Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2022
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Imam Al Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
PENDAHULUAN
Nikmat duduk di majelis ilmu tidak bisa dibayar dengan nilai apapun juga. Jika seseorang sudah mengetahui suatu nilai dari nikmat, maka tidak mudah baginya untuk meninggalkan nikmat tersebut. Sama seperti orang yang sudah tahu nilainya ilmu, nilainya nasihat, nilainya kebaikan. Begitu pula orang-orang solihin, mengapa mereka tidak mudah meninggalkan suatu ketaatan? Karena mereka tahu nilai dari suatu ketaatan itu.
Penting bagi kita menjaga diri. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang selalu depresi. Jika orang yang sering depresi, sumpek, sedih, dan tiba-tiba menangis, mereka adalah orang-orang yang hidupnya di masa lalu, pikirannya selalu tentang apa yang sudah berlalu, menyesali atau pikirannya selalu memikirkan yang kemarin.
Kenapa ada orang yang disebut tidak bisa move on? Karena dia stuck di masa lalu. Pikirannya hanya tentang yang lalu saja. Ada orang yang pernah melalui masa sulit, diingat selalu itu masa sulit, padahal sekarang sudah tidak sulit.
Ada juga orang yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran, siapa mereka? Mereka orang yang hidup di masa depan. Apa yang belum terjadi sudah dipikirkan, belum sakit sudah dipikirkan, belum ada masalah sudah dipikirkan. Dia hidup dipenuhi rasa takut, khawatir, tidak tenang karena selalu berpikiran tentang esok.
Orang yang tenang, orang yang bahagia, orang yang senang, mereka adalah orang yang hidup sekarang. Karena mereka hanya merasakan apa yang dirasakan sekarang, bukan tentang besok atau tentang yang lalu.
Jika kita ingin hidup penuh nikmat, penuh bahagia, maka jangan bicarakan yang kemarin, jangan juga berpikir tentang besok. Cukup pikirkan yang sekarang saja.
Cukup nikmati nikmat yang sekarang Allah SWT berikan kepada kita. Jangan sibuk memikirkan tentang yang lalu, apalagi yang besok yang belum tentu ada.
Orang-orang yang tenang, yang bahagia itu seringkali adalah orang yang tahu nilainya nikmat. Jika seseorang sudah tahu tentang nikmat hidup, maka dia tidak akan memikirkan hidupnya kapan mati, tapi yang dia pikirkan sekarang adalah, “Saya hidup, sekarang Allah SWT kasih saya nikmat, sekarang saya bisa nafas.” Bukan memikirkan, “Jika saya tidak bisa nafas bagaimana?”
Untuk merasakan kenikmatan ini, mahal. Tidak mudah orang bisa menikmati hidup, merasa tenang, tidur nyenyak itu tidak mudah. Tidak ada pikiran itu tidak mudah karena umumnya setiap orang mempunyai pikiran.
Contoh salah satu nikmat;
Nikmatnya ilmu, nikmat bisa menuntut ilmu, nikmatnya bisa belajar. Itu nikmat, tapi tidak banyak orang yang tahu jika itu adalah nikmat. Karena ada orang yang menjadikan menuntut ilmu itu hanya kewajiban saja. Ada orang yang menjadikan menuntut ilmu bukan tuntutan, tapi menikmati menuntut ilmu karena dia tahu nilainya menuntut ilmu.
Kisah Orang Cantengan
Ada orang yang kakinya sakit karena cantengan. Lalu dia pergi ke pasar. Saat sampai di pasar, tidak sengaja kakinya terinjak oleh orang yang sedang berjalan.
Pulang dari pasar, dia datang ke dokter. Saat dokter melihat kakinya, dokter mengatakan, “Ah kamu sih udah parah banget, kukunya harus dicabut.”
Dijawab olehnya, “Memangnya harus dok?”
Dokter menjawab, “Harus, ini kaki udah parah. Daripada semakin parah dan semakin busuk, lebih baik dicabut kukunya.”
Dia pasrah karena dia tahu nilainya jika semakin parah sakitnya maka semakin tidak enak.
Seseorang yang tahu dirinya sakit, yang tahu dirinya tidak benar, yang tahu dirinya belum benar, yang tahu dirinya belum berjalan di jalan yang benar, maka dia datang ke tempat ilmu. Jika dia datang mau berubah, dia akan sabar dalam menuntut ilmu.
Seseorang jika datang ke tempat baik, dia tahu yang di sampaikan di tempat baik itu adalah kebaikan semua. Jika dia belum mau mengambil tindakan untuk dirinya, dia akan pulang begitu saja. Tapi paling tidak, dia sudah mendengar masukan.
Konsekuensi dari ilmu yang kita pelajari adalah amalnya. Setiap nasihat yang kita dapat, kita harus berusaha menerapkannya didalam hidup. Saat kita berusaha menerapkan dalam diri kita, insyaAllah yang kita dapat akan lebih. Yang akan kita lalui juga insyaAllah pahalanya juga lebih.
Mudah-mudahan Allah SWT selalu menuntun kita, membimbing kita. Jangan jadikan majelis hanya sebagai tempat kita mencari ilmu saja, tapi sejatinya ini bukan hanya tempatnya ilmu tapi ini tempatnya kita menempa diri, mengobati diri, memperbaiki diri sehingga kita kembali dari tempat ini pasti akan mendapatkan hal atau sesuatu yang baru yang lebih menguatkan iman kita, menguatkan lahiriah kita, menguatkan batin kita. Sehingga barangkali jika kemarin ada masalah, bisa depresi atau jika dibicarakan tentang masa depan bisa jatuh, rapuh, dan penuh ketakutan. Tapi saat dia punya Allah SWT, “Hanya dengan mengingat Allah SWT hati menjadi tenang.”
Kenapa orang-orang yang beriman ketika mengingat Allah hatinya menjadi tenang? Karena setiap orang yang punya Allah, tidak akan pernah depresi, tidak akan pernah khawatir karena Allah selalu merapikan segala sesuatunya dengan baik dan dengan sebaik-baiknya. InsyaAllah, Allah selalu bersama kita dan kita juga selalu membersamai Allah di dalam hari-hari kita untuk senantiasa mengingatnya.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin ..
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
Bab Taat dan Meninggalkan Keharaman
Sabar itu punya tingkatan pahala. Saya pernah dengar dari guru-guru kita ada dua redaksi. Pertama;
- Pahala 300 khasanat atas sabar disaat ditimpa musibah
Misalnya saat orang-orang terkasih kita meninggal, sahabat kita meninggal, orang tua kita meninggal. Saat musibah itu menimpa kita, lalu kita berucap “Innalillahi wa innailaihi roji’un” dan kita mengikhlaskan apa yang terjadi dalam hidup, maka bagi kita pahala 300 khasanat, 300 pengampunan dosa, 300 ditinggikan derajat.
- Pahala 600 khasanat atas sabar disaat mengerjakan taat
Misalnya saat shalat, lelahnya shalat kita lawan karena ingin taat. Dan juga saat kamu pergi, lalu dijalan susah mencari musholla, susah mencari tempat sholat, kamu mati-matian mencari. Jika kamu melalui proses itu dengan sabar, maka kamu akan mendapat 600 pahala.
- Pahala 900 khasanat atas sabar disaat meninggalkan perkara haram
Misalnya dia sedang belajar pakai kerudung, dia tahu ternyata buka kerudung itu haram. Dia dihujat, dihina, dan dikucilkan, tapi dia menahan diri. Dia tidak mau lagi membuka hijab karena dia tau itu haram. Saat dia melalui proses menahan yang haram, maka pahalanya 900 khasanat.
Mengerjakan kebaikan itu lebih mudah daripada meninggalkan keharaman.
Redaksi kedua, kebalikannya;
- Sabar meninggalkan yang haram, mendapat 300 khasanat
- Sabar mengerjakan taat, mendapat 600 khasanat
- Sabar ditinggal wafat oleh orang-orang terkasih ataupun ditimpa musibah-musibah yang ada, mendapat 900 khasanat
Manapun redaksi yang didengar atau yang pernah saya dapat ini, itu semua dari ulama. Yang terpenting adalah kamu harus tahu bahwa nilainya sabar dalam mengerjakan taat dan dalam meninggalkan yang haram itu pahalanya besar.
Bab ini kita diajak untuk mulazamatuto’at (membuat diri kita/melazimkan diri untuk berbuat taat). Sebelumnya, kita masih mengabaikan taat. Tapi saat kita mendengar ada pahala yang tersimpan dibalik ketaatan, maka kita harusnya lebih menanamkan diri untuk lebih semangat lagi di dalam mengerjakan perbuatan taat. Dan kita tahu besarnya pahala menahan diri dari meninggalkan maksiat itu juga sepatutnya menjadi acuan kita untuk menjadi orang-orang yang mau menahan diri dari berbuat maksiat.
Taat
Apa makna taat?
Apa arti taat yang sesungguhnya?
Taat yang sesungguhnya adalah mendirikan apa-apa yang Allah wajibkan, menjalankan atau melaksanakan apa-apa yang Allah wajibkan terhadap kita, dan meninggalkan apa-apa yang Allah haramkan terhadap kita.
Kamu tidak bisa mengaku, kamu taat kepada Allah tapi kamu masih melakukan yang haram. Berdirilah, berhentilah di batas yang Allah sudah batasi, jangan lebih. Allah membolehkan kamu sampai disini, jangan kelewatan. Apa yang sudah Allah berikan dari kemudahannya, maka jalankan. Tapi jangan melanggar aturannya. Ini yang disebut dengan definisi taat.
Jika seseorang ingin patuh, maka jalankan perintah yang diwajibkan, jauhi apa yang dilarang, dan berhenti dibatas yang Allah sudah ditentukan.
Perempuan punya batasan-batasannya, laki-laki punya batasan-batasannya, setiap anak punya batasan terhadap orang tua, orang tua ada batasan terhadap anak, istri punya batasan terhadap suami, dan suamipun punya batasan terhadap istri. Hal-hal yang seperti ini jangan kamu lewat dari batasannya. Temanpun punya batasan juga, jangan lewat dari batasannya.
Maka pada batas-batas yang sudah Allah tentukan, berhentilah kamu disana, jangan sampai kamu melaluinya.
Allah SWT berfirman,
“Jangan engkau lupakan bagianmu (sebagai seorang hamba), maka ambil bagian kamu, jangan berlaga seperti raja.”
Kisah Wasil bin Atha’
Di zaman para tabi’in (zaman setelah Rasulullah SAW, setelah sahabat Rasulullah SAW), ada seseorang bernama Wasil bin Atha’. Dia punya kelebihan yaitu cerdas, tapi punya kekurangan cadel. Sehingga jika dia berbicara, orang-orang pada nyinyir. Cadelnya tidak bisa berbicara huruf r.
Suatu ketika ditengah-tengah jamaah sedang berkumpul, tiba-tiba Wasil ditunjuk untuk berpidato. Saat melihat dia yang ditunjuk, orang-orang sudah tertawa. Tapi orang yang cerdas selalu punya cara. Dia berdiri, lalu naik ke atas podium, dan berbicara dengan lancar hingga selesai. Itu membuat semua orang yang hadir tercengang, sampai semua orang tidak ada yang cela pidatonya. Apa yang dia sampaikan? Dia sampaikan pidato yang sangat panjang. Tapi karena dia tahu punya kekurangan, dia buang semua huruf “ro” saat menyampaikan pidato tadi. Dia berpidato dengan Bahasa arab tapi dia pilih kata-kata sinonim untuk mengganti kata yang ada “ro” nya. Sepanjang pidato tidak ada “ro”, maka dari itu dia bisa berbicara dengan lancar.
Tapi dengan kecerdasannya itu dia sombong. Sehingga dia menentang gurunya sendiri, Hasan Al Basri, karena dia merasa lebih pintar dari gurunya. Sehingga dia masuk ke komunitas yang sesat, orang-orang mu’tazilah (aliran sesat).
Seorang ulama berkata,
“Allah SWT beri dia kecerdasan, tapi tidak untuk kejernihan hati.”
Jika seseorang hanya merasa bisa, pintar, mampu, tapi tidak punya hati yang bersih, maka semua rusak, tidak ada nilai apa-apa. Maka kita sebagai manusia harus tahu kita punya batas, punya bagian di dunia ini, wa bil khusus bagian kita yang paling jelas adalah kita ini hamba, maka jangan sombong.
Allah SWT tidak mungkin memberikan suatu perintah, yang mana kamu tidak bisa menjalankannya, tidak mungkin.
Saya mau memberikan contoh,
Saat handphone di produksi oleh perancangnya, dia memproduksi itu berdasarkan dia sendiri yang bisa atau untuk digunakan orang banyak agar bisa? Hp dirancang agar bisa digunakan banyak orang. Jika ada orang di zaman sekarang tidak bisa memakai hp, itu karena tidak pernah belajar. Karena umumnya tidak mungkin orang tidak bisa bermain hp. Orang yang tidak bisa itu karena dia tidak mau belajar.
Ada orang tua umur 60 tahun masih bisa memasang status, umur 70 tahun masih eksis. Ada orang umur 50 tahun yang tidak bisa bermain hp, itu karena dia yang memutuskan untuk tidak bisa. Begitulah perumpamaan orang yang menyikapi hukumnya Allah SWT. Jika kamu mau belajar semuanya, Allah akan tuntun, akan dibimbing.
Seorang mujahid berkata di dalam firman Allah SWT,
“Kita harus ingat bahwa kita adalah seorang hamba yang harus melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.”
Maka kita harus tau asas atau pondasi taat. Karena bagaimana seseorang mau taat kepada Allah SWT jika dia tidak kenal Allah?
Asas atau pondasi taat yaitu kamu mengetahui, kamu mengenal Allah.
Dia Allah yang mengadakan kita. Bukan hanya mengadakan begitu saja, tapi Dia juga Allah yang memberikan nikmat kepada kita.
Semakin banyak kamu mengenal Allah, maka akan semakin banyak kamu bisa menjalankan taat kepada Allah. Tapi, semakin sedikit kamu mengenalNya, maka semakin sedikit pula taat yang kamu jalankan.
Kamu tidak tahu betapa Allah Maha Berkuasa, kamu tidak tahu jika Allah sudah berucap “kun fayakun” maka pasti terjadi atas kehendak Allah SWT.
Semakin kamu mengenal Allah, maka akan semakin kamu tahu nilainya Allah, semakin kamu takut kepadaNya, semakin kamu mengerti akan diriNya.
Semakin tahu, semakin taat, semakin berharap hanya kepada Allah. Karena yang Maha Bisa, Maha Mampu itu hanya Allah.
Barangsiapa yang menolong agama Allah, maka dia akan ditolong oleh Allah. Allah selalu menjanjikan pertolonganNya bagi orang-orang yang taat padaNya. Setiap kamu mengalami kesulitan, Allah akan tolong tapi dengan catatan kamu juga mau menolong orang. Saat seseorang susah lalu kamu mudahkan jalan susahnya, maka InsyaAllah disaat kamu susah, tidak menunggu sampai kamu kebingungan, jalan pertolongan Allah segera datang kepadamu.
Ibu-ibu yang kerja, apalagi kerja di pemerintahan. Bagian administrasi, surat menyurat, atau bagian lainnya, jangan pernah mempersulit orang. Misalnya, kamu adalah orang yang dimintai tanda tangan. Maka jangan menjadi orang yang menunda-nunda tanda tangan sampai membuat orang kesal menunggu. Padahal dengan kekuasaan kamu itu, kamu bisa menolong orang, kenapa kamu persulit?
Seperti apa kamu berbuat, maka itu yang akan kamu tuai.
Inti diberikan kekuasaan bukan untuk kesombongan, tapi untuk memudahkan orang.
Bekerja di pemerintah atau bukan pemerintah, jangan pernah mempersulit orang. Mudahkan langkahnya orang, mudahkan permohonan orang, InsyaAllah saat kamu mempunyai permohonan akan dimudahkan oleh Allah juga.
Seseorang jika sudah mengenal Allah, dia hanya akan bertambah ketaatannya, dia bertambah takut, dia hanya berharap kepada Allah. Dan dia juga terus waspada karena merasa dirinya diawasi oleh Allah.
Pengawasannya Allah tidak terbatas. Kamu di dalam rumah atau di luar rumah, Allah bisa melihat semuanya. Bahkan Dialah Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang terlihat sampai apa yang terselubung di dalam lubuk hati. Semakin kamu tahu itu, maka semakin kamu waspada, karena pengawasanNya tidak main-main.
Jika seseorang tidak punya rasa takut kepada Allah, tidak punya harapan kepada Allah, apalagi tidak merasa diawasi oleh Allah, maka berarti dia tidak tahu hakikatnya iman.
Tidak dianggap ketaatan kecuali setelah kamu benar-benar mengenal Allah SWT.
Yang berdoa dengan penuh keseriusan, dia tahu Allah sedang mendengar doanya. Semakin dia mengenal Allah, maka semakin khusyu’ dia dalam berdoa. Semakin sedikit dia mengenal Allah, maka semakin santai dia dalam berdoa.
Taat hanya bisa dijalankan dengan baik dan benar jika kamu benar-benar mengetahui Allah SWT.
Penting untuk belajar tauhid, belajar sifat 20. Makna dari sifat 20 itu kamu harus tahu. Makna sifat 20 itu dasarnya tauhid. Jika kamu tidak tahu makna sifat 20, bagaimana kamu mau kenal Allah? Bagaimana kamu mau ibadah, bagaimana kamu mau muamalah kepada Allah jika wujudnya Allah saja kamu tidak mengerti?
Semakin kamu paham, semakin kamu mengerti, maka semakin kamu tahu bagaimana mempertahankan tauhid di dalam hatimu.
Belajar Tauhid dari Buah
Makna wujud, kita belajar dari kelapa. Pohon kelapa menghasilkan buah kelapa. Siapa yang menyuntikkan air kedalamnya? Juga sampai airnya bisa manis rasanya, yang memberikan gula siapa? Apa ada lubang di kelapa? Saat kita tebang pohonnya, apa ada air yang keluar? Dari daun? Dari kayu? Tiba-tiba bisa menghasilkan buah, utuh, dan ada air.
Ini salah satu makna wujud. Allah yang membuat itu semua. Di dalam buah kelapa ada air itu atas kehendak Allah SWT.
Selama ini, kamu pahamnya wujud itu hanya Allah SWT ada. Dibalik adanya Allah, Allah mengadakan segala apa yang ada. Kamu perlu belajar. Maka saat kamu belajar, misalnya saat kamu meminum air kelapa, lalu kamu takjub kepada Allah. Kamu meminum air kelapa saja tauhidmu bisa bertambah.
Siapa yang memberika warna strawberry menjadi merah? Padahal saat biji strawberry ditanam itu berwarna hitam. Lalu kenapa bisa keluar buahnya berwarna merah? Siapa yang melukis? Siapa yang membuat? Allah SWT.
Jeruk warnanya apa? Bijinya berwarna apa? Sama tidak, warna biji dengan buahnya? Itu Allah yang membuatnya.
Kamu mengira adanya Allah itu hanya sekedar ada saja? Belajar tauhid bahkan hanya dari buah yang kamu lihat.
Semakin kamu mengenal sifatNya, maka semakin kamu dekat denganNya. Semakin kamu menjadi hamba yang berkepribadian baik yang menghamba kepadaNya.
Tidak bisa orang mengaku dirinya mampu mengerjakan taat jika dia tidak mengenal kepada siapa dia berbuat taat.
Setiap orang memiliki kemampuan yang terbatas. Tidak semua orang bisa melakukan segala hal. Misalnya, orang yang bisa membeli rumah, belum tentu dia bisa membangun rumah. Orang yang mempunyai mobil saja masih ada yang tidak bisa menyetir. Orang yang mempunyai mobil, bisa menyetir, tapi tidak bisa membenarkannya jika rusak.
Allah menciptakan manusia dari tetes mani. Dia juga mampu menciptakan itu bukan hanya setetes air. Air itu berubah menjadi segumpal darah, lalu Allah juga mampu merubahnya menjadi segumpal daging. Allah mampu membentuknya menjadi sebuah kerangka, tulang belulang, kemudian dibuat oleh Allah mata yang indah, dengan bulu mata yang tumbuh, alis yang ada, rambut yang ada. Siapa yang mempunyai kemampuan hebat seperti itu? Dan jika ada apa-apa dengan ciptaanNya, Dia juga yang Maha Tahu.
Jika kita sedang rusak hatinya, rusak jiwanya, banyak masalah dalam hidup, Allah mengatakan,
“Kalau hamba saya mencari saya, bilang sama dia, saya itu dekat wahai Muhammad. Kalau hambaKu bertanya, aku dimana? Katakan kepada mereka, Aku dekat.”
Bagaimana kamu merasakan kehadiran Allah yang sedekat itu? Kenapa kamu sangat jauh lari mencari kesenangan untuk masalahmu, padahal Allah dekat denganmu?
Jika kamu memanggil Allah, Dia selalu menjawab. Siapa dari kita memanggil Allah, Allah tidak pernah tidak datang.
Segala pengetahuan Allah tidak bisa digambarkan, karena Allah terlalu sempurna dalam mengetahui segalanya.
Pahami sifat 20 (sifat wajib Allah), pahami tauhid dengan baik, maka dengan itulah kamu tahu kebenaran kepadaNya sampai tumbuh ke dalam hatimu, maka kamu tahu siapa diri kamu yang sesungguhnya.
Siapa yang tahu dirinya, berarti dia tau tuhanNya. Tapi mulainya bukan tahu dari diri saja, tahu dulu siapa yang namanya Allah, bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita, kita tahu bagaimana Allah hadir, ada, dan lain sebagainya. Kamu harus tau kita ini orang yang lemah, miskin. Tanpa pertolongan dan perlindungan Allah, kita bukan apa-apa.
Semakin kita mengenal Allah, maka semakin kita tahu kita ini bukan siapa-siapa.
Jika kamu sudah tahu kamu itu siapa, maka kamu sudah kenal siapa itu Allah SWT.
Allah itu tidak sama dengan apapun juga. Pendengaran Allah tidak sama dengan pendengarannya manusia. Karena pendengaran manusia mempunyai batas. Hanya pendengaran Allah yang tidak terbatas.
Bahkan goresan pena, telapak kaki semut yang melangkah di tengah gelap gulitanya malam, Allah tau segala sesuatu itu, Allah dengar suara itu dengan jelas, apalagi suara hatimu.
Jika ada orang yang sumpek tapi dia larinya ke tempat yang salah itu sangat rugi. Ada yang Maha Mendengar kenapa tidak mencari ke yang dekat?
Jika kita punya mata, saat melihat pasti ada batas jarak yang terlihat oleh mata kita. Mata kita mempunyai batas. Sedangkan pandangan Allah tidak terbatas.
Semakin kita tahu ini semua, semakin banyak kita mengetahui Allah, mengenal Allah. Mudah-mudahan Allah istiqomahkan kita dalam kebaikan sehingga kita tertuntun, terbimbing untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Aamiin Ya Rabbal Alaamiin …
والله أعلم بالصواب