MQ EPS 77
Mengingat kematian itu bukan tentang "kalau saya mati, bagaimana?", tapi tujuannya agar kita bisa menjauhi dunia yang sesaat

Tanggal           : Selasa, 13 Desember 2022
Kitab               : Mukasyafatul Qulub
Karya              : Imam Ghazali
Guru                : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat            : Majelis Ta’lim Banat Ummul Batul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

PENDAHULUAN

Ada seorang murid datang kepada gurunya lalu dia berkata

“Wahai guru tolong nasihati aku”

Orang-orang sholeh biasanya memang seperti itu, mereka bukan hanya datang kajian untuk mendengar nasihat. Artinya mereka saking hausnya akan ilmu ketika mendatangi guru pun minta di nasihati lagi.

Betapa hausnya para pecinta ilmu akan ilmu sampai mereka merasa di kajian itu seperti kurang yang didapat sehingga setiap kali punya kesempatan ketemu gurunya maka mereka meminta nasihat khusus.

Gurunya bilang,

“Hati-hatilah dengan perbuatan yang membuat orang mengadukanmu kepada Allah”

Misalnya

  • Suami dzolim, istri mengadukan suami ke Allah
  • Istri dzolim sampai membuat suami mengadukan dia ke Allah
  • Teman dzolim membuat temannya mengadukan dia ke Allah
  • Anak dzolim membuat ibunya mengadukan dia ke Allah
  • Orang tua dzolim hingga membuat anaknya mengadukan orang tuanya ke Allah

Sederhananya adalah perbuatan yang membuat orang lain sakit hati. Semua perbuatan ada hitungannya disisi Allah.

Katakan,

  • Suami membuat sakit hati istri, ada hitungannya disisi Allah
  • Istri membuat sakit hati suami, ada hitungannya disisi Allah
  • Antara teman jika ada salah satu menyakiti hatinya, maka juga ada hitungannya disisi Allah
  • Seorang anak yang membuat orang tuanya mengadu tentangnya, ada hitungannya disisi Allah

Jika ada anak yang mengadu ke Allah lebih parah. Tidak ada balasan Allah yang lebih Allah segerakan balasannya itu melebihi kedurhakaan terhadap orang tua.

Jangan berharap senang diakhirat, di dunia dia akan sengsara. Artinya Allah akan membuat dia menderita di dunia apalagi di akhirat.

Begitu sebaliknya ada orang tua dzolim, tidak mendidik, tidak menuntut, tidak mengajar, tidak memberi tahukan anak, sebagaimana kita pernah mendengar dari sebagian riwayat,

Banyak orang tua yang duluan masuk surga tapi dikeluarkan lagi pada akhirnya gara-gara anaknya yang menuntut. Saat anaknya dihisab, anaknya di adili dengan perbuatannya, anaknya mengatakan dengan mudahnya

Dahulu ibu bapak saya tidak mendidik saya, tidak mengajari saya sholat, tidak mengajari saya Al Qur’an, tidak mengingatkan saya nutup aurat, dan tidak mengingatkan saya untuk jadi benar

Maka anak-anak seperti ini, dia di dunianya pasti sudah punya masalah, diakhirat dia akan datang kepada Allah dengan menuntut orang tuanya. Maka orang tuanya yang sebelumnya sudah masuk surga ditarik oleh Allah “Ini anakmu nuntut, dia tidak layak untuk masuk surga karena banyaknya dosa yang dia perbuat. Tetapi anakmu disini menyalahkan kamu yang dulunya tidak pernah mengajari dia. Atas dasar itu aku kembali mengeluarkanmu dari surga (masuk neraka bersama anaknya)”

Maka kita jaga diri kita dari semua perbuatan khususnya sikap yang membuat orang mengadukan kita ke Allah. Artinya sebisa mungkin sekecil apapun berusahalah untuk tidak menyakiti hati siapapun, tidak mengecewakan siapapun, apalagi dengan perbuatan yang sengaja.

KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL

BAB 28 Mengingat Kematian

Setelah Imam Ghozali membimbing kita untuk sebisa mungkin meninggalkan kemaksiatan dan menjalankan ketaatan, maka sekarang masuk ke bab mengingat kematian.

Rasulullah SAW. bersabda,

“Sering-seringlah kalian mengingat penghancur kelezatan”

Orang lagi senang-senang kemudian mendengar berita kematian, seketika hilang senangnya. Orang lagi enak makan kemudian mendengar berita kematian, seketika hilang seleranya.

Maka kematian itu disebut oleh Allah penghancur kelezatan (kenikmatan). Dia merobohi segala rasa nikmat.

Ulama mengatakan,

Diantara adabnya makan adalah saat makan tidak boleh membicarakan kematian orang, sakitnya orang, dan kesulitannya orang, karena saat diceritakan tentang hal itu ditengah makan maka  rasa selera makannya seketika hilang. Tapi jika sedang makan disunnahkan untuk membicarakan yang enak-enak saja seperti cerita-cerita kebaikan, membicarakan hal-hal yang baik, hal-hal yang memotivasi, atau hal-hal yang saling mengingatkan.

Kenapa? Karena sifatnya saat mengingat kematian membuat orang lemas, hilang semua selera, dan lain sebagainya. Dengan mengingat kematian tersebut, membuat mereka sudah tidak lagi bisa menyempurkan kenikmatan yang ada didepan matanya. Baik makanannya, minumannya, kesenangan canda tawanya.

Saat kita mendengar ada gempa diluar, hati kita lemas. Tapi saat kita yang mengalami gempa, rasanya lebih lemas daripada kita dengar orang yang tertimpa gempa. Orang takut gempa bukan goncangannya tapi kematiannya. Sebab semua yang ada (gempa, tsunami, dsb), ini perihal bukan tentang orang takut airnya tapi orang takut dengan adanya itu mati.

Saat kemarin tentang Covid, bukan tentang zat covidnya atau bentuknya. Tapi yang ditakuti orang adalah matinya.

KISAH WANITA INGIN HAMIL

Dalam kitab Ihyaulumuddin, Imam Ghozali pernah mengangkat kisah tentang wanita yang ingin hamil tapi tidak kunjung hamil. Maka dia pergi ke tabib (dokter) ingin berobat untuk kehamilannya. Pada saat dokternya melihat perempuan tersebut, “Ah sudahlah kamu pulang saja berdua”. Perempuan itu menjawab “Lho kenapa dokter, saya kan belum berobat lagi”.

Dokternya menjawab “Sudahlah pulang saja, istrimu tidak akan bisa hamil karena saya lihat umurnya tidak lama lagi”

Setelah mendengarnya, dia pulang dan sedih. Berlalu sebulan, dua bulan, tiga bulan, suaminya mengatakan “Istri saya tidak mati-mati, masih hidup, masih baik-baik saja”. Tapi si istri yang namanya mendengar ingin mati setiap hari nangis di sajadah tidak selesai-selesai, sholat, ibadah, dan ngaji.

Tiga bulan berlalu suaminya mengajak kembali ke tabib, “Eh kita balik ke tabib, dia bilang kamu mau mati”

Kemudian tabibnya bilang “Wah, kamu sekarang bisa hamil”

Suaminya berkata, “Ini tabib sepertinya gila, kemarin dia bilang istri saya tidak bisa hamil bahkan mau mati sekarang dia bilang istri saya bakal hamil. Kamu kalau ngucapin omongan yang benar dong, kemarin kamu bilang istri saya akan mati sekarang istri saya sampai sekarang masih hidup. Sekarang memberi kabar harapan, istri saya akan hamil. Apa nih maksudnya?”

Tabibnya menjawab “Kemarin saat istri kamu datang ke saya, badannya sangat gemuk. Yang gemuk seperti itu mau diobatin seperti apapun tidak akan hamil. Tidak ada obat yang paling bikin cepat kurus kecuali ingat mati. Makanya saya bilang dia mau mati. InsyaAllah sebentar lagi istri kamu hamil”

Beberapa bulan dari sana kemudian kembali lagi, benar istrinya hamil.

Ini artinya yang paling ampuh membuat kita tidak berdaya adalah tentang kematian. Setiap orang  jika ingat kematian, pasti semuanya hilang (tidak merasakan apa-apa). Karena memang sifatnya kematian itu memang menghancurkan kelezatan yang ada. Sehingga pada saat orang sedang senang-senangnya, maka terputus senangnya (tidak lagi ingat senangnya).

Nabi Muhammad SAW berkata

“Seandainya binatang-binatang tahu tentang kematian seperti yang diketahui anak cucu Adam, maka kamu tidak akan menemukan ada binatang yang gemuk”

Jika binatang tahu kematian sebagaimana anak cucu Adam tahu tentang kematian, maka semua binatang kurus karena saking tidak nafsu makan apa-apa.

Binatang tidak paham. Kucing tidak memikirkan matinya, burung tidak memikirkan matinya, sapi walaupun disembelin setiap kurban dia tidak memikirkan matinya. Mereka tidak memikirkan matinya.

Jika ada manusia sudah jelas-jelas tahu bahwa setiap manusia itu akan ada waktu kematiannya tapi tidak pernah mengingatnya, maka apa bedanya dengan binatang?

Habib Abdullah bin Husein bin Thohir mengingatkan,

“Jadi orang itu merenunglah tentang umur yang Allah anugerahkan kepadamu, jangan seperti binatang ternak”

Karena binatang ternak hanya bisa makan dan tidur, sedangkan kita disuruh ingat bahwa setiap orang pasti akan bertemu dengan kematian.

Sayyidah Aisyah pernah bertanya,

“Wahai Rasul, apakah ada seseorang nanti yang bisa dikumpulkan dengan syuhada (orang-orang yang mati syahid)?”

Dijawab oleh Nabi,

“Ada orang nanti diakhirat dikumpulkan dengan para syuhada”

Sayyidah Aisyah bertanya kembali,

“Siapa mereka, ya Rasulullah?”

Rasulullah menjawab,

“Mereka adalah orang-orang yang mengingat kematian dalam satu harinya 20 kali”

Kamu harus tahu mengingat kematian itu bukan tentang “kalau saya mati bagaimana?”. Jika mengingat seperti itu maka yang muncul was-wasnya.

Sementara Nabi mengajak kita untuk mengingat mati dengan tujuan agar kita bisa menjauhi dunia yang sesaat. Agar kita menjadi orang yang tidak mati-matian dalam mengejarnya, tidak terlalu fokus pada dunianya. Karena Nabi mengatakan,

“Disini kamu hanya sementara. Kamu akan meninggalkan, jadi jangan kelewatan”

Perumpamaan orang hidup di dunia seharusnya seperti mereka sedang bermusafir. Artinya yang kamu siapkan hanya kebutuhan kamu saja. Lalu jika ingin punya lebih boleh tapi ingat lebihnya bukan untuk disini, lebihnya untuk diakhirat. Karena jika yang kamu cari lebihnya disini, maka rugi.

Berapa banyak orang yang merugi karena sudah lelah mengumpulkan segalanya disini tapi keduluan ajal. Begitu ajalnya sampai, dia bahkan belum merasakan apa-apa. Selama dia didunia mencari uang mati-matian dan sudah waktunya dia memetik hasil tapi kemudian wafat. Dia meninggalkan harta tapi hartanya hanya menjadi warisan. Dia tidak menikmati apa-apa.

Maka yang dimaksud oleh Nabi untuk kita sering mengingat kematian itu punya alasan. Harusnya orang yang mengingat kematian bisa membuat dia menjauhi dunia. Karena dunia tempatnya tipu daya, jangan tertipu. Artinya jika kita tahu akan meninggalkan dunia, maka persepsi dalam mengumpulkan dunia bukan tentang kaya didunia tetapi persepsinya adalah tujuannya untuk kita memperkaya diri diakhirat.

Mau kaya boleh, tapi jangan berpikir hanya ingin membuat istana disini, jangan hanya berpikir ingin punya tanah luas disini, jangan berpikir hanya mau punya ini dan itu disini, tapi yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya saya punya ini dan itu disini karena saya banyak mau ini dan itu disana.

Ingin punya ruko 10 pintu agar nanti saya punya istana 10 pintu, tapi dari setiap 10 ruko yang menguntungkan, dia bangun masjid, mushola, pesantren, untuk membantu orang, menyumbang orang. Dia punya tanah luas menguntungkan, tapi buat apa jika kamu tidak punya lahan yang serupa disana?

Rasulullah mengingatkan kita untuk selalu mengingat kematian agar kita tidak berpikir sempit (mikirnya hanya tentang didunia)

“Haduh kalau saya tidak punya uang, nanti repot”

Mikirnya hanya didunia saja, tidak pernah berpikir diakhirat.

Ingat kematian agar kamu tahu dunia ini hanya prasarana saja. Iya kamu harus punya tanah, rumah, mobil, emas, boleh. Tapi kamu juga harus tanamkan didalam hati kamu “Kalau saya punya rumah sebesar ini disini, saya juga harus punya rumah dengan rupanya yang jauh lebih besar disana

Jadi setelah kamu memalingkan dirimu dari dunia, maka akan timbul sifat selanjutnya yaitu mempersiapkan rancangan dan perencanaan untuk akhiratmu (bukan hanya tentang rancangan disini).

Jika kamu perhatikan orang bank datang “Sini Bu dananya tabung, investasi jangka panjang lho Bu, ini investasi untuk masa tua lho Bu

Jika cara berpikirmu seperti yang diajarkan oleh ahli dunia, maka kamu punya otak sempit.

Sementara Sayyidina Abdurrahman bin Auf dan Sayyidina Utsman bin Affan pikirannya jenius, bukan mau kaya didunia saja. Sayyidina Abu Bakar As Shidiq berapa banyak memberikan tanahnya kepada Rasul hanya karena ingin dapat kebun disana. Karena dia bukan hanya mencari (nikmat) disini, disini (didunia ini) nikmatnya seberapa ?

Jika bicara tentang yang kamu butuh, yang kamu butuh tidak banyak. Tapi jika bicara kamu punya banyak mau, boleh. Tapi adanya mengingat kematian disini untuk kamu jangan hanya ingin enak disini saja karena enak hanya disini semuanya hisab. Tapi jika kamu enak disini (didunia) dan enak disana (akhirat) itu baru nikmat.

KISAH HABIB ABU BAKAR AL ADNI DI TEST KEWALIANNYA

Habib Abu Bakar Al Adni jika jalan beratus-ratus meter dibentangi karpet karena tidak mau menginjak tanah dan naik kuda yang dirias. Yang beliau cari adalah agar membuat semua orang jika dia lewat menengok Siapa ini orang?”

Suatu waktu ada seorang guru tinggal didaerah desa pedalaman sedang menguji muridnya, “Eh kamu benar menganggap saya guru kamu? Jika kamu benar menganggap saya guru, sekarang kamu pergi ke kota Adn, kamu harus menegur Al Imam Al Habib Abu Bakar Al Adni”

Muridnya bertanya “saya menegur apa?”

Gurunya menjawab “Katakan kepadanya jika jalan dimuka bumi tidak boleh dongak (sombong)

Akhirnya dia pergi, bagaimana caranya menegur Habib Abu Bakar Al Adni tapi beliau tidak boleh melihat saya. Kemudian Habib Abu Bakar Al Adni lewat dengan kudanya dan dia mengumpat di belakang pohon kurma lalu dia teriak “Ya Imam, jalan di bumi tidak boleh dongak”

Habib Abu Bakar nengok dan bertanya, “Siapa itu yang menegur saya?”

Anak murid tersebut berkata “Haduh ketahuan

Habib Abu Bakar bertanya kembali “Siapa yang menyuruh kamu?

Anak murid tersebut menjawab “Guru saya yang menegur

Habib Abu Bakar kemudian bertanya dan meminta “Mana tangan kamu?

Lalu tangannya ditunjuk oleh Habib Abu Bakar dan berkata “Ini Guru kamu yang menyuruh kamu kesini? Pulang. Bilang ke dia jangan ngetest wali”

Murid tersebut menjawab, “Iya bib, maaf bib”

Habib Abu Bakar kemudian menyuruhnya untuk pulang.

Sampai disitu, tangan gurunya sedang melepuh sebab ditunjuk tadi oleh Habib Abu Bakar keluar cahaya dari tangannya (tangannya dilaser).

Ulama bilang, Habib Abu Bakar Al Adni jalan di bentangi karpet dan kuda didandanin.

Kemudian ada seseorang lagi. Jika bicara kaya, sangat kaya. Tapi kita harus tahu beliau sangat dermawan. Jika menjamu tamu 10 orang, yang dipotong kambingnya 10 tapi hanya diambil hatinya dan bagian yang lain dibagikan ke fuqoro. Hanya ambil hatinya karena hati yang paling mahal. Dahulu hati kambing yang paling mahal.

Ulama tidak mau hanya bisa disini jadi orang kaya dan berhasil, tapi diakhirat tabungannya tidak terhitung. Mereka tidak hanya ingin tampil didunia tapi mereka punya tabungan yang tidak terhingga disana.

Ada seseorang yang datang dan bertanya dengan kejahilannya butuh jawaban “Habib kenapa engkau berjalan seperti ini?

Maka dijawab oleh Habib Abu Bakar Al Adni,

Saya ingin semua orang melihat saya saat saya jalan, karena dengan mereka melihat saya justru itu adalah penyebab mereka nanti bisa saya tolong disana

Jadi memang sengaja seperti itu biar orang melihat. Jawaban ini masuk akal karena pada zaman Syekh Abdul Qodir Al Jaelani, beliau bisa mensyafaati orang yang tersiksa dialam kubur hanya karena melihat debu bekas jalannya Syekh Abdul Qodir.

Maka dia sengaja jika jalan kemana-kemana dihebohkan dengan dirinya dan minta dikawal agar orang melihat. Yang belum taubat melihat, yang belum sadar melihat, karena ternyata

Memandang wajahnya orang sholeh bisa membuat seseorang itu masuk kedalam surga bahkan bisa membuat orang kafir menjadi beriman

PEMUDA MASUK ISLAM SEBAB MEMANDANG HABIB UMAR

Saat beliau safari dakwah ke Afrika dan disaat waktu sudah mepet pesawat ingin terbang. Habib Umar dengan santainya saja dia wirid dan kemudian turun disaat orang sedang buru-buru ingin memasukkan barang ke security check-in,

ada orang bertanya ke Habib Ali Jufri, “yang sebelah kamu siapa?

Habib Ali Jufri menjawab “Ini Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz

Kata orang tersebut “Siapa dia?

Habib Ali Jufri menjawab kembali “Dia pendakwah yang mengajak orang pada jalannya Allah

Orang Afrika tersebut mengatakan “Saya mau masuk islam, tolong katakan ke dia

Habib Umar dikabarin “Habib, ini ada orang mau masuk islam

Maka oleh Habib Umar di talqin. Setelah selesai, beliau menyuruh muridnya agar orang tersebut dibawa masuk ke ruang tunggu.

Tapi kata murid-muridnya “Habib, pintu pesawat sudah ingin ditutup, sudah tidak ada manfaatnya membawa dia ke ruang tunggu

Habib Umar mengatakan “bawa ke ruang tunggu

Akhirnya muridnya nurut bawa keruang tunggu karena tidak ada yang berani ganggu.

Saat Habib Umar jalan ke ruang tunggu, beliau mendapat informasi bahwa pesawat delay dua jam. Habib Umar mengajarkan orang tersebut wudhu, bagaimana istinja, dan semua diajarkan dengan dirinya sendiri selama dua jam diruang tunggu. Saat pulang, namanya diganti oleh Habib.

Kemudian Habib berangkat terbang. Tadinya orang tersebut beberapa menit yang lalu belum beriman, berubah menjadi beriman berkah memandang wajah orang sholeh.

Melihat wajahnya orang sholeh, pendosa bisa taubat, ahlu maksiat bisa luntur dosa-dosanya, bahkan orang yang belum beriman bisa ingin mendapatkan keimanan didalam hatinya.

Maka kita dapat jawabannya, dahulu Habib Abu Bakar Al Adni membuat cara dengan karpet dibentangi dan kuda dirias bukan karena ingin takabur dengan apa yang dia punya didunia dan dengan segala pencapaian yang dia punya, tetapi dia menyadarkan kita bahwa semua ini tidak ada gunanya.

Kekayaan, ketenaran, dan semua yang kamu miliki jika tidak bisa membuatmu semakin dekat ke Allah dan tidak bisa membuat kamu memberikan apa yang kamu punya untuk Allah, maka kamu bukan siapa-siapa dan kamu tidak ada apa-apanya.

Tujuan mengingat kematian adalah untuk membuat kita mengabaikan dunia dan mempersiapkan diri menuju akhirat.

Bekalnya siap, perhitungannya jelas yang dicari adalah pahala disana, bukan hanya tentang disini yang mau enak.

Dan seseorang yang lalai dalam mengingat kematian maka dapat dipastikan hal itu dapat menenggelamkan dia kedalam syahwatnya dunia.

Dia hanya ingin melakukan kesenangan-kesenangannya saja, yang dia anggap enak dan senang. Itu yang dijalankan.

Kenapa anak muda ketika mendengar nasihat tidak langsung tersentuh? Karena dihati mereka yang sedang muncul adalah senang dengan huru-hara hiruk-pikuk dunia.

Mereka senang. Yahudi berhasil membuat dia seperti itu. Tidak ada anak muda yang ingat mati. Makanya jika ada anak muda yang benar, pahalanya luar biasa. Dia yang punya payung di padang mahsyar. Sebab anak muda yang bisa berjalan dijalan Allah lurus itu luar biasa. Tapi lihat anak muda datang kajian, langsung taubat.

Mereka sedang senang, penuh dengan amarah ambisi jika mereka belum mencapai apa yang orang capai.

Beda dengan yang sudah tua, karena mereka sudah bukan difase efuoria tapi di fase sedih. Sedih pusing mikirin rumah tangga, anak, keuangan. Bukan lagi senang-senang.

Sesulit apapun keadaannya, orangtua akan mati-matian membuat senang anaknya. Bukan hanya orang kaya saja, orang susah juga.

Hatinya anak-anak dipenuhi dengan efuoria dan jiwanya banyak marahnya. Jika dia tidak mendapat apa yang dia inginkan, maka dia akan marah.

Anak-anak seperti itu belum mendapatkan masalah karena dia masih berada didalam tanggung jawabmu.

Ini semua tujuannya baik agar kita tidak sampai salah didalam menjalani kehidupan ini , dari kita mengingat kematian tujuannya adalah agar kita benar-benar bisa belajar dari kematian itu apa dan apa misteri dibaliknya.

والله اعلم بالصواب