MQ EPS 72
Sumber hati bisa terjaga jika matamu dijaga. Hatimu bisa terjaga jika telingamu dijaga.

Tanggal           : Selasa, 01 November 2022
Kitab                : Mukasyafatul Qulub
Karya               : Imam Al Ghazali
Guru                : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat            : MT Banat Ummul Batul

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

PENDAHULUAN

Hadroh Basaudan ini keutamaannya adalah mencegah atau menolak mara bahaya/musibah yang akan menimpa kita hingga satu minggu mendatang.

Harapan kita bukan hanya mencegah mara bahaya, akan tetapi kita juga mau Hadroh ini bisa mencegah kita dari sebuah dosa.

Jika kita ditimpa musibah, kita dapat pahala walaupun rasanya sakit. Tapi jika kita ditimpa dengan dosa, kita tidak dapat pahala. Dosa itu adalah musibah yang paling besar.

Tiap kali kita hadir Hadroh, kita tidak hanya meminta pada Allah SWT untuk ditolak bala’, tapi kita juga perlu menyisipkan dan menambahkan niat. Niat agar Allah SWT menjaga kita, melindungi kita, wabil khusus dari dosa-dosa yang akan kita perbuat.

Jika kita minta kepada Allah SWT selamat dari maksiat, maka Allah SWT pasti selamatkan kita di akhirat.

Praktekkan tiap hadir Hadroh/Majelis/Maulid : Pegang dada, bicara, “Ya Allah tiap aku datang majelis maka aku berniat semoga Engkau memberiku keselamatan dari maksiat aku kepadaMu Ya Allah.”

Imam Ibnu Siri berkata,

“Kamu ingin tahu manusia yang paling banyak terlihat kesalahannya itu manusia yang seperti apa? Mereka adalah yang selalu melihat kesalahan orang lain.”

Penting berusaha mengerem diri. Rem dari apa? Rem dari mulut dulu. Rem mulut untuk tidak mengungkapkan kesalahan, kejelekan, keburukan orang lain, walaupun kita merasa benar.

Banyak orang yang hidup di sekitar kita berbuat salah. Jika orang yang berbuat salah pada kita banyak, maka boleh jadi kita berbuat salah pada orang juga banyak.

Jika orang bisa salah pada kita, kita juga bisa salah pada orang. Walaupun orangnya bukan dia, tapi orang yang lain lagi.

Sebelum mudah mengutarakan kekurangan orang, kita harus sadar diri pada kekurangan diri sendiri. Tidak ada dari kita yang sempurna, tidak ada dari kita yang paling baik dan paling hebat. Karena pasti kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.

Minta kepada Allah SWT bukan hanya tentang keselamatan di dunia, tapi yang kita harap keselamatan di akhirat. Dan akhirat tidak akan bisa mengantarkan kita pada keselamatan itu jika kita tidak selamatkan diri kita dari maksiat.

KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB

Imam Ghazali mengutip ucapannya Plato (Seorang Filsuf). Ada orang yang bertanya pada Plato, “Mana yang paling bahaya untuk hati? Penglihatan atau pendengaran?”.

Maka Plato menjawab, “Penglihatan dan pendengaran itu seumpamanya seperti dua sayap burung. Burung tidak bisa terbang jika salah satu sayapnya rusak. Jikalau ada yang berusaha ingin tetap terbang, maka dia akan berusaha terbang dengan satu sayap yang sudah pasti membuatnya sangatlah lelah. Penglihatan dan pendengaran itu sama. Mata dan telinga itu sama.” 

Sehebat-hebatnya orang belajar hanya menggunakan telinga, tidak akan lebih mendapatkan manfaat seperti orang yang belajar dengan menggunakan mata dan telinga.

Jika kamu melihat kebaikan, ada tidak dampaknya di hati? Ada. Yang kamu dengar, ada tidak dampaknya di hati? Ada. Keduanya sama-sama memiliki peranan yang penting dan seimbang.

Allah SWT berfirman, “Inna sam’a wal basar wal fu’ad kullu ula’ika kana ‘anhu mas’ula” (Karena pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya) –QS Al Isra’ : 36-

Sumber hati bisa terjaga jika matamu dijaga. Hatimu bisa terjaga jika telingamu dijaga.

Kenapa kita disuruh menjauhi perkumpulan yang tidak benar? Karena apa yang kamu lihat akan mempengaruhi hatimu.

Kenapa kita diminta menjauhi teman-teman yang tidak benar? Karena apa yang mereka ucap dari ucapan-ucapan dan kata-kata mereka akan mempengaruhi hatimu.

Jika kita ingin terhindar dari maksiat, kita ingin terhindar dari perbuatan dosa, wa bil khusus kita ingin jaga hati kita dari segala kotoran-kotorannya, maka yang harus kita jaga pertama adalah mata dan telinga.

Muhammad bin Dou’ berkata, “Cukup bagi seorang hamba itu dianggap kurang (tidak sempurna di mata Allah SWT) dan rendah di mata orang-orang yang berakal di sekitarnya, hanya dengan senangnya melihat segala sesuatu yang dia sukai saja. Yang dia tidak suka, dicela, dihina, dijelekkan, dan lain sebagainya.”

Mencari kenikmatan atau kesempurnaan dari yang kamu lihat, itu hanya membuatmu rendah di mata Allah SWT dan RasulNya.

Kekurangan orang adalah pembelajaran bagi diri.

Seorang ulama berkata, “Saya belajar adab, kesantunan dari orang yang tidak memiliki sopan santun.”

Belajar memetik dari ketidaksantunan orang, memetik dari kekurangan orang, itu hebat.

Orang yang hanya menuntut kesempurnaan dari orang lain adalah orang yang rendah di mata Allah SWT.

Manusia dipasangkan oleh Allah SWT untuk saling mengenali kekurangan dari sini dan kekurangan dari sana.

Perhiasan yang paling indah adalah perempuan solehah. Perempuan solehah adalah yang tidak mencari kesempurnaan, tetapi dapat menyikapi kekurangan.

Allah SWT mengatakan, “Saya tidak pernah memerintah kamu untuk suatu hal yang membuatmu terbebani. Lakukan semampunya.”

Kisah orang zuhud menegur orang yang akal dan hatinya rusak

Ada orang zuhud (katakanlah ulama) melihat seorang lelaki menertawakan seorang budak. Orang zuhud ini menegur lelaki itu, “Hei kamu yang akalnya rusak dan hatimu juga yang rusak! Kamu tidak malu dengan yang mencatat amal perbuatanmu? Dan apa kamu tidak malu dengan Malaikat yang menjaga dan melindungimu?”

Setiap dari kita diberikan oleh Allah SWT satu malaikat khusus, namanya malaikat hafidzin (malaikat yang menjaga kita dari terpleset, tersandung, kecelakaan, dan lain sebagainya).

Di muka bumi ini kita tidak boleh berjalan dengan sombong, angkuh.

Manusia bisa merasakan apa yang di transfer oleh hati orang lain.

Ulama berkata, “Bahasa tubuh itu lebih fasih daripada bahasa lisan.”

Belum tentu apa yang orang ucapkan itu sejatinya mewakili isi hatinya.

Jika memang bahasa rindu itu ada, maka tubuhnya akan menyertai kerinduan itu. Itu tidak bisa dipungkiri.

Saat kita bersikap buruk, mestinya kita ingat, “Ini saya punya Rakib Atid di kanan kiri saya.

Semua yang kita lakukan akan menjadi saksi. Saksi itu bisa bersaksi kebaikan, bisa juga bersaksi keburukan.

Yang nyata maupun yang tak nampak dari kita, semua itu tidak luput dari Allah SWT. Kita mungkin bisa mengelabui orang, tapi tidak satupun dari kita mampu mengelabui Allah SWT.

Syair Syekh Abdul Qodir Al Jailani, “Wahai kedua mata, kamu bersenang-senang melihat apa yang nikmat untuk kamu, tapi ternyata kamu masukkan ke dalam hati saya sesuatu yang paling buruk. Apakah kedua mataku ini setara dengan hatiku? Kamu curang, kamu berkomplot wahai mata untuk membunuh hati saya. Kamu mata, kamu dua. Hati saya satu.” 

Apa yang kamu lihat, bila itu belum siap kamu kerjakan atau lakukan atau kamu belum bisa meniru atau menyerupai, hatimu tidak siap, maka kamu akan frustasi.

Jaga hati kita. Jangan salah lihat, jangan salah memandang, jangan salah tatap. Karena apa yang kita tatap bahaya untuk hati kita. Begitu juga apa yang kita dengar, bahaya untuk kita.

Buatlah mata kita selalu memandang keindahan Allah SWT, Rasulullah SAW, para Guru, para sahabat, pasangan, anak-anak, segenap keluarga, dan orang lain, bukan memandang keindahan diri sendiri.

والله أعلم بالصواب