MQ EPS 76
Banyak orang yang diangkat derajatnya oleh Allah bukan karena banyaknya ujian (kehilangan benda atau sesuatu lainnya) tapi karena dirinya mampu bertahan untuk tidak melakukan maksiat

Tanggal           : Selasa, 6 Desember 2022
Kitab               : Mukasyafatul Qulub
Karya              : Imam Ghazali
Guru                : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat            : MT Banat Ummul Batul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

PENDAHULUAN

Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadalah Ayat 11

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu”

KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB

Dikutip dari nasihatnya Nabi Daud a.s. kepada Nabi Sulaiman a.s.

Nabi Daud a.s. berkata kepada Nabi Sulaiman a.s.

“Ketakwaan seorang muslim bisa dilihat dari tiga hal. Tawakal dengan baik pada sesuatu yang belum didapat, ridho terhadap sesuatu yang didapatkan, dan sabar terhadap sesuatu yang hilang darinya”

Jika kita mempunya tiga hal ini, berarti kita disebut orang yang mempunyai takwa. Tapi jika belum ada pada diri kita, berarti perlu ditanya kepada diri kita sudah sejauh mana takwa kita selama ini kepada Allah?

Kita perlu tahu, takwa menentukan segalanya. Jika orang mukmin dihatinya mempunyai takwa, maka disitulah kelebihannya. Karena Allah sendiri yang sudah menyebutkan,

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertakwa”

Semakin tinggi kualitas takwa seseorang, berarti orang tersebut semakin memiliki prestasi dimata Allah. Sebesar apapun pencapaian yang kita capai dimuka bumi ini jika tidak diiringi dengan takwa, maka itu bukan pencapaian dimata Allah. Jika dilihat dari sisi pandangan Allah, kesuksesan, kehebatan, dan kemampuan dalam berbuat apapun tapi tidak diiringi dengan takwa maka itu tidak disebut pencapaian karena Allah hanya melihat kemuliaan hanya dari sisi takwanya. Jika kita mau sesuatu yang kita perbuat bermakna, maka sisipkan dalam perbuatan itu adanya takwa. Jika tidak ada takwa maka semua itu tidak bermakna, hanya sia-sia saja.

Tiga Hal yang dimiliki Orang Bertakwa

  1. Tawakal dengan baik pada sesuatu yang belum didapat

Disaat yang kamu harapkan belum bisa didapat tapi kamu berusaha untuk tawakal, maka kamu memiliki takwa di dalam hatimu.

Kisah Tawakal Ibu Nabi Musa a.s.

Saat beliau diberi wahyu oleh Allah untuk melemparkan putranya kedalam sungai, ada jaminan tidak putranya akan kembali selamat?

Ibu nya Nabi Musa a.s. bukan Nabi, maka maksud firman Allah tersebut (Allah mewahyukan kepada Ibunda Musa), wahyunya tidak sama seperti wahyu yang diturunkan kepada Nabi. Tapi wahyunya berbentuk sebuah firasat.

Ibu Nabi Musa kala itu diberikan kekuatan oleh Allah melalui wahyu (firasat) tadi, “Anak saya akan selamat jika saya lempar” maka beliau titipkan anaknya kepada Allah.

Setelah kita sudah melakukan semuanya dengan semestinya, serahkan semua kepada Allah dalam bentuk tawakal

Jika seseorang belum mendapatkan sesuatu yang dia mau dalam bentuk kesuksesan, penghasilan, keselamatan, tapi dia kemas dengan tawakal, maka ini tanda pertama bahwa dia punya takwa benar karena dia sudah memasrahkan semua urusannya kepada yang seharusnya dipasrahkan.

Jika orang yang tidak bertakwa, dia sibuk mempertanyakan sehingga membuat dirinya terpuruk untuk hal yang belum didapat

  1. Ridho terhadap sesuatu yang didapatkan

Bagaimana kita menyikapi segala apa yang Allah berikan, baik itu kadarnya (banyak atau sedikit).

Seperti orang usaha, seburuk-buruknya orang membuka usaha pasti ada yang beli. Ini tentang bagaimana kamu ridho dengan apa yang kamu dapat jatahnya dari apa yang Allah bagi. Bukan mempertanyakan “Kenapa kok hanya segini dapatnya?”

Habib Abdullah Al haddad mengatakan Hadits Nabi,

Jangan perbanyak risaumu, sedihmu, dan galaumu karena apa yang sudah ditetapkan pasti akan terjadi

Takwa dapat terlihat dari cara ridho. Ridhonya kita kepada sesuatu yang didapat. Yang diminta ridho itu adalah ridhoi semua apa yang kamu dapat. Maka belajarlah ridho, jangan repot mengurus hal yang yang belum didapat. Jika belum dapat, maka usaha minta tapi yang halus bukan seperti tidak terima.

Begitupun tentang nasib, nasib itu jatah semua orang. Tidak ada nasib yang diberikan oleh Allah itu buruk.

Allah tidak akan mengantarkan kita pada titik saat ini kecuali juga atas usaha apa yang sudah kita perbuat hingga detik ini.

Orang yang unggul adalah orang-orang yang paling depan karena dia mau berlomba-lomba.

Ada orang pasrah dengan nasib tapi hatinya tidak, maka itu bukan ridho dengan apa yang diberikan oleh Allah. Orang yang ridho adalah orang yang paling tenang dalam hidupnya. Tidak ada orang yang bisa menanamkan ridho didalam hatinya menganggap ketetapan Allah itu buruk, semua bagi dia ketetapan Allah itu baik karena dia punya ridho.

Semakin baik keridhoan seseorang atas apa yang didapat, maka menunjukkan semakin baik takwanya dia

  1. Sabar terhadap sesuatu yang hilang darinya

Allah tidak mungkin memberikan suatu ujian dalam hidup seseorang, kecuali dia mampu menghadapinya.

Jika ada orang terlihat tidak sabar dan bilang tidak kuat, itu bohong. Dia bukan tidak kuat, tapi dia itu hanya tidak tahu caranya untuk bagaimana menjadi orang yang kuat.

Kenapa dikatakan bohong? Karena jika ada orang yang di uji oleh Allah akan suatu ujian dan dia tidak kuat, dia bukannya sadar tapi dia gila. Seseorang di uji oleh Allah sesuatu yang berat, maka ujian itu akan membuatnya hilang akal (kesadaran akalnya diambil).

Dia tidak merasakan apa-apa, dia tidak wajib sholat, puasa, tidak ada malaikat yang bertugas untuk dirinya, tidak ada hukum yang kena dia.

Jika orang masih bisa nangis dan dia mengatakan tidak kuat, kamu bukannya tidak kuat tapi kamu hanya tidak tahu caranya untuk kuat makanya kamu ngomong tidak kuat. Tapi sebetulnya apa yang Allah berikan kepada kamu, kamu itu kuat.

Jika kita bisa menyikapinya, kita pasti tahu cara menghadapinya.

Jika kamu mau melihat orang yang benar-benar sabar, lihat dari ekspresi pertama kali dia tertimpa musibah. Apa yang dia lakukan?

Pertama dia balikan semua kepada Allah mengucap إنا لله و إنا إليه راجعون

Jika tidak menerima, itu tandanya dalam dirinya belum ada sabar sehingga sabarnya harus diingatkan. Hakikatnya jiwa sabar belum melekat dalam dirinya. Semua itu kembali lagi kepada takwa kita.

Jika takwa kita semakin baik, maka kita akan menyikapi segala sesuatu yang datang maupun yang pergi dari kita dengan baik

Sebagian ahli hikmah berkata,

“Barangsiapa yang bersabar terhadap suatu cobaan, maka dia akan mencapai tingkat kesempurnaan”

Kita semua harus belajar bagaimana menyikapi tiga hal ini, untuk kita bisa kuat menjadi orang yang sabar, ridho, dan berjiwa tawakal. Karena semua ini akan menandakan kita menjadi orang yang bagus kualitas takwanya.

Sebuah syair mengatakan,


“Hendaknya kamu menjadi orang yang bersabar atas segala sesuatu yang menimpamu”

Dunia ini tidak akan pernah lepas dari hiasan aja, dunia selalu menawarkan kepada kita keindahan, kemegahan, dan kenikmatan. Tapi sejatinya dunia itu bukan sesuatu yang bisa kita sandarkan, karena segala sesuatu yang ada didunia tidak ada yang kekal, semuanya hanya sesaat.

Dengan adanya cobaan, janganlah kamu mengeluh karena mengeluh tidak akan mengeluarkanmu dari cobaan. Jangan tertipu dengan dunia dan perhiasannya.

Orang yang sabar dalam menyikapi hidup merupakan orang yang memiliki sifat waro’

Dunia akan terus datang menghancurkan kita, tinggal kitanya saja ingin belajar atau tidak dari semua yang datang kepada kita.

Dunia memberikan harapan, makanya kita disuruh untuk menjauhkan diri dari apa yang ditawarkan oleh dunia. Karena jika kita berhasil lari dunia, InsyaAllah kita bisa datang kepada Allah dengan penuh ridho, ikhlas, dan sabar.

Allah tidak pernah menuntut kamu hidup, kamu yang menuntut diri kamu seperti itu. Yang Allah minta makan yang halal, jauhkan yang haram, dan kerjakan yang wajib. Yang lain Allah tidak minta. Lalu kamu bilang ini tuntutan hidup? Siapa yang bilang?

Sabar adalah kuncinya semua harapan dan sabar akan selalu menjadi sesuatu yang dapat membantu kita disaat sedang sulit

Sabarlah kamu walaupun terasa panjang cobaannya, karena mungkin kesedihan yang panjang itu nanti suatu saat bisa menjadi penolongmu.

Contoh
Ada orang tertinggal pesawat dan marah. Kemudian dia mendapat berita bahwa pesawatnya tadi jatuh. Jadi nangis? Tidak, tapi berubah menjadi bersyukur.

Apapun ujiannya, maka bersabarlah karena mungkin yang kamu sedihkan ini nanti akan menjadi penolongmu.

Jangan pernah menyandarkan kadar rezeki atas kemampuan diri, karena kamu tidak diupah atas kemampuanmu tapi kamu diupah atas ketetapan Allah terhadap rezekimu.

Yang haram itulah godaan syaithon, maka kita harus jauhkan.

Syair mengatakan

Sabar itu sampulnya iman, bahkan dia yang paling kuat untuk membentengi kita dari syaithon.

Kesabaran akan selalu mendatangkan nikmat, tidak seperti terburu-buru yang akan selalu mendatangkan penyesalan. Orang yang bertindak tapi tidak berpikir terlebih dahulu pasti akhirnya menyesal.

Cabang-Cabang Sabar

  1. Sabar atas yang wajib
    Dia sabar disaat berusaha menjalankan yang wajib.
  1. Sabar atas yang sunnah
    Dia sabar disaat berusaha menjalankan yang sunnah.
    Bagi orang-orang yang masih dunia, dia menganggap seperti itu ribet. Padahal sebenarnya itu mudah.
  1. Sabar atas gangguan
    Dia sabar disaat diganggu dan disakiti orang lain.
  1. Sabar atas penyakit
    Dia sabar atas penyakit yang dirasa atau sabar atas orang sakit yang ada didepannya.
  1. Sabar atas kemiskinan
    Dia sabar disaat sedang kesusahan.
  1. Sabar atas maksiat
    Dia sabar disaat diajak maksiat.
  1. Sabar atas syahwat
  1. Sabar atas yang syubhat
    Dia sabar disaat dihadapkan sesuatu antara halal dan haram.

Tingkatan Sabar

  1. Sabar atas kehilangan
    Sabar disaat kehilangan benda atau keluarga akan mendapat 300 derajat (kebaikan)
  1. Sabar atas ketaatan
    Sabar disaat mengerjakan ketaatan akan mendapat 600 derajat (kebaikan)
  1. Sabar atas kemaksiatan
    Sabar disaat ingin mengerjakan maksiat akan mendapat 900 derajat (kebaikan)

Banyak orang yang diangkat derajatnya oleh Allah bukan karena banyaknya ujian (kehilangan benda atau sesuatu lainnya) tapi karena dirinya mampu bertahan untuk tidak melakukan maksiat.

والله أعلم بالصواب