MQ EPS 69
Jadikanlah Allah sebagai sandaran hidup, maka kita akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa

Tanggal           : Selasa, 4 Oktober 2022
Kitab               : Mukasyafatul Qulub
Karya              : Imam Ghazali
Guru                : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat            : MT Banat Ummul Batul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

PENDAHULUAN

Al-Imam Sahl bin Abdullah berkata,
Tidak ada pertolongan kecuali datangnya pertolongan itu dari Allah.

Jika kamu memiliki masalah atau kesulitan, jangan meminta tolong kepada orang lain karena akan menimbulkan kekecewaan. Solusi yang diberikan orang lain belum tentu sesuai dengan apa yang kita inginkan karena pertolongan manusia itu terbatas, manusia masih membutuhkan pertolongan orang lain.

Jadi jika kamu punya masalah dan butuh pertolongan, maka datanglah kepada Allah, baik perkara dunia maupun ibadah. Mengapa ibadah (yang kita lakukan) juga termasuk (pertolongan dari Allah) ? Karena kemampuan kita dalam beribadah itu datangnya dari Allah.

Tidak ada orang yang berbuat kebaikan kecuali datangnya dari Allah.

Jika kamu merasakan sulit untuk berbuat kebaikan, maka berdoalah dan meminta bantuan kepada Allah, bersandarlah kepada Allah karena pertolongan Allah akan datang dengan cara yang tidak kamu sangka-sangka.

Menurut mu, kamu tidak dapat melakukan kebaikan tersebut, tapi pertolongan Allah itu rahasia luar biasa. Jadi jangan pernah mengira hal yang kamu lakukan itu datangnya dari diri kamu sendiri. Jika kamu memiliki keinginan yang kuat dalam hati untuk melakukan kebaikan dan selalu bersandar kepada Allah, maka semua yang dilakukan akan menjadi mungkin dan bisa dilakukan sebab orang-orang yang istiqomah itu adalah orang-orang pilihan Allah.

Sama halnya jika kamu meminta petunjuk, kamu tidak usah bingung sebab kamu punya sebaik-baik pembimbing hidup yang memenuhi kriteria segalanya, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Kamu mungkin biasa meminta arahan kepada orang terdekatmu, tapi ketahuilah bahwa tidak ada arahan atau bimbingan yang lebih baik dari arahan Rasulullah SAW.

Jika kamu dihadapkan pilihan antara urusan dunia dengan urusan yang berhubungan dengan Rasul, maka ketahuilah Rasul lebih utama, lebih harus kamu ikuti daripada yang lain. Nasihat-nasihat yang Rasulullah sampaikan sejatinya semua itu bimbingan untuk umatnya. Sabda Rasul itu lebih unggul, lebih luhur, lebih baik daripada untaian-untaian kata yang ada di dunia ini.

Bekal yang Paling Utama adalah Takwa

Imam Sahl berkata,
Bekal yang paling baik dibawa pulang adalah takwa”.

Allah berfirman,
Orang yang paling mulia adalah orang yang tidak mengurusi kemuliaan di mata manusia karena yang paling mulia di mata Allah adalah mereka yang di hatinya memiliki takwa”.

Orang yang mempunyai takwa di dalam hatinya, dia tidak dapat menyembunyikannya karena apa yang melekat di hati akan muncul dalam diri seseorang sebagai aura dan ini tidak bisa dibohongi. Jika takwa sudah ada di dalam diri, maka cara jalannya, pakaiannya, cara bicaranya, tingkah lakunya itu murni tidak dapat dimanipulasi. Jadi jika ada orang sok alim, itu akan terlihat dengan jelas.

Takwa yang kita miliki adalah bekal kita dalam menghadap Allah, menghadap umur kita, menghadap akhirat kita. Oleh karena itu kerjakan amal perbuatan yang baik dengan diiringi kesabaran. Inilah bekal yang paling utama.

KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB

Tawakal artinya mengandalkan Allah pada saat mempunyai kebutuhan. Bukan hanya mengandalkan, tetapi bersandar layaknya orang yang benar-benar menyerahkan diri di hadapan-Nya seolah-olah kita benar-benar yakin dan merasa butuh apalagi saat kita dalam keadaan terdesak.

Sebagai seorang hamba, jangan bersandar kepada makhluk, tapi bersandarlah kepada Allah.

Jika seseorang sedih, dia akan menemui orang terkasihnya. Biasanya yang dia lakukan adalah berbicara dan menghiburnya sehingga membuatnya lupa akan masalahnya. Tapi apakah saat pulang ke rumah dia akan lupa dengan masalahnya? Tidak ada jaminan.

Tapi jika Allah, kita tidak perlu menghampiri-Nya, tapi kita bisa bersandar kepada-Nya. Lalu ditambah Allah berfirman,
Siapa yang bertawakal kepada-Ku, maka Akulah penjaminnya. Akulah yang akan mencukupi kebutuhannya. Akulah yang akan mengurusi segala urusannya”.

Jika kamu percaya dengan firman Allah, maka apalagi masalahmu? Sekarang kuncinya adalah apakah kita bisa bertawakal kepada Allah?

Jika kita jadikan Allah sandaran hidup, kita akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Masalah hidup akan hilang karena terasa sangat ringan, Allah yang memberikan keringanan. Jadi, kita tidak bersandar kecuali hanya dengan Allah.

Kita juga harus tahu bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita itu ada yang mengatur, sudah ada yang menetapkan, yaitu Allah.  Hal ini disebut dengan ridho. Kita harus ridho dengan takdir yang Allah buat, baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Jika kita memiliki ridho, saat kita kehilangan sesuatu, hati kita lapang. Apapun itu perasaan dalam diri kita terima.

Ahlul Hikmah mengatakan,
Berapa banyak penyakit yang membawa kesenangan dan berapa banyak kesenangan yang membawa penyakit?

Allah memberikan banyak nikmat walaupun disela-sela bencana, tapi kita tidak sadar. Kita hanya fokus pada bencananya dan lupa dengan nikmatnya. Kita hanya melihat bebannya saja. Padahal banyak kenikmatan di sekitar kita yang tersembunyi.

Dan terlalu senang dengan perkara dunia itu penyakit. Kesenangan yang datang kepada kita, menghampiri kita, justru dari situ datangnya bencana, kita sebagai manusia bisa lupa diri, na’udzubillahi min dzalik. Sedangkan saat Allah membuat kita sakit, boleh jadi disitu ada penyakit yang Allah sembuhkan, apa itu? Penyakit hati.

Orang lain menampakkan nikmatnya di sosial media, tapi kita tidak tahu dibalik itu mereka lelah dan ada kesusahan yang dialaminya. Ingat,

“Setiap yang murni, ada keruhnya; setiap yang terlihat indah, ada cacatnya karena tidak ada manusia yang sempurna”.

Setiap nikmat, harusnya kita hati-hati terhadap mata hasudnya orang. Maka setiap nikmat itu dijaga, disyukuri, digunakan untuk yang baik agar yang cacat ditutup dengan kebaikan.

Allah berfirman,
Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu yang terbaik bagimu. Boleh jadi kamu menyenangi sesuatu, tetapi itu buruk bagimu

Tidak ada kenikmatan yang paling lezat daripada ridho. Maka, seorang hamba itu tidak bisa menyempurnakan ketaatannya kepada Allah kecuali meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkannya.

والله أعلم بالصواب