Tanggal : Selasa, 12 Juli 2022
Kitab : Mukasyafatul Qulub
\Karya : Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
PENDAHULUAN
Pepatah arab berkata,
“Teman duduk kita akan menjadi kita. Kita akan menjadi teman duduk kita”
Dimana kita duduk, dimana kita bergaul, maka disitulah cerminan diri kita.
Nabi Muhammad SAW bersabda
“Seseorang itu agamanya tergantung teman duduknya”
Jika teman duduknya memiliki agama yang bagus, maka dipastikan juga InsyaAllah agamanya dia akan bagus. Tetapi, jika teman duduk dia bukan orang yang agamanya bagus, boleh jadi dia pun sama seperti temannya atau dia akan meniru perbuatan teman duduknya.
Setiap orang yang datang ke majelis adalah orang-orang yang ingin menjadi baik.
Jika kamu memiliki teman akrab orangnya takwa, orangnya benar, orangnya baik, dan orangnya menggiring kamu kepada kebaikan, maka teman-teman yang semacam itu tidak akan menjadi musuhmu, justru akan menjadi penolongmu disana (akhirat).
Teman-teman akrab yang tidak dilandasi oleh takwa, yang tidak dilandasi oleh kebaikan, yang tidak dilandasi oleh Allah SWT dan RasulNya, maka teman-teman yang seperti itu walaupun dekatnya sedekat apapun, di dunia sangat dekat, nanti di hari akhir semua berubah menjadi musuh, semua akan saling tunjuk-menunjuk akan kesalahan.
Teman yang biasa saja bisa merugikan, apalagi teman akrab. Teman akrab lebih bisa merugikan kamu jika kamu tidak sertai pertemanan itu dengan landasan Allah SWT dan RasulNya.
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
Nabi Adam a.s berwasiat kepada putranya, Syits (dari Syits itulah kemudian memiliki anak dan kemudian menjadi bapak/keturunan Nabi Muhammad SAW).
Nabi Adam a.s berkata kepada Syits : “Tolong sampaikan 5 perkara (wasiat) ini kepada anak-anakmu setelah saya (turun menurun sampai wasiat ini sampai kepada kita). Wasiatnya adalah :
- Jangan pernah merasa aman di dunia
Rasa aman, tenang di dunia itu rugi. Nabi Adam a.s berkata, “Saya merasa tenang dengan surga dimana surga itu kekal untuk penghuninya. Karena saya merasa terlalu tenang, akhirnya Allah SWT keluarkan saya dari sana. Surga saja yang sifatnya kekal bisa mengeluarkan saya, apalagi dunia yang sifatnya fana. Maka jangan pernah merasa tenang karena dunia.“
Jangan pernah merasa ketenangan itu kamu dapatkan di dunia saja, yang kamu kejar ketenangan dunia saja. Justru yang harus kamu jaga itu jangan tenang disini (dunia), sebelum kamu memiliki bekal yang banyak untuk disana (akhirat). Tujuan akhir kita bukan disini, tapi di akhirat.
- Jangan melaksanakan segala sesuatu karena diperintah oleh istri kalian
Suami diperintahkan untuk tidak melaksanakan sesuatu hanya karena istri. Karena terkadang perintah istri itu ngaco. Seringkali suami salah jalan, salah langkah dikarenakan istri. Nabi Adam a.s berkata, “Jangan dengarkan istri kalian. Karena saya nurut pada istri saya, hawa. Saya jadi makan buah yang dilarang oleh Allah SWT.”
Jika mendengarkan semua perkataan istri itu kacau. Fitrahnya itu istri yang harus nurut pada suami. Bukan suami yang nurut pada istri. Istri pun nurut pada suami akan kebaikan, bukan keburukan.
- Setiap perbuatan yang ingin kamu lakukan, sebelum kamu mengerjakannya, lihat dulu akibatnya
Sebelum melakukan sesuatu, pikirkan dulu akibatnya agar kita tidak menjadi orang yang gegabah dalam memutuskan atau bertindak. Banyak orang yang menyesal karena bertindak dulu sebelum berpikir.
Sekelas Imam Syafi’i jika ingin berbicara, dipikirkan dulu akibatnya akan seperti apa. Karena tidak ingin saat sudah berucap, nanti akan menyesal.
Nabi Adam a.s, “Jika saya adalah orang yang memperhatikan dampak dari sebuah perbuatan, maka saya tidak akan tertimpa apa yang menimpa saya sekarang. Yang menimpa saya; dikeluarkan dari surga, berpisah dengan hawa beratus-ratus tahun setelah itu baru berjumpa.“
- Jika kamu meragukan sesuatu, hati kamu bimbang akan sesuatu, maka jauhi sesuatu tersebut
Jauhi, jangan dipaksakan jika ragu. Harus yakin jika ingin melakukan sesuatu. Sebelum melakukan sesuatu, yakinkan dulu dirimu bahwa kamu mampu melakukannya. Terkadang keraguan justru yang menyebabkan seseorang itu gagal.
Nabi Adam a.s berkata, “Saya waktu makan buah (khuldi) itu hati saya bimbang, ragu-ragu, bingung. Tapi saya tetap paksakan keraguan saya. Akhirnya saya menjadi orang yang menyesal.“
- Bermusyawarahlah kamu dalam segala urusan
Siapapun kamu, mau orang penting, orang hebat, memiliki pangkat, bahkan sekelas pemimpin sekalipun, jika punya urusan, maka musyawarah.
Sekelas Nabi Muhammad SAW saja yang memiliki wahyu dan bahkan kapan saja bisa berbicara dengan malaikat Jibril, mau nanya apapun ke Allah SWT pun bisa, tapi Nabi Muhammad SAW tetap ajak para sahabat untuk musyawarah.
Jika ada orang yang tidak mau musyawarah itu sangat sombong. Segala urusan itu harus musyawarah.
Dalam sebuah hadits,
“Tidak akan menyesal (sia-sia) orang yang sebelum melakukan suatu perbuatan, istikharah terlebih dahulu”
Orang yang bermusyawarah tidak akan pernah menyesal. Sekecil apapun urusan, musyawarah.
Nabi Adam a.s berkata, “Andai dulu saya ajak malaikat musyawarah, maka niscaya tidak akan berlaku apa yang menimpa saya sekarang.”
Inilah 5 wasiat dari Nabi Adam a.s untuk putranya Syits. Pegang baik-baik agar kita tidak menyesal dengan apa yang akan kita perbuat.
Abdullah bin Umar (putra Umar bin Khattab) berkata
“Jika kamu masuk waktu pagi, jangan bicarakan pada dirimu tentang waktu sore. Jika kamu ada di waktu sore, jangan bicarakan tentang besok pagi.”
Pesan ini disampaikan agar kita tidak merasa aman terus tentang hidup. Jika urusan akhirat, kita harus mikir seolah-olah besok kitanya habis (mati). Untuk akhirat, kita harus mikir waktu kita tidak banyak.
Nabi Muhammad SAW berpesan
“Jika kamu sholat, jadikan sholatmu itu seolah-olah sholat terakhir untukmu.“
Agar kamu bisa benar-benar menikmati kesempatan sholatmu yang terakhir, agar sholatmu tidak tergesa-gesa.
Jangan menunggu nanti, tapi lakukan sekarang. Apapun kebaikan yang bisa kamu lakukan, kerjakan segera, lakukan segera, sebisa mungkin, dalam hal apapun, terutama urusan akhirat.
Kalau kamu bisa mengungguli akhirat dari dunia, minimal yang seimbang antara akhirat dan dunia. Nanti InsyaAllah lama kelamaan akhirat yang akan lebih unggul dari dunia.
Rasulullah SAW bertanya kepada sahabat, “Kamu mau masuk surga?”
Sahabat menjawab, “Mau Ya Rasulullah, kami mau masuk surga“
Rasulullah SAW menjawab, “Pendekkan angan-angan, dan malu kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya.“
Pendekkan angan-angan itu jadikan, rasakanlah bahwa umurmu pendek. Malu kepada Allah SWT itu kamu ingat kematian, kamu ingat kuburan, kamu ingat kebinasaan, jaga mulutmu, perutmu dari makanan haram, dan jangan bangga jika memiliki ilmu.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ