MT. Nurul Amal
Kamis, 5 Maret 2020
Tawaqufan Sementara
Ustadzah Aisyah Farid BSA
بسم الله الر حمن الر حيم
Duduk di Majelis ilmu itu, merupakan suatu anugerah. Jika semua orang tahu hal tersebut, semua orang akan berbondong-bondong berebut ke Majelis Ilmu.
Jadikanlah hadir ke Majelis Ilmu, sebagai kebutuhan kita. Seperti halnya orang lapar, pasti akan mencari makanan. Begitulah kita, hati kita ini lapar selalu membutuhkan majelis ilmu.
Semoga kita dijadikan orang-orang yang istiqomah. Dalam menjalani Majelis Ta’lim.
Kita sudah masuk 10 hari di bulan Rajab. Maka introspeksi diri, bagaimana istighfar kita?
Bulan rajab ini bulannya Allah, maka penuhi hak kita kepada Allah. Banyak banyak beristighfar, dekati diri kita kepada Allah.
Kemarin-kemarin, kita sudah banyak lalai, sudah banyak terbuai. Maka sekarang kita harus dekatkan diri kita kepada Allah.
Orang yang dibulan rajab mendekatkan diri kepada Allah, menangisi dirinya karena dosa-dosanya kepada Allah.
Nabi bersabda “Menangislah kalian, jika kalian tidak mampu menangis, maka menangislah untuk diri yang tidak bisa menangis itu”
Kalau tidak bisa menangis, berarti kita tahu, ada masalah dalam diri kita.
Karena orang yang tidak bisa menangis itu, hatinya keras. Karena kerasnya hati itu, mata pun tidak mau mengeluarkan air matanya.
Maka dari itu menangislah, karena tetesan-tetesan air mata itu akan menjadi saksi kelak nanti kita diakhirat.
Orang yang didunianya tidak pernah menangis karena Allah, maka dialah orang yang paling banyak menangis diakhirat nanti. Sedangkan orang yang sudah banyak menangis karena Allah, diakhirat kelak kita tidak akan dibiarkan oleh Allah untuk menangis lagi.
Orang diakhirat nanti, tingkatannya itu sesuai dengan amal ibadahnya.
Kenikmatan didunia, jika dikumpulkan segini banyak, kalah dengan 1 kenikmatan di syurga nanti bagi orang yang diberi nikmat terendah di Syurga.
Ada nikmat syurga, ada juga siksa neraka.
Orang di Neraka pun nanti bertingkat-tingkat. Ada yang hanya di siksa sampai telapak kakinya, ada yang sampai lututnya (dengkulnya), ada yang sampai pinggangnya, ada yang sampai bahunya, ada yang sampai tenggorokannya, dan seluruh badannya. Dahsyatnya lagi, orang-orang di Neraka itu tidak mati, disiksa hanya sampai pingsan lalu dibangunkan lagi. Penghuni Neraka itu pun akan merasakan lapar, dan tidak ada makanan disana, sampai penghuni neraka itu teriak sejadi-jadinya karena laparnya itu.
Penghuni Neraka juga diberi makanan sama Allah, apa makanannya? Batang-batang dari duri, karena mereka lapar, maka dengan terpaksa dimakan. Tapi Allah berkata “Makanan itu tidak akan membuat penghuni neraka gemuk, dan tidak hilang rasa laparnya“
Maka dari itu, didunia kita harus banyak-banyak bersyukur. Jika disuguhi makanan, jangan pernah dicela. Karena semua makanan didunia itu lebih nikmat, daripada makanan di Neraka.
Orang-orang di Neraka itu, setelah makan duri, tenggorokannya sudah robek, kehausan, dan mereka mau minum. Dan minuman mereka itu hanyalah air timah yang meleleh. Belum diminum, baru didekati ke muka, mukanya sudah gosong. Namun mau bagaimana lagi? Tidak ada pilihan lain, mereka harus minum itu.
Maka selama didunia, syukurilah nikmat yang ada. Kita bisa makan enak, minum enak, punya rumah, semuanya itu lebih nikmat dibandingkan rasa di Neraka, nauzubillah min dzalik.
Di dunia pun, orang banyak yang menangis karena beberapa hal.
Ada orang yang sudah melakukan maksiat, lalu dia sadar dan menangis karena menyesal.
Ada orang yang baru niat ingin mengerjakan maksiat, saat dia menuju tempat maksiat itu lalu dia sadar, menangis dan menyesal, maka orang ini lebih baik dari yang sebelumnya.
Ada pula orang yang menangis karena melakukan hal-hal yang makruh, orang ini lebih mulia dari pada orang yang menangis karena maksiat.
Dan ada pulang orang yang menangis, karena ketinggalan 1 kebaikan didalam hidupnya, orang ini lebih mulia dibandingkan orang yang melakukan hal makruh lalu menangis.
والله أعلمُ بالـصـواب