MQ. EPS. 110
Gunakan kemapanan dunia mu untuk kebaikan agamamu.

Tanggal          : Selasa, 27 Februari 2024
Kitab               : Mukasyafatul Qulub
Karya              : Imam Al Ghazali
Guru               : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat           : MT Banat Ummul Batul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ​

Petuah orang Soleh

Jadilah kamu orang yang indah.
Karena setiap orang punya sisi indahnya.

Indah wajahnya? Wajah itu relatif, masing-masing dikasih sama Allah jatahnya, jadi jangan pernah menginginkan mukanya mirip siapa, karena itu sia-sia. Apa yang kamu punya, pasti yang gak dipunyain sama orang.

Allah itu indah suka sama yang indah. Maka pesannya apa?

Jadilah kamu sosok manusia yang indah dan tampakkan dalam dirimu itu hanya sesuatu yang indah.

Karena Allah itu indah, suka sama yang indah.

Paling tidak muka jangan tunjukin masamnya, tapi tunjukin enaknya.

Kalau berucap jangan nunjukin kasarnya tapi tunjukin baiknya, sopannya, santunnya.

Kalau kita bertingkah, bersikap jangan tunjukin sikap buruknya tapi tunjukin sikap baiknya.

Lalu sikap buruknya dikemanain? Diumpetin sedalam mungkin.

Bahkan kalau bisa jangan buat dirimu sendiri rela mengetahui keburukan dirimu.

Jangankan orang, dirimu sendiri kalau bisa jangan melihat. Maksudnya apa? Jangan pernah menyimpan hal buruk dalam diri, jangan pernah rela punya dua kepribadian dalam diri.

Cukup jadi satu, jadi aja kamu orang yang indah. Semua yang ada padamu indah.

Selalu berusaha menata diri, menata hati, menata akhlak, menata pribadi. Bukan pernahcuma mukanya aja tapi ternyata hatinya tidak, atau hatinya saja tapi wajahnya terlihat tidak.

Ada orang yang bilang, “saya mukanya doang begini hati mah baik. Saya mulutnya doang begini  hati mah baik“.

Tidak mungkin.

Hal-hal yang seperti itu tidak singkron pada akhirnya tidak jadi benar.

Ibaratnya, Sebuah teko punya isi, maka yang akan keluar dari isi teko hanya apa yang ada didalam isinya. Jadi kalau kita bilang, “saya luarnya doang begini, dalamnya mah ngga.” Bohong, itu tidak ada benarnya.

Ada orang bilang, “biarin aja orang lihat kita begini, yang penting Allah maha tahu hati kita

Ini biasanya orang-orang yang lagi drama terdzolimi. Lagi merasa dirinya yang disakiti tapi enggak sadar kalau ternyata dia juga menyakiti.

Sifat yang seperti ini tidak boleh ada pada kita. Tetapi kita harus menjadi orang yang selalu apapun yang nampak dari kita baik.

Pesannya apa?

Orang yang indah itu tidak mungkin pernah bisa dilupa.
Orang indah tidak akan pernah bisa dilupa.

Kalau orang yang menunjukkan keindahan dalam dirinya, orang ini tidak perlu repot mencari teman, secara otomatis teman dekat sama dia, orang baik dekat sama dia, hidupnya dikelilingi kebaikan, wafatnya tidak akan pernah dilupakan.

Orang baik, orang indah, orang bagus, perangainya, wajahnya, etikanya, kesantunannya tidak bisa dilupakan. Tetapi orang yang punya perangai buruk pun juga cenderung tak terlupakan, tapi yang di sayangkan, dia di ingat dengan keburukannya.

Ada orang kalau kesal berkata, “akan ku beri dia pelajaran sampai dia tak bisa dilupakan.” Bahasanya dialog sinetron atau film-film antagonis.

Iya benar, orang jahat juga bisa tak terlupakan seperti Firaun, Namrud, Qorun, Abu Jahal, Abu Lahab, sampai hari ini namanya masih terbawa, tapi dia diingat sebagai siapa.

Bahkan Abu Lahab, Firaun namanya diabadikan oleh Allah di dalam Al Quran. Allah suruh kita jangan lupa!

Diingat ataupun tak diingat hanya ada pada yang terikat dengannya nya.

Orang baik selalu terikat dengan hal baik.
Orang buruk pun akan terikat dengan hal buruk.

Maka pilihannya kan ada di kita

Allah cantumkan di Al Quran sosok orang-orang mulia, ada Nabi Adam, Sayyidah Maryam, Nabi Nuh, Nabi Yusuf, Nabi Muhammad SAW.

Mengapa nama-nama itu tetap diabadikan? Mereka orang-orang yang selamanya tak akan terlupakan, namun mereka diingat dengan kebaikan dan keindahannya.

Adapun mereka kelompok-kelompok yang berbuat keburukan, mereka pun diingat tetapi mereka senantiasa diingat dengan keburukan.

Maka kita disini (ingin) menjadi siapa?

Jadilah kamu orang indah karena orang orang yang berbuat keindahan tidak akan pernah bisa dilupakan.

InsyaAllah kita yang indah itu, kita yang tak terlupakan itu. Minimal tidak dilupakan sama suami, anak, teman. Sampai baru punya harapan lebih tidak pernah dilupakan oleh manusia.

Dan derajat paling tinggi kau tidak pernah dilupakan oleh yang menciptakan kamu, Allah.

Kenapa? Karena masalah lupa ini, Allah bilang,

Siapa yang didunianya lupa sama Aku, maka di akhirat Aku akan lupa sama dia

Siapa yang di dunianya pura pura buta sama hukumnya Aku, maka Aku buta sama dia di akhirat.”

Dia disiksa Allah karena pura pura “tidak lihat”, maka Allah “tidak mau tahu”. Tapi orang yang di dunianya peduli, perhatian, menjaga apa yang perlu dijaga (hukum Allah), maka Allah di akhirat akan jauh lebih menjaga dia.”

Mudah-mudahan Allah jaga kita semua, menjaga kita didunia dan khususnya menjaga kita di akhirat. Aamiin ya robbal ‘alamin.

KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB

Tujuan Jangan Sampai Jadi Penyesalan

Seorang ulama Daud ath-Tha’I beliau berkata

Wahai Anak Adam (manusia) engkau merasa senang dengan cita-citamu yang tercapai.

Hari ini setiap orang di dunia punya cita-cita mau jadi siapa, ingin apa, kamu diingatkan, kamu senang dengan cita-citamu tetapi seolah kamu lupa pada saat kau mencapai cita-citamu, ada ajalmu yang hilang dibelakang (umur yang habis).

Kita kalau jalan (kira-kira ilustrasinya kita jalan). Semakin kita jalan, semakin dekat dengan tujuan

Tapi jalan kita yang kemarin sudah diruntuhkan, kita tidak bisa balik lagi kebelakang, habis, jadi semuanya ada batas. Maka, bagaimana kamu bisa senang-senang?

Kadang-kadang orang hanya senang dengan apa yang dia capai di dunia. Sedih. Kenapa? Karena

Saat kau mencapai apa yang kau ingin capai tetapi ternyata disitu kamu lupa ada sesuatu yang habis darimu.

Bagaimana kamu mau senang ? tetapi disitu ada kurangnya usiamu. Usianya habis.

Jadi kalau kita punya tujuan, jangan sampai yang kita tuju membuat kita menyesal!. “kenapa kemarin saya cuma mau itu tapi ujung-ujungnya hanya membawa aku pada penyesalan

Tetapi jika orang menjadikan tujuannya adalah Allah dan RasulNya, kalau dia jadikan tujuannya adalah akhiratnya, maka yang habis dari dia tidak akan pernah dia sesalkan. Kenapa? karena dia seolah semakin sampai sama apa yang semestinya dia tuju.

Adapun orang yang hanya menjadikan tujuannya sebagai dunia seolah dia berjalan namun dia ketemu dengan dua cabang. Akhirat disini, tapi dia jalan kesana.

Pada saat dia mau balik (jalan yang tadi) sudah putus dan dia tidak bisa balik, dan menyesal, “kenapa kemarin aku bukan pilih jalan yang ini?”

Karena akhirat punya satu jalan, jelas arahnya akhirat kemana? yaitu yang tidak memilih dunia lebih daripada akhiratnya.

Orang kalau lagi jalan (akan) ketemu dua cabang, ini hajat dunia, ini hajat akhirat. “saya mau kemana ya?” ini tujuan yang ingin dicapai didunia, ini tujuan yang ingin kau capai diakhirat.

Jalannya tidak bisa sama.

Setiap kali kita ingin mengejar dunia akan ada sesuatu yang dirugikan dari urusan akhirat.

Kadang-kadang lagi kita mati-matian sama dunia, sampai bikin ada sholat yang pada akhirnya telat, ada sholat yang akhirnya lewat, ada kewajiban akhirnya yang tadinya bisa ngga bohong, jadi bohong.

Pada saat kita mengejar dunia akan selalu ada akhirat yang dirugikan

Pada saat kita mengejar akhirat dalam bayangan kita di dunia kita akan dirugikan. Padahal tidak, karena dunia tetap disitu aja. Dunia ya dunia, selagi kamu tidak mengejar dia, dia akan berdiam pada tempatnya bahkan dia cenderung mengejarmu. Tapi kalau kamu yang mengejar dia, dia akan terus memperbudakmu.

Maka dari itu, jangan terlalu senang kalau cuma yang kamu capai perkara dunia, karena setiap kesenangan dari perkara dunia berujung pada penyesalan pada akhirnya, sehingga engkau menunda-nunda amalmu. Amal yang kita punya sedikit, manfaatnya kadang-kadang justru dinikmati orang lain.

Mati-matian kerja membangun sesuatu, yang kamu nikmatin berapa? Kalau kamu cuma mengejar dia dunia aja, kamu enggak ketemu sama nikmat. Ketika usiamu habis, maka yang menikmati semua kamu capai itu siapa? Anak? untung anak, kalau bukan anak bagaimana? ..

Pada saat kita mati-matian menitipkan sesuatu untuk anak, itu untuk anak mu saja atau (sampai) generasi kebawah?

Hartamu bisa memberi makan sampai keturuan berapa?

Kalau kita lihat ke atas mungkin kakek-kakek kita bangsawan, tapi ternyata yang kakek-kakeknya bangsawan, ada (cucunya) yang rumahnya ngontrak hari ini.

Kadang, ada yang bapaknya kaya, anaknya tidak.

Kejayaannya cuma sampai di bapaknya aja, kebawah (anak turunannya) enggak.

Ada yang merasakan kejayaan kakek, anak, bapaknya, cucunya ?

Kita mau tanya sama yang hari ini mati-matian, kamu sedang mengumpulkan kekayaan untuk keturunan yang berapa? Anak kamu aja? Nasib cucu kamu bagaimana? Nasib cicit kamu bagaimana ? Itu gambaran dunia.

Pernah tidak kamu membayangkan cicit kamu nanti bagaimana?

Ada yang bilang, kekayaannya enggak habis 7 turunan. Sebanyak apapun yang dia punya belum tentu menjamin 7 turunan selamat, belum tentu menjamin 7 turunan kaya raya. Belum tentu.

Maka selalu diingatkan, kalau hari ini yang kamu cari, kamu nya sendiri ngga bisa juga menikmatinya, yang nikmatin orang lain kan?

Engga tau siapa yang menikmati. Kalau anak, kalau bukan? Kalau anak ternyata menggunakannya kepada hal yang salah? kalau anak mengelolanya pada hal yang salah? Banyak yang seperti tiu.

Punya tanah dimana-mana, tapi anak anaknya tidak bisa memanfaatkan. Hartanya habis, rumahnya ngontrak semua. Capek-capek kakeknya kerja, membangun bangunan dimana-mana, ditengah kota kaya raya, tapi anaknya tidak punya apa-apa. Cucunya lebih tidak punya apa apa.

Disini menggambarkan dunia, “hey kamu kalau yang kamu kejar cuma dunia diingatkan, udah umur habis, yang kamu capai semuanya ngga kamu nikmatin semua. Begitu jatuh kepada ahli waris yang salah, habis ludes“.

Maka paling benar itu bekali anak dengan ilmu agama. Setidaknya dihatinya punya rasa, “eh kalau saya salah mempergunakan apa yang dulu pernah orang tua dulu saya cari mati-matian, kasihan orang tua saya ngga dapat apa-apa.” Di dunia udah gak nikmat tabungan, (bekal) akhiratnya juga gak ada.

Berapa banyak yang orang yang memiliki orang tuanya sudah di alam kubur, misalnya, seberapa relanya mereka mati-matian untuk mencari sesuatu untuk orang tuanya yang udah tidak ada?.

Dia tahu orang tua udah capek-capek membesarkan dia, tau-tau orang tuanya hidup susah, dia nya hidup nikmat, hidupnya ada. Siapa yang tiba tiba mau rela infakan sesuatu atas nama orang tuanya? Berapa banyak yang rela anak begitu? Yang kita fokusin kan bukan ke atas (alm) tapi kebawah (keturunan)?.

Dia lupa, bahwa ada orang tua nya dulu yang membesarkan dia. Yang dia ingat hanya kebawah, anak saya gimana nanti ? cucu saya gimana nanti?

Kasihan kita melihat yang keatas dari orang tua kita. “Ya Allah kamu dulu hidup mati-matian untuk kita, hari ini kita juga lupa sama kamu dan mati-matian sibuk untuk kebawah kita. Kasihan.” Dan itulah kejamnya dunia.

Tapi kalau orang yang diberikan tentang akhlak, ilmu, adab, maka justru mereka bukan mati-matian untuk yang ke bawah (anak keturunan) tapi mereka lebih perhatian mendoakan orangtuanya.

Begitu doa, yang disebut bukan nama ayah ibu nya saja, tapi saudara-saudara ayahnya, kakek leluhurnya, semua sampai nasab yang dia ingat disebut (dalam doa).

Dan apa yang ditampilkan hari ini memberikan kepada kita gambaran inilah dunia yang seringkali kau cari mati-matian sampai kau korbankan usia, dan pada akhirnya seringkali terjadi justru kau korbankan silaturahmi, dan yang lebih parah mengorbankan iman di hati.

Hakikat Meminta Dunia

Disebut oleh seorang Ulama Basyar,
Barangsiapa yang meminta dunia kepada Allah maka sejatinya dia lagi minta waktu lebih lama di hisab oleh Allah. Seperti seolah-olah dia minta lebih lama untuk nanti berhadapan dengan Allah, minta lebih lama disidangnya, minta lebih lama dimintai pertanggungjawabannya.

Maka selalu kita bilang,

Jangan pernah meminta (kaya di) dunia, tetapi mintalah (kaya yang bisa mengantarkan kita ke) akhirat dengan berdoa, “Anugerahkan aku kekayaan dunia yang dengannya aku kaya di akhirat.”

Mau kamu minta kekayaan Nabi Sulaiman aja boleh, “ya Allah anugerahkan kepada aku kekayaan Nabi Sulaiman tetapi jadikan aku juga kaya akhirat dengan kekayaan itu.”

Jadi bukan cuma minta kekayaan disini, tapi kekayaan yang bisa mengantarkan kita sampai akhirat.

Doanya Imam Faqihil Muqodam,

Allahumma ainna ala dinina bidunya wa ala dunya bitaqwa. Wa ala taqwa bil amal.
Ya Rabb tolong bantu agamaku ini dengan dunia.

Dunianya nomor dua, agama nomor satu.

Jangan buat aku cuma punya ilmu agama tapi aku miskin, jangan buat aku cuma rajin ibadah tapi aku miskin, jangan buat aku mengabdi kepadamu tapi aku kewalahan dengan urusan dunia, buat aku cukup dengan semuanya.

Bantuin agamaku justru dengan dunia, yang hari ini ada ditanganku, digenggamanku tujuannya adalah untuk kemakmuran agamaku.

Bukan terbalik.

Kalau memang Engkau akan pertemukan aku dengan dunia, ya Rabb, pertemukan aku dengan dunia dan bekali di dalam hatiku dengan takwa.

Karena banyak orang  yang walaupun sudah dibekali agama begitu ketemu dengan dunia hilang sudah, lenyap sudah takwa dan keimanan yang ada didalam hatinya. Tapi Ya Rabb, saya mau Kau temukan aku dengan dunia tapi kau juga bekali aku dengan takwa.

Punya takwa aja cukup? Engga.

Dan bekali aku yang sudah kau anugerahkan takwa ini dengan kau tuntun aku untuk bisa beramal. Karena ada orang merasa imannya cukup tapi amalnya tidak ada, actionnya tidak ada, langkah dalam berbuat baiknya tidak ada. Bentuk kepeduliannya minim, rasa ibanya minim, ingin berbaginya minim.

Sholat nya benar, puasa nya benar, tapi didalam tindakan perbuatan (amal) nya tidak ada.

Itu pernah kejadian sama sahabat Nabi, Tsa’labah. Tsa’labah punya takwa sebelumnya, beriman kepada Nabi. “Ketemu” sama dunia, tapi tidak ada ekseksusi di dalam amal.

Makanya begitu datang wajibnya solat, eksekusi amalnya tidak ada, imannya ada. Buat amal nanti dulu, begitu diminta infaq bahkan untuk zakat mikir dulu. Tidak ada action. Tidak berani untuk mengeksekusi suatu amal. Sholat di tunda-tunda, kalau udah menyangkut urusan dunia.

Ada orang yang curhat berkata, “Ustadzah saya kenal orang punya segalanya tapi baju aja ngga ganti-ganti.”

Kenapa? Apa mereka tidak punya iman? Punya.
Punya takwa? Mungkin punya.
Tapi tidak punya amal.
Bahkan untuk menyedekahkan dirinya sendiri pelit.

Bagi yang punya harta sedikit tapi ringan untuk memberi orang, bersyukurlah sama Allah. Karena hati ingin memberi itu tidak semua orang miliki. Punya hati ingin berbagi itu tidak semua orang diberi. Mau peduli sama orang itu adalah anugerah.

Merasa peduli kepada orang lain memberikan rasa sejuk di hati. Sebaliknya, ketika merasa kesal terhadap seseorang, rasanya seperti panas membara di dalam hati.

Peduli dengan orang lain itu sejuk, dan rasa rahmat nya menyejukkan hati kita. Amal ini sungguh luar biasa.

Dan ingat!! (mampu ber)amal itu bukan karena kita, tetapi karena taufiqnya Allah. Jadi kalau kita melakukan suatu amal itu bukan karena kita hebat.

Alhamdulilah, bisa sholat dhuha 10 tahun istiqomah, tapi jangan sombong.
Alhamdulillah lima tahun puasa senin kamis, istiqomah, jangan sombong.

Kamu gak akan bisa beramal kalau Allah gak kasih kamu taufik.

Kalau bukan Allah tidak ada siapapun dari kita yang bisa berbuat kebaikan apapun di muka bumi ini.

Itulah doanya ulama,

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (QS. AlBaqarah: 201)

Maksudnya “dunia” dulu baru akhirat, “Urusin dunia mu, akhiratmu beres“.

Dunia bisa kamu tangani untuk hal baik, kamu punya akhirat jauh lebih baik. Jadi, jangan menjadikan ayat ini sebagai dalil “nyari dunia dulu, baru akhirat”.

Gunakan kemapanan dunia mu untuk kebaikan agamamu.

Perbaiki agama dengan menjaga imannya, menjaga akhlaknya, dan menjaga hatinya.

Maka diingatkan, kalau hanya minta dunia tapi lupa melibatkan keinginan akhirat, dia seolah-olah hanya meminta lebih lama dihisab (perhitungan), meminta lebih lama disidang, meminta lebih panjang dipertanyakan tentang apa-apa yang sudah berikan dihadapan Allah.

Karena tidak ada sesuatu yang kamu dapat, yang kamu keluarkan, yang kamu pakai, yang kamu berikan, kecuali, semua akan ditanya. Darimana, untuk siapa, dipergunakan karena apa?

Jadi, bijak-bijaklah pada kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, sehingga kenikmatan ini bisa terus langgeng, bukan hanya menikmati didunia tapi juga diakhirat dan di alam kubur .

Ada orang yang masuk surga paling terakhir, ibaratnya orang yang paling bejat tetapi karena punya tauhid di hati, punya laillhaillah muhammad rosulullah yang pernah diucap, maka paling terakhir keluar dari neraka dan masuk surga, luasnya surganya seluas 10x lipat luasnya bumi (dunia) ini.

والله اعلم بالصواب