihat.
Tapi Allah SWT yang Maha Dekat, Dia langsung mengatakan bahwa Allah Yang Maha Mengetahui baik di dalam tubuh kita. Sudahlah Allah itu dekat, tapi Allah juga Maha Tahu. Jika kita ingin mencari seseorang yang dekat dengan kita, maka jangan mencari kedekatan manusia. Boleh jadi hari ini dekat, besok boleh jadi terlupakan. Tetapi Allah SWT, Dialah zat yang akan selalu menyertai kita dalam keadaan apapun, Allah tidak pernah meninggalkan kita.
Dikatakan oleh seorang Ulama, “Jangan mudah membuka hatimu kepada semua orang yang mengetuk pintu hatimu. Karena diantara yang mengetuk itu boleh jadi anak kecil yang sedang bermain. Setelah mengetuk, dia pun pergi.”
Jangan mudah membuka hati, jangan mudah membuka pintu hatimu. Karena yang mengetuk itu bukan hanya yang benar-benar ingin masuk, boleh jadi dia hanya seorang anak kecil.
Jika seandainya kita bangun, sudah begitu siap untuk menerima orang dalam hati, namun kenyataan dia pergi. Kamu kesal. Kamu sudah bangun, membuka pintu, ketika melihat ternyata hanya anak kecil, setelah itu dia pergi. Maka kita pun jangan jadi anak kecil. Jika ingin mengetuk pintu seseorang, ketuklah secara dewasa. Ketuklah dengan akhlak, ketuk dengan sopan, ketuk dengan santun. Bukankah mengetuk pintu juga memerlukan adab?
Mengetuk pintu jangan seperti orang yang kebelet buang air. Sudah diketuk, ketika dibuka malah tidak jadi. Dia pergi dan masuk ke pintu yang lain. Ini perumpamaan. Karena banyak dari kita itu tidak sadar, entah orang yang mengetuk atau kita yang mengetuk.
Dalam hidup akan selalu ada yang semacam itu, maka jangan pernah jadikan teman kita yang paling setia dalam hidup kita kecuali Allah. Dan dewasalah dalam menyikapi hidup, jangan seperti anak kecil yang hanya bermain seolah-olah tidak punya tujuan.
Orang yang tidak memiliki ketetapan dari suatu keputusan, maka dia hanya seperti anak yang belum dewasa yang pada akhirnya akan bingung.
Allah yang mengatakan, jika Allah dekat dengan kita. Tidak ada siapapun yang bisa dekat kecuali Dzat-Nya. Maka nikmati kedekatan Allah, rasakan hadir-Nya, rasakan perhatian-Nya, rasakan kepedulian-Nya, rasakan cinta-Nya, rasakan bentuk perhatian-Nya yang menyeluruh kepada kita melebihi siapapun.
Insyaallah dengan ini semua, Allah tuntun kita, Allah jaga kita agar kita semua memiliki hati yang benar-benar bersih, tidak mudah disakiti. Jika kita disakiti, ingat, “Saya punya Allah“. Tidak boleh kamu perkenankan siapapun menyakiti hatimu. Tidak boleh kamu izinkan siapapun melukai hatimu. Jangan pernah kamu izinkan siapapun mengobrak-abrik hatimu.
Kamu terlalu berharga untuk disakiti. Kamu terlalu bernilai untuk dilukai. Kamu terlalu mulia untuk hatimu diobrak-abrik. Jangan pernah kamu merasa hancur karena Allah tidak pernah meninggalkan mu, Allah selalu menemani mu, Allah senantiasa menyertai mu. Maka jangan pernah merasa hancur hanya karena seseorang. Jangan pernah terluka hanya karena seseorang. Jangan pernah merasa “habislah kita” karena seseorang.
Insyaallah hadroh yang kita baca bukan hanya menjadi doa yang mengantarkan hajat-hajat kita. Tetapi hadroh juga menjadi salah satu wiqoyah (benteng) yang menjaga kita. Bukan hanya dari buruknya syaithon, bukan pula hanya dari buruknya hawa nafsu. Tetapi hadroh juga bisa menjaga kita dari keburukan orang-orang di sekitar kita. Baik itu bencana, musibah, penyakit, wabah, bala dan lain sebagainya.
Hadroh ini wiqoyah. Dia yang nyelimuti kita, dia yang menjadi pelindung kita. Hadroh ini keutamaannya menjaga kita sampai satu minggu ke depan. Dia bukan hanya menyampaikan hajat kita saja, apa yang kita niatkan perlahan-lahan kita dapat. Jangan pernah mengira doamu saja yang sampai. Jangan pernah mengira ini menjadi perantara mengantarkan hajat-hajat saja. Lalu ingat selalu ini pun sebagai bentuk Allah menjagamu, melindungimu, dan memeliharamu dari segala bentuk keburukan.
Dalam rumah tangga, Allah jaga rumah tanggamu. Dalam pekerjaan, Allah lindungi pekerjaanmu. Dalam menjalani kehidupan secara seluruhnya, Allah pelihara kita dari segala bentuk keburukannya. Khususnya ini menjadi penyelamat kita, pelindung kita dari ancaman aqidah-aqidah yang salah, menyimpang, dan menjerumuskan. Sehingga kita mungkin, naudzubillah, boleh jadi kita tadinya dekat dengan orang sholeh, dekat dengan amal-amal salafus sholeh, kemudian terbawa arus dan menyimpang.
Kita inginnya dari yang tidak kenal orang sholeh menjadi kenal. Dari yang tidak kenal salaf menjadi kenal. Dari yang tidak kenal amalan-amalan sholeh menjadi kenal. Inginnya setelah kita kenal, ini menjadi amalan yang kita bawa hingga meninggal.
Maka dari itu, minta kekuatan dzhohir dan bathin kepada Allah. Mudah-mudahan hadroh ini selalu dijaga oleh Allah. Mudah-mudahan Allah mendawamkan dan mengistiqomahkan kita berada di dalam jalan-Nya Allah dan Rasul-Nya. Insyaallah, Aamiin Yaa Rabbal ‘alamin.
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
BAB 30 Kursy, Arasy, Malaikat Muqarrabin, Pemberian Rezeki, dan Tawakkal
Kemarin kita sudah membahas tentang bagaimana Allah menciptakan kita semua dari ciptaannya Al-Arsy dan langit.
Arsy adalah termasuk ciptaan Allah yang mana hakikatnya tidak seorang pun dari kita yang mengetahuinya kecuali Allah yang menciptakannya.
Artinya, walaupun kita membahas apa yang dipandang oleh para ulama, namun sejatinya kembali lagi kita tidak pernah boleh menghadirkan dalam benak kita seperti apa Arsy-Nya Allah. Begitu pula hari ini membahas daripada Kursy.
Allah SWT berfirman, “ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ”
Berarti Kursi-Nya Allah luasnya meliputi langit dan bumi. Allah tidak merasa berat dari memelihara keduanya.
Jika kita punya rumah, semakin besar rumahnya maka semakin lelah kita merawatnya. Semakin banyak punya harta, maka semakin lelah kita menjaganya. Maka dari itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan,
“Ilmu jauh lebih berharga daripada harta”.
Kenapa? Karena jika (kamu punya) ilmu, maka dia akan menjaga mu. Tapi jika harta, kamu yang menjaganya.
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk belajar banyak bahasa agar tidak tertipu. Dengan punya ilmu, kamu selamat dari tipuan. Jika ilmunya itu adalah ilmu Allah dan Rasulullah SAW, kamu selamat dari godaan syaithan.
Bahkan ada Ulama yang ditakuti oleh syaithan. Jika setan suka dengan ahlu ibadah. Tapi jika ahlu ilm, setan mundur. Bahkan saat mereka tidur saja, hawanya membuat setan terbakar. Setan tidak berani mendekatinya.
Kisah Setan Tidak Mau Masuk Masjid Karena Ada Orang ‘Alim Didalamnya
Suatu ketika orang sholeh ingin sholat di masjid lalu dia melihat syaithan berdiri di depan pintu masjid. Dia mengatakan, “Kenapa kamu berdiri saja di depan? Biasanya kamu ada di dalam gangguin orang lagi sholat, gangguin orang lagi ngaji”.
Syaithan itu menjawab, “Karena di dekat pintu ada orang ‘alim yang sedang tidur, dan saya takut dari hawanya, dari mulutnya”.
Sedang tidak menyampaikan ilmu saja ditakuti, apalagi menyampaikan ilmu.
Orang yang mempunyai ilmu itu terjaga. Jika kita mempunyai harta atau sesuatu yang lebih, semakin lebih dia, maka semakin kita letih. Beda dengan ilmu. Tapi Allah ingin memberitahu kepada kita bahwa ciptaan Allah Al-Arsy dan Kursy itu besar. Dan Allah sering mengibaratkan luasnya itu dengan perumpamaan seluas langit dan bumi.
Kenapa seluas langit dan bumi? Karena bumi yang bisa dilihat lebih masuk akal. Kamu bisa membayangkan betapa luasnya langit dan bumi. Apakah luasnya seluas itu (yang kita lihat) ? Tidak, itu hanya kiasan saja
Luasnya ciptaan Allah, Allah tidak pernah lelah dalam merawatnya. Kita baru diberi tugas sedikit saja kepala sudah kencang. Tapi Allah dengan segala yang diaturnya dari dunia seisinya, semesta dengan porosnya, dan ditambah lagi dengan ciptaan lain-lainnya, dengan itu semua Allah tidak pernah letih. Tidak pernah terganggu dari apa yang diciptakan. Subhanallah.
Itu adalah luasnya dan tingginya Allah SWT. Maka dari itu, Allah Maha Tinggi dan lagi Maha Besar.
Apa itu Kursy? Ada yang mengatakan itu adalah ilmunya Allah, kerajaannya Allah, dan Al-Falak (ilmu falak, disebut sebagai planet atau orbit tolak ukurnya orang-orang dalam berhitung).
Imam Ghozali hanya mencantumkan beberapa pandangan kalam ulama. Tapi kita di sini ingin mengartikannya bagaimana? Dari sekian pandangan yang ada, ada lagi yang mengartikan sebagai mutiara, yang mana panjangnya tidak ada yang tahu kecuali Allah. Ada lagi yang mengatakan bahwa itu disebut dengan permata yang merah.
Apapun itu semua, kita tahu Kursy diciptakan oleh Allah dan diletakkan di bawah Arsy. Berbanding dengan Arsy, Arsy jauh lebih besar. Kursy dikelilingi oleh para Malaikat yang menjaganya dan mengawalnya.
Kenapa Allah membuat itu semua? Karena Allah ingin menunjukkan kebesarannya kepada kita. Dari Kursy ke Arsy terdapat 70 lapisan hijab. Dimana satu lapisannya jika kita ingin tembus, butuh perjalanan 500 tahun.
Kenapa kamu perlu tahu ini? Agar kamu tidak sempit dalam melihat keagungan dan kebesaran Allah. Jangan kamu mengira yang diatur oleh Allah hanya bumi dan langit dan jangan kamu mengira semesta yang kamu lihat hanya ini saja.
Pembelajaran dari ini adalah mari kita bandingkan sedikit dengan permintaan kita. Ingat hajatnya, kamu minta kepada Allah.
Minta rumah? Kecil.
Minta lunas hutang? Kecil.
Dari Allah yang Maha Kaya yang punya semuanya, kamu minta apa?
Kita harusnya sadar betapa kecilnya kita, betapa hinanya kita dibandingkan dengan apa yang Allah tunjukan kepada kita tentang kebesaran-Nya.
Semakin kita tahu kebesaran Allah, maka kita akan berfikir dua kali untuk menjadi orang yang sombong.
Jika kita berdoa, lalu kita bayangkan ciptaan Allah. Jika bandingkan Arsy dan Kursy dengan doa kita, Allah akan mudah mengabulkan. Ibarat kita datang ke rumah orang yang punya uang triliunan, datang hanya minta uang Rp 50.000, itu tidak sulit baginya.
Maka dari itu, ulama mengatakan jika doa jangan sedikit. Jika doa jangan mengatakan “Yang penting“, karena bisa jadi hanya itu yang didapat. Tapi jika kamu besarin dan punya pandangan besar pada Dzat (Allah), apa saja kamu bisa dapat.
Itu alasan kenapa para ulama itu memuja-muji Allah terlebih dahulu baru mengutarakan keinginannya dan berdoa. Mau minta berapapun kepada Allah, silahkan. Tetapi ingat, jika kamu meminta ke orang tua, dia akan bertanya untuk apa. Jadi ketika kamu meminta, utarakan untuk apanya. Orang sholeh minta kekayaan dijelaskan untuk apanya.
Dalam salah satu firman-Nya, “Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah yang menciptakan laki-laki dan perempuan. Allah yang menciptakan kaya dan cukup (Allah tidak menciptakan kemiskinan).”
Orang yang mengaku dirinya miskin itu hanya orang yang miskin jiwanya. Tidak ada orang miskin, hanya ada lebih banyak orang yang tidak cukup dengan apa yang Allah beri. Allah tidak pernah menciptakan miskin. Karena tidak ada manusia miskin dalam kamusnya Allah. Yang merasa miskin adalah kita dari hati yang miskin.
Hati-hati dengan adanya pandangan yang menyatakan Kursy adalah tempatnya Allah menapak atau tempatnya telapak kaki Allah. Tidak boleh menyebutkan rupa atau bentuk dari wujudnya Allah. Tidak bisa kita juga menyamakan Allah dengan ciptaan-Nya.
Ulama kita memilih jalan selamat, tidak penting kita tahu masalah itu. Cukup kita hanya tahu bahwa Arsy merupakan singgahsana Allah sesuai yang Allah kehendaki. Kursy juga merupakan ciptaan Allah sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Allah SWT berfirman,
“Jika kamu berpaling maka katakan, حَسْبِيَ اللهُ لَا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ”
Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang jiwa tawakkalnya tinggi. Sehingga disebut dalam kitab Taurat bahwa Nabi SAW mempunyai nama Al Mutawakkil, orang yang jiwa tawakkalnya tinggi.
Tawakkal adalah cabang dari cabang tauhid. Seseorang jika tidak tahu ilmu tauhid, maka tidak akan bisa tawakkal kepada Allah. Kita membicarakan tentang bagaimana Allah menciptakan langit, Arasy, dan Kursy untuk membesarkan rasa kagum kita kepada Allah didalam hati.
Saat kita tahu betapa hebatnya Allah yang menciptakan sesuatu, maka akan timbul rasa kagum kepada Allah. Jika kita baca di Al Qur’an atau kita mempelajari suatu ilmu tentang Allah menciptakan manusia, awalnya hanya dari setetes mani, kemudian berproses membentuk gumpalan darah, gumpalan daging. Setelah itu Allah tiupkan ruh lalu proses pembentukan kepala, tangan, dan juga terlihat jenis kelaminnya.
Tawakkal tidak akan muncul dalam jiwa seseorang jika tidak tahu seberapa besarnya Allah, seberapa besar maha tingginya Allah, dan seberapa besar mampunya Allah.
Banyak orang yang tidak mampu bertawakkal dengan sebaik-baiknya karena dia tidak benar-benar tahu siapa Allah.
Cara agar bisa tawakal adalah dengan memperbaiki tauhidnya. Karena tawakkal itu hanya cabang dari cabangnya tauhid. Jika seseorang sudah mempunyai tawakkal maka timbul setelahnya ma’rifat (keyakinan kepada Allah).
Kisah Seorang Badui Datang kepada Nabi Muhammad SAW
Seorang Badui datang kepada Nabi Muhammad SAW, lalu bertanya kepadanya, “Wahai Rasul, saya ikat unta saya atau tinggalkan kemudian tawakkal kepada Allah?”
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Ikat dia lalu tawakkal kepada Allah”
Yang disebut dengan mencari sebab dari sesuatu itu tidaklah salah, maka kamu jangan hilangkan sebabnya. Tawakkal itu bukan berarti menghilangkan sebab (seolah tidak perlu berbuat apa-apa).
Imam Haddad mengatakan,
“Yang bukan jatahmu tidak akan sampai kepadamu, adapun yang memang sudah menjadi jatahmu pasti akan sampai kepadamu.”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika seandainya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberimu rezeki sebagaimana seekor burung mendapatkan rezekinya”
Burung berangkat di pagi hari dan dia kembali dalam perut kenyang.
Kisah Ibrahim bin Adham bertemu dengan Syaqiq Al Bakhli
Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang ulama yang bernama Syaqiq Al Bakhli di kota Mekkah
Ibrahim bin Adham berkata kepada Imam Syaqiq,
“Kenapa kamu menjadi orang yang sangat spiritual seperti ini. Sudah zuhud, lupa segalanya, dan ibadah tidak selesai-selesai. Kenapa kamu bisa sampai derajat seperti ini? Tolong jelaskan ke saya bagaimana perjalanan spiritual mu sampai kamu bisa pada derajat mu sekarang.”
Imam Syaqiq menjawab,
“Suatu ketika aku berjalan, aku menjumpai ada seekor burung yang sayapnya patah. Maka aku pun duduk didepan burung itu dan melihat kira-kira burung itu makan apa? Kemudian datang burung yang lain tapi dimulutnya ada daging yang ditaruh ke burung itu (burung yang sayapnya patah). Lalu aku berpikir, jika Allah bisa memberi makan burung yang sayapnya patah seperti itu, berarti Allah juga Maha Mampu memberiku makan dimanapun aku berada. Semenjak hari itu aku meninggalkan segala hal yang berbau rezeki.”
Ibrahim bertanya,
“Kenapa kamu tidak ingin menjadi burung yang sehat sehingga bisa memberi makan burung yang sakit? Kenapa yang kamu lihat burung yang sakit? Bukankah burung yang sehat itu kedudukannya lebih utama dari burung yang sakit karena dia yang memberikannya makan? Memang kamu tidak pernah dengar Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa tangan yang diatas lebih baik daripada tangan dibawah? Dan diantara sifatnya orang mukmin adalah dia selalu mencari derajat yang lebih tinggi daripada yang lebih rendah. ”
Setelah mendengar nasihat Ibrahim bin Adham itu, Imam Syaqiq mengambil tangan Ibrahim lalu dicium tangannya dan mengatakan,
“Kamu memang Guru kita semua, Wahai Ibrahim”
Maka dari sini kita paham bahwa seharusnya kita menjadi sebab dan berijtihad, jangan sibuk mengurusi sebabnya. Selama ini ada orang sibuk mengurusi sebabnya, “Kerja apa ya? Buka usaha apa ya?” Terlalu banyak berpikir dan mencari, sampai akhirnya tidak melakukan apa-apa. Berusaha tidak perlu melihat sebab-sebab yang dijalaninya. Usaha saja dulu, jalankan saja dulu. Setahu keyakinan kita selama ini,
“Tidak ada segala suatu pun orang yang berusaha kecuali dibalik usahanya Allah selalu membuka jalan.”
Jadi, ingat siapa yang memberi, maka dalam berikhtiar kita pelan-pelan kembali mengaitkan semua keyakinan kita kepada Allah, kita berusaha memfokuskan tujuan kita hanya kepada Allah.
Kisah Rezeki Burung yang Baru Lahir
Ada suatu jenis burung yang mana setelah dilahirkan oleh induknya, induknya kemudian pergi. Burung yang baru lahir itu belum bisa bergerak untuk mencari makan. Saat dia lahir, ada sesuatu dari aroma tubuhnya yang mengeluarkan bau menyengat sehingga membuat semua ulat mendekat kepadanya. Maka burung itu bisa makan hanya dengan cara menjulurkan lidahnya saja.
Terkadang rezeki kita sangat dekat, kita hanya perlu mengambilnya. Tapi berapa banyak dari kita bahkan untuk bergerak untuk mengambilnya tidak mau. Padahal kita yang tidak mau, tapi kita yang selalu bertanya kepada Allah, “Kenapa rezeki ku seperti ini saja?”
InsyaAllah dalam belajar tawakkal saat ini, kita mau menjadi orang yang tawakkal sungguh-sungguh.
Tawakkal yang sungguh-sungguh muncul dari besarnya keyakinan kita kepada Allah dan dari besarnya kita menyandarkan diri kepada Allah.
Besarkan Allah didalam hatimu, maka segala hal besar akan datang kepadamu.
والله أعلم بالصواب