Tanggal : Selasa, 10 Januari 2023
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAHULUAN
Allah berfiman,
“Aku tidak memberi mu ilmu, kecuali sedikit“
Tidak ada seorangpun dari kita yang diberi ilmu banyak.
Kita diperintakan belajar dari lahir sampai kita wafat. Tapi disisi lain Allah menekankan ilmu hanya sedikit.
Nabi berpesan, “Belajar dari lahir sampai wafat”
Tapi Allah mengatakan “Aku beri kamu ilmu hanya sedikit“
Artinya sederhana,
Seumur hidup pun jika kamu belajar, maka ketahuilah kamu tidak akan pernah mampu mengungguli ilmu Allah dan tidak akan mampu mendahulukan ilmunya Allah karena (ilmu) yang Allah berikan hanya sedikit.
Seseorang jika belajar dari lahir sampai wafat saja hanya diberi sedikit, bagaimana yang tidak belajar? Bagaimana yang hidupnya tidak menuntut ilmu? Bagaimana yang hidupnya hanya rela dengan kebodohan dan lain sebagainya?
Ilmu pengetahuan mu tidak lebih daripada ilmu pengetahuan Allah terhadapmu.
Mungkin yang kamu kira baik, belum tentu baik dimata Allah. Adapun mungkin yang kamu kira buruk juga belum tentu buruk dimata Allah.
Paling enak itu doa pasrah dengan menyerahkan semua urusan kepada yang Maha Tahu. Boleh minta tapi dengan kerendahan seolah kamu tidak tahu yang kamu minta itu baik atau tidak.
Mintalah seperti seseorang yang betul-betul merasa bahwa dirinya tidak mempunyai apa-apa.
Mintalah seolah-olah kamu betul-betul tidak mengetahui bahwa yang kamu minta itu baik adanya.
Jangan pernah doa kepada angka yang lebih kecil. Misalnya “Ya Allah ingin punya rumah walaupun ngontrak“
Saat kamu meminta, kamu harus punya keyakinan bahwa setiap doamu tidak ada yang ditolak (pasti akan diijabah). Tapi cara Allah mengijabahnya dengan kebutuhan yang terbaik untuk hidupmu.
Yang kamu dapat saat ini belum tentu yang kamu minta pada Allah.
Misalnya kamu sehat, nafas lega, kaki bisa melangkah kemana saja. Kamu mungkin tidak pernah meminta itu ke Allah, karena orang sering meminta sehat disaat dia sakit, dia meminta untuk bisa melihat enak disaat matanya mulai sulit memandang. Dia meminta sesuatu saat dia merasakan adanya ketidaksesuaian dengan apa yang dia rasa dalam tubuhnya.
Logikanya yang tidak minta saja diberikan bagaimana yang diminta?
Maka segala permintaan dan permohonan kamu semua itu kecil bagi Allah untuk diijabah sekehendaknya.
Kuncinya yakin dalam berdoa, memohon, dalam memasrahkan semua urusan kepada Allah karena disitulah letak kita bisa merasakan kedamaian saat menjalani hidup.
Sayyidina Luqman Al Hakim berkata kepada anaknya
“Wahai anak ku jika kamu melihat suatu kaum, mereka sedang duduk dan berkumpul untuk berdzikir (mengingat, menyebut nama Allah), maka duduk lah kamu dengan mereka. Sesungguhnya jika kamu termasuk orang yang paham dengan agama, maka ilmu mu itu akan memberikan kemanfaatan pada dirimu sendiri”
Ujiannya orang yang sudah berilmu itu adalah enggan menjadi pendengar.
Seseorang jika sudah merasa dirinya berilmu, dia sudah tidak mau hadir untuk mendengarkan orang lain ceramah karena merasa dirinya sudah pintar. Dia tidak mau duduk sebagai penuntut ilmu lagi.
Orang yang menuntut ilmu itu selalu mendapatkan kedudukan tinggi disisi Allah.
Jika kamu seandainya mempunyai ilmu tapi kamu tetap duduk di majelis ilmu, di majelis yang mengingat Allah, maka ilmu mu akan memberikan manfaat pada dirimu sendiri.
Ini tidak bicara kepada orang lain, tapi minimal kepada dirimu sendiri. Banyak pelajaran yang kamu bisa ambil disana.
Jika seandainya kamu adalah orang yang bodoh, tapi yang kamu rasa kamu adalah orang bodoh, tidak paham, dan tidak mengerti, maka duduknya kamu ditempat ini (tempat mengingat Allah), Allah akan mengajari mu sesuatu yang memberikan kemanfaatan pada dirimu. Karena kamu datang bodoh dan ingin mendapat manfaat dari apa yang kamu datangi.
Seseorang jika ingin menuntut ilmu, hatinya harus kosong. Seperti air yang ingin dituang ke wadah yang sudah terisi. Jika orang datang menuntut ilmu dia merasa dirinya sudah terisi (dia sudah punya ilmu), maka mau diisi yang mana lagi?
Tapi jika orang datang ketempat ilmu dia, dia datang ke tempat rahmat dia kosongkan hatinya, hatinya datang dengan kosong untuk diisi, maka hati yang kosong itu akan terisi.
Yang ingin di isi ilmu, hatinya akan terisi dengan ilmu.
Yang ingin di isi rahmat, hatinya akan terisi dengan rahmat.
Kuncinya hanya satu, orang yang seringkali merasa terisi maka yang akan muncul dalam diri adalah angkuh dan sombong. Tidak merasa butuh dengan ilmu, rahmat, maka saat dia datang dianggap hal ini biasa.
Bagi orang yang paham, mengerti, betul-betul tahu nilainya suatu kebaikan, maka dia akan mencari kebaikan itu dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sampai dititik yang betul-betul tidak mungkin, baru dia putuskan untuk tidak berangkat. Karena sudah tidak mungkin.
Saat orang hatinya kencang ingin datang ke tempat baik tapi tidak mungkin, bukan berarti kamu kosongkan telinga kamu untuk mendengarkan kebaikan. Bukan membiarkan harimu berlalu, tapi tanpa adanya kemanfaatan yang datang.
Seorang Ulama ditanya oleh seorang pembawa acara
“Ya Syekh, kira-kira kamu setiap hari itu pasti nambah ilmu atau manfaat tidak?”
Syekh menjawab, “Demi Allah saya tidak akan menghitung jika saya ini orang muslim jika sehari tidak nambah ilmu, tidak nambah pengetahuan untuk diri saya. Tidak usah menganggap saya orang beriman, muslim, jika seperti itu”
Saking dia tahu bahwa melalui hari tanpa bertambahnya kebaikan dan ilmu maka itu dianggap bukan hari, tapi itu adalah malapetaka (bencana) untuk orang yang mengerti nilainya ilmu.
Bisa datang ke tempat baik itu nikmat. Nikmat ini sangat besar nilainya. Dan sadari setiap yang kamu lakukan dalam doa, munajat, yang kamu baca dan niatkan, jangan kamu anggap semua itu tidak terjawab, sejatinya semua yang kita minta selalu dijawab oleh Allah dengan cara yang Allah inginkan untuk kita semua.
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
Sayyidah Sofiyah binti Huyay (istri nabi) bercerita bahwa ada orang datang kepada Sayyidah Aisyah. Orang ini mengeluh “Wahai Sayyidah Aisyah, hati saya ini keras, bagaimana caranya agar hati saya ini lembut?“
Kemudian diingatkan oleh Sayyidah Aisyah,
“Maka perbanyaklah mengingat kematian niscaya hati mu akan lembut“
Sering mengingat dunia membuat hati keras adapun jika kita sering mengingat kematian maka hati akan lembut.
Karena jika mengingat dunia, kita merasa diri selalu benar, akan selalu hidup, dan selalu mendapatkan segala hal yang inginkan.
Tapi jika kita mengingat akhirat (kematian), orang yang sombong, jiwanya penuh amarah, dan kesal kemudian diingatkan “Ingat, barangkali besok mati“, maka dia akan mulai berpikir “Iyaa juga..” Walau sedikit, itu peringatan akan ada efeknya. Lama-lama jika sering diingatkan, hati akan lembut.
Orang selama ini mengira kekuatan itu adalah yang teriak, amarah, emosi dengan orang, menunjukkan kekuasaan, kehebatan, dan kemampuan, tapi ternyata itu bukan kekuatan.
Ulama mengatakan,
“Kekuatan itu adalah hati yang memaafkan padahal kamu bisa membalas dendam”
Rasulullah SAW mengatakan,
“Kepada orang yang bodoh, dzolim, dan jahat, maka berpalinglah kamu darinya“
Seringkali emosi itu bukan melukai orang lain tapi melukai dirimu sendiri.
Saat kita emosi, itu bisa menyebabkan imun turun, hati rusak, dan kita terlihat bodoh.
Ada orang yang meminta Nasihat kepada Nabi Muhammad SAW
“Jangan marah, maka kamu bisa dapat surga“
Sampai diulang sebanyak tiga kali.
Segala sesuatu yang terjadi didunia ini tidak ada yang terjadi begitu saja melainkan menjadi bagian dari takdir hidup.
Jika kamu merasa dirimu beragama tapi kamu mudah membenci, memaki, dan menyalahi, itu berarti bukan agama.
Maka saat perempuan ini datang kepada Sayyidah Aisyah dan dia mengeluh jika hatinya keras, maka Sayyidah Aisyah mengajarkannya untuk mengingat kematian. Dilakukanlah oleh orang itu, kemudian hatinya menjadi lembut. Dia datang kembali untuk mengucapkan terima kasih atas nasihat dan sarannya karena telah membuat hatinya menjadi lembut.
Belajar dari orang dulu, jika mendapat nasihat dan ternyata bermanfaat untuk hidupnya, dia tidak lupa untuk mengungkapkan rasa syukur kepada yang memberi nasihat.
Nabi Isa a.s. jika mengingat kematian, kulitnya sampai meneteskan darah.
Nabi Daud a.s. setiap mengingat kematian dan hari kiamat, dia menangis hingga persendiannya seakan-akan lepas dari dirinya. Tapi saat dia mengingat rahmatnya Allah kepada orang-orang yang bermaksiat, maka kembalilah seluruh persendiannya seperti sediakala.
Rahmatnya Allah tidak pernah putus untuk kita.
Allah mengatakan,
“Tolong Muhammad sampaikan kepada umatmu, kepada mereka yang berlebihan, yang melampaui batasan atas dirinya sendiri dalam berbuat maksiat. Jangan kamu putus asa dari rahmatnya Allah, karena sifatnya Allah menghapus semua dosa dan dialah Allah Sang Maha pengampun dan juga penyayang“
Sayyidina Hasan berkata,
“Tidaklah aku menemui orang yang berakal, melainkan aku selalu membuatnya sedih dengan mengingat tentang kematian”
Setiap kali melihat orang berakal, beliau pasti dapati mereka bersedih saat diingatkan tentang kematian.
Jika kita diingatkan tentang kematian tapi tidak muncul kesedihan dalam diri artinya kita bukan orang yang berakal (cerdas).
Karena jika cerdas dia akan paham.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Cukup kematian itu menjadi sebuah nasihat”
Umar bin Abdul Aziz meminta nasihat kepada seorang ulama
“Tolong beri aku nasihat“
Ulama itu memberikan nasihat untuknya, “Ingat, kamu itu adalah seorang khalifah (pemimpin) yang pasti akan meninggal dunia“
Tapi dia meminta nasihat lagi, “Beri nasihat lagi yang lain“
Kemudian ulama tersebut memberinya nasihat lagi, “Ingat, nenek moyangmu sampai ke Adam tidak ada dari mereka kecuali semuanya meninggal“
Kemudian dia menangis dan merasa cukup dengan nasihatnya.
Mari sama-sama kita pasang niat kita untuk mengingat kuburan untuk mengingat kematian sehingga dapat membuat hati kita lembut dan bisa selalu menjadi orang yang berjalan dijalan Allah.
Rabi’ bin Khaitsam mengatakan,
“Jika saya beberapa waktu lupa dengan kematian, maka hati saya pasti rusak”
Betapa takutnya aku terhadap apa yang ada dibelakang kubur.
“Saya takut dengan apa yang ada dibalik kuburan, jika engkau tidak memaafkan ku, Ya Rab“
Doa Memohon Rahmat Saat Kematian
اللّٰهُمَّ ارْحَمْنَا إِذَا عَرِقَ مِنَّا الْجَبِينُوَكَثُرَ مِنَّا الْاَ نِيْنُ، وَأيِسَ مِنَّا الطَّبِيْبُ، وَبَكَى عَلَيْنَا الْحَبِيْبُ. اللّٰهُمَّ ارْحَمْنَا إِذَا وَارَانَا التُّرَابُ، وَوَدَّعَنَا الْأَحْبَابُ، وَفَا رَقَنَا النَّعِيْمَ، وَانْقَطَعَ عَنَّا النَّسِيمُ. اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا إِذَا نُسِيَ اسْمُنَا، وَبَلِيَ جِسْمُنَا، وَانْدَرَسَ قَبْرُنَا، وَانْطَوَى ذِكْرُنَا، وَلَا يَزُورُنَا زَآئِرٌ، وَلَا يَذْكُرُنَا ذَا كِرٌ.اللَّهُمُ ارْحَمْنَا يَوْمَ تُبْلَى السَّرَآئِرُ وَتُبْدَى الضَّمَا ئِرُ، وَتُنْشَرُ الدَّ وَاوِيْنُ وَتُوْضَعُ الْمَوَازِين.
Artinya
Ya Rabb Rahmatilah kami jika keringat telah membasahi dahi kami, banyak keluhan terus keluar dari diri kami, tidak ada lagi dokter yang dapat mengobati, dan kekasih kami menangisi kami.
Ya Rabb rahmati kami jika liang kubur telah digali untuk kami, kekasih kami mulai meninggalkan kami, Disaat kami berpisah dari kenikmatan dan semua kenikmatan terputus dari kami.
Ya Rabb rahmati kami jika orang-orang telah melupakan nama kami, jika tubuh kami telah ditumpuk oleh tanah, tidak ada pengunjung yang mengunjungi kami, dan tidak ada lagi yang mengingat kami.
Ya Rabb Rahmatilah kami di hari dimana rahasia terungkap, dan segala apa yang ada dalam hati tersingkap, amal ditunjukkan dan keadilan ditegakkan.
Doa ini disarankan untuk diamalkan (dawamkan). Dan dibaca bersamaan dengan meresapi maknanya.
Jangan pernah mengejar sesuatu melebihi yang kita kejar rahmatnya Allah. Jangan pernah kita mengutamakan sesuatu melebihi yang kita utamakan Allah. Jangan pernah kita mengedepankan sesuatu melebihi yang kita kedepankan Allah.
والله أعلم بالصواب