Ustadzah Aisyah Farid BSA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
PENDAHULUAN
Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“Tempat yang paling dicintai oleh Allah itu adalah masjid-masjidnya.”
Dimana tempat disitu masjid, di tempatkan kita selaku yang menuntut ilmu di dalam masjid, maka ketahuilah bahwa kita ini ditempatkan oleh Allah di tempat terbaiknya di muka bumi ini. Ditempat yang paling dicintainya di muka bumi ini, di tempat yang paling disukai dan dicintai Allah, adalah dimana tempat disitu kita mengingat Allah.
Tentu, tempat yang paling menyadarkan kita tentang Allah itu pasti masjid-masjidnya, karena masjid ini adalah tempat yang sudah pasti mutlak dijadikan sarana ibadah. Tidak ada orang yang datang kesini kecuali tujuannya adalah ibadah.
Rumah kita pun bisa menjadi tempat yang paling dicintai Allah, jika didalam rumah tersebut ada tempat yang kita khususkan untuk menjadi tempatnya kita beribah. Maka dari sekian besar rumah kita, ada tempat, ruang mushola, rumah sholat, tempat sholat, atau kamar sholat.
Jika kita perhatikan orang tua kita dulu, pasti mereka menyediakan satu tempat untuk sholat, karena mereka ingin di dalam bagian rumahnya mereka itu ada tempat yang paling dicintai Allah dan disukai Allah. Sehingga mereka membiasakan diri, jika sholat mereka pergi ke kamar itu dan mereka melazimi dirinya, memaksakan dirinya, walaupun bisa sebenarnya sholat dikamar, di tengah rumah, di mana tempat dia mau sholat dirumahnya. Tetapi dia memilih ada satu tempat khusus. Ini biasa yang dilakukan oleh para orang sholeh, karena ingin dibagian itu adalah menjadi bagian tidak ada orang yang datang kesana duduk disana kecuali tempat itu adalah tempat dia mengingat Allah.
Alhamdulillah kita ditempatkan oleh Allah di tempat yang paling dicintai oleh-Nya. InsyaAllah dengan kita dapat hadir disini, kita pun tentu para kaum wanita dapat mempertahankan bagaimana hak-haknya kita sebagai orang yang mengisi ataupun yang menghiasi masjid ini untuk tetap menjaga tata tertib, akhlak, adab, dan kesantunan.
Bagi wanita yang sedang berhalangan untuk tidak duduk dimasjid, mereka harus mencari tempat yang lebih terjaga, misalnya seperti di teras luar, karena kita mau mengagumi tempat yang dimana sudah dijadikan sebagai tempat yang paling dicintai Allah, tempat yang sudah ditetapkan sebagai tempat yang paling dikasihi Allah, maka baiknya bagi kita untuk tetap mempertahankan itu apalagi jika kita menghadiri kajian yang mana kajian itu ada didalam masjid.
Sebelum saya memulai kajian kita, sedikit mengingatkan bahwa tertawa di dalam masjid itu jika tidak didasari karena kajian (berkenaan dengan apa yang dibahas), maka tertawa yang demikian itu (tertawa didalam masjid) memberikan kegelapan di alam kubur. Maka dari itu kita perlu menjaga, apalagi yang akan kita ambil ini adalah ilmu. Yang insyaAllah, mudah mudahan ilmu ini bermanfaat bagi kita semua.
Sebagaimana Al Imam As-Syafi’i beliau berkata,
“Ilmu itu yang bermanfaat, bukan yang dihafal.”
Karena banyak orang menghafal ilmu, tapi tidak ada dari yang dihafal dapat mengantarkan dia pada kemanfaatan.
Ilmu yang disebut ilmu adalah saat kita mempelajarinya, maka kita meraih kemanfaatan dibaliknya.
Ada sesuatu yang dapat memberikan perubahan baik dalam hidup, ada sesuatu yang menuntun kita didalam menjalani hidup. Nasihat apa yang didengar, kita menjadi tercerahkan, kita menjadi tertuntun. Itu ilmu manfaat. Bukan hanya sekedar ilmu yang dihafal.
Oh kita dengar ini katanya ini, oh ini dia tahu di otaknya menyimpan semua informasi. Tapi tidak digunakan informasi itu untuk dia menuntun, tertuntun, tercerahkan, dan mendapatkan pencerahan. Maka semuanya sia-sia.
Didalam kutipan nasihat Al Imam As-Syafi’i lainnya,
“Ilmu itu apa yang menetap di hati, bukan yang menetap di dalam tulisan.”
Karena mungkin banyak orang berusaha untuk belajar itu dengan mencatat dan menulis, ini sarana.
Tujuan penulisan ilmu itu agar kamu bisa terus mengingat dan bisa terus mendapatkan pencerahan agar bermanfaat dari apa yang dipelajari.
Itu tujuannya bukan hanya menulis, tetapi ada unsur yang ingin dicari kemanfaatan.
Maka Al Imam As-Syafi’i mengatakan,
“Ilmu itu disini tempatnya (hati).”
Dengan adanya yang kamu pelajari, maka semakin tambah ketakwaan di dalam hati. Apa yang kamu pelajari, semakin dekat hatimu dengan Nabi. Itu ilmu. Apa yang kamu pelajari, semakin menjauhimu dari apa yang dilarang oleh Nabi. Itu ilmu.
InsyaAllah di dalam kajian muslimah ini, kita akan membahas seputar tentang nasihat-nasihat Rasul dan hadits-hadits Rasul yang berkenaan dengan kita (kaum wanita). InsyaAllah setiap untaian nasihat demi nasihat, kita bisa mengambil pelajaran demi pelajaran dibaliknya.
Aamiin ya robbal ‘alamin.
KAJIAN SPESIAL MUSLIMAH
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Berbuat baiklah kamu kepada para wanita.”
Jika kita melihat hadits ini, maka kita akan dapati sebetulnya hadits ini adalah ungkapan betapa Allah itu sangat peduli kepada kita. Sebetulnya, hadits ini tujuannya untuk kaum laki-laki, karena Nabi ingin memberi tahu kedudukannya seorang wanita terlebih dahulu.
Laki-laki itu tidak bisa sembarangan menempatkan kaum wanita. Bahkan jika kita baca hadits ini, sepertinya tidak ada orang yang mengerti kita lebih dari Nabi, tidak ada yang paham akan kondisinya kita lebih dari Nabi. Kenapa sampai Nabi itu memberikan nasihat kepada kaum laki-laki tentang bagaimana mereka harus bersikap kepada kita?
Maka kaum wanita, saya seringkali menekankan, jangan pernah kita mau kemakan oleh pahamnya orang-orang barat yang menyuarakan kesetaraan gender. Jika kamu meminta kesetaraan gender, berarti kamu turun tahta, kamu turun grade, kamu turun tangga bukan naik. Karena islam tidak pernah menempatkan perempuan bahkan dibawah kaum laki-laki.
Sebetulnya, perempuan berada di atas kaum laki-laki. Ini kedudukan merata dulu, jangan bicara kita istri, “Saya kan perempuan, istri dibawah laki-laki”, Tidak. ini merata tentang kesetaraan kaum wanita dengan laki-laki. Sebetulnya wanita itu ditempatkan lebih tinggi. Jika kamu menggaungkan bahasa kesetaraan, kamu turun tahta. Kamu turun, bukan naik.
Didapati disini, Saat Nabi menekankan kalimat pertama, apa pesan Nabi?
“Berbuat baiklah kamu kepada para wanita.”
Artinya, jika ada orang laki-laki bicara dengan perempuan tidak bisa sopan, bicaranya semena-mena, dan memperlakukan perempuan semena-mena. Ini belum menjadi istri, walaupun hakikatnya yang ditujukan adalah kepada istri. Tapi kita bicara merata dulu. Berarti, jika ada laki-laki yang tidak bisa bersikap baik terhadap wanita, mengutamakan atau mendahulukan wanita.
Coba kita lihat, sebetulnya di barat itu perempuan kesannya diutamakan. Jika tentang kursi, perempuan yang dibukakan untuk didudukkan. Masuk pintu mobil dibukakan untuk perempuan. Mau menunjukkan bahwa perempuan itu berharga, tapi sebetulnya yang mengajarkan dia itu siapa? Rasulullah ﷺ.
Rahmatnya Rasulullah ﷺ kepada Perempuan
Rasulullah ﷺ saat menikah dengan istrinya Sayyidatuna Shofiyah binti Huyay, awalnya beliau adalah wanita Yahudi. Terkenal cantik dan kulitnya putih. Pada saat Nabi menikahinya, Nabi dikenal orang yang sangat baik dalam memperlakukan para wanita, khususnya istri-istrinya. Jadi, merata dahulu. Jika dengan wanita yang lainnya saja beliau rahmat, apalagi dengan istrinya. Peduli dengan perempuan manapun, apalagi dengan keluarganya.
Setelah beliau menikah dengan Sayyidatuna Shofiyah, ceritanya Sayyidatuna Shofiyah keluar dari tenda ingin menaiki unta. Nabi turun kebawah memposikan lututnya yang satu dilipat turun dan yang satu lagi dibawah. Nabi mengatakan, “Kau ingin naik unta? Injaklah kaki ku ini.”
Padahal jika beliau mau, bisa saja beliau ambil kayu atau mungkin untanya di tarik ke tempat yang ada batunya agar lebih tinggi sehingga naiknya mudah. Tapi tidak, Nabi yang turun, Nabi yang nunduk, dan Nabi mempersilahkan Sayyidatuna Shofiyah, “Injak pahaku ini dan naiklah ke atas. Jika perlu, injak punggungku. Injak pundak ku, jika kau belum bisa mencapainya.”
Jadi, jika kamu melihat barat hebat membukakan pintu, itu belum seberapa. Nabi kamu lebih baik lagi dalam muamalahnya kepada para istri beliau, begitu santun, lembut, romantis, dan baik dalam menyikapi para wanita, khususnya para istrinya. Dengan para wanita, beliau tidak pernah berucap kasar, apalagi kepada para istrinya.
Nabi Muhammad ﷺ berpesan didalam hadits ini,
“Berbuat baiklah kepada para wanita.”
Ahli ulama mengatakan, yang dimaksud dengan wanita disini tentu adalah istrinya. Secara khusus, yang diminta kaum laki-laki untuk bersikap baik. Karena kita dapati, jika kita berbicara realita, banyak orang yang terkadang baik diluar tapi kasar didalam. Tapi lihat bagaimana Rasulullah ﷺ memberikan pemaparan sebagai sarana agar orang laki-laki mengerti dan kita juga yang membaca hadits ini bukan berarti ini hadits untuk laki-laki saja dan kita tidak perlu belajar. Padahal, kenapa seringkali kita ini tidak mengerti akan diri? karena kita tidak tahu siapa kita sebetulnya. Kita hanya menjalani keadaan begitu saja, sehingga jika kita sedang ingin marah, kita marah.
Siapa dari kita jika mau datang masa menstruasinya, tidak bisa disenggol, dicolek, dan diajak omong. Jika sudah datang waktunya, bicara dan bersikap seenaknya. Jika sudah tahu waktunya mau haid, karena memang masanya begitu, katanya sudah umum begini. Padahal, apa masa-masa hormon yang tidak stabil itu tidak bisa diatasi? Bisa.
Jika ada orang yang hanya memilih,
“Kan saya mau haid, jadi kamu ngertiin saya dong.”
Kamu minta dimengerti, tapi kamu saja tidak mengerti diri kamu. Ada orang marah minta dimengerti. Sampai kapanpun, siapapun yang marah tidak akan pernah dimengerti. Misalnya kita marah lalu mengatakan, “Saya marah, wajar!”
Tidak ada marah itu wajar. Sebetulnya tidak ada marah itu wajar. Karena wasiatnya Rasulullah ﷺ itu adalah kendalikan emosi. Jika kita diminta untuk mengendalikan emosi, mari kita mengerucut. Berarti emosi terbesar yang perlu kamu kendalikan adalah di dalam rumahmu. Diluar orang bisa mengendalikan emosi, karena kita seringkali menjadi orang lain saat diluar rumah. Tetapi kita akan menjadi siapa kita, saat di dalam rumah. Kenapa kita mau menjadi siapa saja kita jika di rumah? Karena menurut kita, pasangan kita sudah menerima kita apa adanya. Sebelum kamu minta dimengerti, kamu harus mengerti diri kamu terlebih dahulu.
Maka hadits ini, Rasulullah ﷺ mengajarkan,
“Kita (perempuan) itu sebetulnya siapa? Perempuan ini siapa?”
Nabi Muhammad ﷺ menekankan,
“Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Tulang rusuk itu pasti bengkok.”
Perempuan harus tahu, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk, bagian atasnya itu bengkok.
Al Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri beliau mengatakan,
“Makna ‘diatasnya bengkok’ sama seperti perempuan yang seringkali bagian atasnya lah yang bengkok (pikiran). Karena perempuan itu hanya punya kesempurnaan akal separuh (setengah).”
Nabi Muhammad ﷺ yang mengatakan,
“Kesempurnaan akal perempuan itu separuh.”
Jika ada perempuan didepan laki-laki berasa dia yang paling pintar, berarti dia sedang merendahkan dirinya sendiri. Kamu harus tahu, tapi jangan salah, separuh kita ini, jika digunakan dengan baik, maka kamu dapat mencetak generasi.
Ini separuh, tapi jika kamu gunakan dengan baik, maka kamu akan mencetak generasi, bukan hanya mencetak anak. Itu Nabi yang mengatakan, itu ulama yang mengatakan. Memang separuh, tapi kenapa Nabi justru menyerahkan pendidikan anak ke kita bukan ke bapaknya yang otaknya komplit (sempurna).
Kita yang setengah, justru dikatakan, “Ibu sekolah pertama bagi anak.”
Karena ternyata, sebetulnya jika kamu pahami, yang bisa menggunakan akal dengan baik itu perempuan. Karena perempuan sudahlah dia punya otak separuh, lalu dia tidak gunakan dengan baik, makanya jika emosi meledak-ledak, se enak hati, tidak mikir lagi.
Jika orang laki, tidak. Marah masih ada otak separuh, mikir. Maka dari itu, jika didalam rumah tangga ribut, yang paling sering mikir bubar adalah perempuan. Karena dia tidak punya otak menyeluruh. Setelah dia berucap, lalu menyesal. Untung nikmatnya Allah, rahmatnya Rasul, tidak dijadikan landasan perceraian itu dari mulut perempuan. Jika dari mulut perempuan, hukumnya berubah, bisa 100x bukan hanya talak 3.
“Sesuatu yang paling bengkok dari tulang rusuk itu paling atasnya.”
Al Habib Salim As Syatiri mengatakan,
“Kita juga yang paling bengkok adalah yang paling atas (akal dan mulut).”
Jika di badan, tolak ukur yang paling atas itu kepala. Perempuan yang paling terkadang suka tidak bisa ke control dibagian kepalanya, mulutnya. Jika marah, seenaknya. Jika ngambek, seenaknya. Jika apa-apa, seenaknya, ini yang paling susah ke control. Makanya sebetulnya kita kalau paham ini, berarti kelemahan pertama kita bagian atas maka kami harus banyak belajar mengontrol bagian atas. Mengontrol pikiran, bahasa, tata bahasanya, tatanan tutur katanya, perempuan yang harus dijaga itu. Karena yang paling sering menyesal itu perempuan, yang paling tidak suka berpikir jernih perempuan. Maka kita ketahuin dulu, “Oh jadi saya ini punya kemampuan begini.”
Maka orang laki ditegesin sama nabi, menghadapi yang seperti ini, jika kamu coba meluruskan dia, kamu paksa untuk bikin dia lurus, maka jadi patah. Berarti perempuan harus tahu satu hal walaupun kita berdoa kepada Allah suami menjadi imam penuntun kita di surga yang menuntun kita masuk ke dalam surga, kamu harus tahu sebetulnya kamu itu adalah orang yang perlu dituntun bukan dengan kekerasan. Maka jika suami kamu memiliki kelemahan dibagian itu, maka kamu harus mencari cara bagaimana caranya kamu yang lemah ini yang bengkok dibagian atas untuk bisa belajar mengontrol diri, menguasai diri.
Rasulullah ﷺ kasih teguran untuk kaum laki,
“Jika kamu menyikapi perempuan dengan keras, kamu paksa dia untuk lurus, berarti kamu mematahkan dia.”
Lihat bagaimana Nabi menasihati kaum laki-laki untuk kita. Tapi jika dihadist ini, saya mengambil hikmahnya adalah berarti tidak semua laki-laki bisa memahami perempuan. Jadi jika kamu menikah minta dipahami, kamu sudah salah. Karena tujuan dari pernikahan itu bukan minta dipahami, bonus kalau kamu menikah karena saling tinggal bersama saling memahami satu sama lain. Tapi coba siapa dari kamu yang berhasil menuntut suami mengerti kamu, kamu berhasil suami gara-gara kamu tuntut jadi mengerti, tidak ada. Pengertian itu muncul seiring berjalannya waktu. Tidak ada tiba-tiba dari awal nikah sudah jadi orang mengerti. Anak kecil tumbuh dewasa saja perlu waktu untuk mengerti. Walaupun yang kamu nikahi pria dewasa, dia juga butuh waktu untuk mengerti kamu. Tidak bisa baru nikah satu tahun, diomongin tidak mengerti-ngerti, dijelasin tidak mengerti-ngerti. SD saja enam tahun, untuk dapat sarjana saja enam tahun. Bayangkan, kamu mau bikin suami kamu mengerti setahun, itu kan ajaib. Jadi jika dengan pasangan itu, disebut ibadahnya saja seumur hidup. Jika bahasa ibadahnya saja seumur hidup berarti belajarnya juga seumur hidup. Belajar karakter dia seumur hidup, belajar menyikapi dia seumur hidup.
Nabi mengingatkan kepada kita, inget kita punya kelemahan. Kelemahan kita yang bengkok bagian atas, kita sudah terima. Dan kita ternyata tipe orang yang tidak bisa dikerasin. Ibu harus paham dulu. Kita tidak suka dikerasin, maka jangan pernah kerasin siapapun. Karena kitanya sendiri saja tidak suka dikerasin, hakikatnya kita tidak suka dikerasin maka jangan jadi ibu yang keras sama anak. Belajar, kita dibilang sama Nabi seperti itu. Tapi Nabi menegaskan kembali kepada laki-laki,
“Tapi jika kamu mendiamkan mereka, membiarkan mereka, mereka tetap menjadi tulang rusuk yang bengkok.”
Seolah-olah Nabi ingin mengatakan,
“Kamu tuh nikah sama perempuan, terima aja deh dia, sabar aja.”
Kesannya seperti itu. Tapi Nabi pesannya apa? Dikerasin tidak bisa, di tinggalkan tetap bengkok,
“Tapi kamu wahai laki-laki, tidak pernah boleh putus asa membimbing dan menuntun dia pada kebaikan.”
Didepan dipesankan berbuat baik, diakhir ditutup maka berbuat baiklah kepada kaum wanita. Artinya, laki-laki dan perempuan mau bagaimanapun juga sebetulnya mereka punya kewajiban tetap menasihati kita, berbuat baik pada kita, menuntun kita, berarti sekarang jika dia sudah diminta oleh Rasul berbuat baik kepada kita, sekarang dari hadits ini kita belajar jika kita punya kelemahan, dimana? Disisi yang mana? Kepala, mulut, cara pikir, yang lainnya nyusul.
Karena Habib Ali Jufri mengatakan.
“Jika pikiran mu waras, benar, jernih, hati mu jernih, benar, waras. Tapi jika sudah dari atas tidak benar maka kebawah tidak akan benar.”
Berarti pengontrol diawal disini (pikiran). Perempuan berarti harus menjaga kelemahannya sendiri. Jika kita sudah tahu kelemahan kita, jangan sampai kita punya kelemahan ini dirasuki oleh sesuatu yang semakin melemahkan. Berarti perempuan sebelum menjaga yang lain, kondisikan pikiranmu, jaga pikiranmu. Jangan mudah curigaan, jangan mudah suudzon, jangan mudah berpikir yang tidak-tidak. Karena terkadang seringkali kita dapati juga, masalah didalam rumah tangga karena pikiran yang tidak bisa dijaga.
Dari pikiran yang jernih diminta lagi untuk coba menjaga mulut. Mulut kita ini terkadang suka tidak sadar menyakiti orang, khususnya menyakiti orang terdekat. Jika kita diminta untuk saling meminta maaf kepada semua, setiap kali kita bertemu “Maafin, ya maafin.” kira-kira segitunya yang sering kita temui, tidak lebih sering yang kita bertemu dirumah. Jika kita ketemu orang diluar mengakhiri pertemuan dengan “Maafin, kurang lebihnya ridhoin.”, istilahnya begitu, apalagi yang dirumah.
Berapa banyak hak-hak yang terabaikan, kata-kata yang menyakitkan, sikap-sikap yang kesannya tidak memperhatikan, baik itu kepada pasangan, baik itu kepada anak, maka sebetulnya meminta maaf di dalam rumah itu khususnya pada pasangan yang paling sering kamu temui dan paling sering kamu menghambiskan waktu dengan dia, itu harus sering juga harus banyak juga.
Paling tidak matamu tidak kamu tutup diwaktu malam, kecuali kamu sudah meminta ridhonya dia. Yang bikin perempuan seringkali tidak bisa melakukan itu adalah kepalanya lagi, egonya. Egonya itu yang luar biasa, sangat besar kepala. Sehingga karena egonya yang besar masalah kecil bagi dia besar. Jika suami mikirnya, “Kan Cuma begitu.”, itu cuma begitu, kamu lebay banget. Karena kita punya space egonya besar jadi bagi kita masalah kecil itu tidak ada. Bagi kita, masalah besar. Buat kita semua masalah itu jangan pernah dianggap sepele. Suami bingung ko lebay banget si, karena dia anggapnya sepele. Tidak ada orang laki yang menganggap masalah besar. Yang anggap masalah besar itu kita.
Maka dari itu, jika kita menghadapi diri kita sendiri, belajarlah untuk tidak pernah membesar besarkan masalah. Dia lupa mengerjakan yang kamu perintah, bagi dia itu masalah kecil, tapi buat ibu itu masalah besar. “Kamu lupa ini yang nyuruh saya aku yang nyuruh bisa bisanya kamu lupa. Emang berarti aku tu ngga penting.”
Padahal bicaranya hanya apa, tapi kemana-mana.
Dia simple, laki-laki jika sudah salah, dia akan segera mengucap maaf. Simple karena mereka orang simple, kamu orang ruwet. Ini bicara realita, yang ruwet itu kita. Yang jika lebaran repot baju itu kita. Yang jika masak setiap hari dirumah itu kita. Memang kita itu repot, orang laki itu simple. Jadi kita yang harus paham dulu, saya orang repot, dia orang simple. Saya orang ruwet, dia orang simple. Pilihannya hanya ada dua, kamu mau tetap dengan ruwetnya kamu dan kamu belajar simpelnya dia atau kamu mau menata diri untuk membuat ruwetnya kamu agar kamu bisa menjadi sesimpel dia. Sederhana. Jika kamu mau tetap ruwet, sampai tua kamu lelah.
Berapa banyak orang tua sudah tua datang ke saya, suaminya masih hidup. Kebetulan tua bareng. Tapi, “Ya maafin Ustadzah, tahu sendiri, orang tua kan rewel.” Suaminya yang dikatakan rewel. Padahal dalam hati saya jika ada yang mengadu seperti ini, “Jangan-jangan, situ yang rewel.”
Karena saya pernah baca statement didalam kitab, ternyata orang laki itu banyak yang jadi wali. Orang laki yang menjadi wali karena menghadapi istri yang rewel.
Kita ini perempuan, pertama harus mengaku dan belajar dulu sudah sejauh mana pemahaman kita. Jadi kita tidak petantang-petenteng dengan kesombongan menghadapi diri dihadapan dia. Karena jika kita yang merasa hebat, kita yang merasa memahami segalanya, kamu sombong tidak ditempatnya, kamu salah mutlak.
Jika dari sisi kenormalan ciptaan Allah saja perempuan punya otak sudah tidak normal, separuh, setengah, kamu harus pahami itu dulu. “Oh saya berarti ngga bisa sembarangan, ngaku-ngaku paham, ngerti.”, walaupun pemahaman itu sebetulnya bisa menjadi statement dari pasangan.
Jika kita belajar untuk mengevaluasi diri terus-menerus, dia yang akan mengatakan kepada kita, “Tidak ada orang yang ngertiin aku lebih dari kamu, tidak ada orang yang bisa nerima kekurangan aku lebih dari kamu.” Enak kan jika dapat omongan seperti itu? Daripada dapat omongan, “Kamu ngga pernah ngertiin aku.”
Sayyidah Khadijah itu dapat pengakuan dari Nabi, “Kamu yang paling ngertiin aku.” Maka dari itu, dari sekian istri yang paling seringkali diingat, disebut, dijunjung adalah Khadijah, walaupun sudah tidak ada. Itu tidak tergantikan.
Al Habib Abdullah Baharun, rektor Universitas Ahgaf di Yaman, beliau mengatakan,
“Buat pasangan mu itu bertahan karenamu, karena merasa nyaman dengan keberadaanmu, bukan karena sabar menyikapi sikapmu.”
Beda orang bertahan karena sabar itu berarti dia mempertahankan dengan tekanan. Tapi jika orang bertahan karena dia nyaman, berarti itu adalah pilihan mutlak yang datang dari hatinya.
Jadi perempuan itu istimewa dan diistimewakan. Tapi seringkali yang membuat kita itu luput dan tidak diistimewakan karena perbuatan kita sendiri. Kita yang tidak betul-betul menempatkan diri sehingga kita itu patut diistimewakan dan dihargai. Maka kita sebagai wanita sudah tahu kelemahan, sudah tahu dimana kita itu banyak sekali kesalahan, jaga. Baik itu sikap dihadapan keluarga, pasangan, maupun sikap kita diluar rumah sekalipun, bersama dengan kawan-kawan, kerabat, teman-teman, jaga pikiran kita.
Yang paling ribet pertemanan itu perempuan. Sedikit-dikit tersinggung, sedikit-dikit baper. Sedikit-dikit ngambek, berasa tidak dianggap.
“Katanya teman, tapi jalan ngga ngajak.”
“Katanya temen tapi dilupakan.”
Yang paling sering punya perasaan seperti itu kita. Orang laki sepertinya hampir tidak ada yang berpikir seperti itu. Jika orang laki jalan, simple, tahu-tahu melihat temannya sedang nongkrong, jika dia mau ikut ya menyusul. Tidak ada yang baper.
Coba perempuan, status dibuka lagi. Dilihat lagi, “oh ternyata dia begini. Saya ngga diajak sama dia.” Besok, ditandai wajahnya. Saat dia datang, bertemu, disindir tidak selesai-selesai. Siapa yang suka ruwet? Kita. Mending jika hanya sehari, bisa sampai sebulan, dua bulan ngambeknya masih yang sama. Bayangkan, siapa sebetulnya yang suka ruwet? Kita. Ribet, ruwet, baper, macam-macam, bahkan urusan pertemanan.
Kita tidak simple, kita tidak membuat diri kita itu lebih sederhana saja. Ngapain cari yang rumit-rumit, ribet-ribet. Jika kamu ingin menyusul, tinggal samper saja. Tidak usah baper. Jika sedang merasa tidak diinginkan, hargai saja privasi orang. “Oh berrarti dia lagi ngga kepengen sama saya, saya juga ngga kepengenan mulu sama dia.” Simpel.
Jadi jika ada orang yang tidak mengajak kita karena dia tidak ingin dengan kita, itu normal. Hanya karena sikap kita akhirnya memicu orang panik ketakutan, jadi jika jalan dengan beberapa orang akhirnya kita lagi nih berakal-akal. Teman-temannya yang ini kita sembunyiin dulu deh.
Saya bilang gini, Bu maaf, orang-orang ini hidup tidak capek apa ya? Hidupnya setiap hari akalnya diputar hanya menyikapi pertemanan saja, kamu tidak benar-benar menjadi diri kamu, bahkan dengan teman-teman kamu, kamu tidak benar-benar menjadi siapa kamu. Maka dari itu saya katakan, orang yang paling tahu kita didalam, diluar, belum tentu. Teman kita berteman mau 10 tahun bahasanya, dia tidak juga tahu siapa kita sebenarnya. Tidak ada yang tahu kita.
Jika saya misalnya sedang tidak mengharapkan perkumpulan dengan orang tertentu, bukan berarti kita harus menyembunyikan diri kita siapa. Saat orang bertanya kepada kita, “Kok kemarin ngga ajak-ajak.” Saya jawab, “Ada waktunya lah sama kamu.” Simple.
Maka dari itu, yang separuh gunakan. Jangan hanya yang separuh gara-gara ego, akal diputar-putar, akhirnya bohong tidak selesai-selesai. Yang separuh digunakan saja, jawabannya simple.
“Kamu kemarin ngga ajak-ajak.”
Dijawab, “Nanti sama kamu tinggal tentuin tempatnya dimana.”
Sesimpel itu.
Teman lagi baper, tidak jadi baper. Tapi jika dari awal ibu sudah menganggap diri kamu salah, “Aduh saya ngga ajak dia nih, besok gimana ketemu dia nih. Ya Allah tolongin saya…”
Sampai minta tolong Allah untuk menghadapi teman. Jangan seperti itu.
Itu semua hal sederhana sebetulnya. Jika kamusedang tidak mau, itu manusiawi. Sedang ingin duduk dengan siapa, itu manusiawi. Bukan berarti dengan kita punya pertemanan dengan orang tertentu, kedekatan dengan orang tertentu, lalu membatasi kita untuk bersosialisasi dengan yang lain. Hal itu salah besar. Membatasi kita untuk bersosialiasasi dengan orang lain sampai pada akhirnya memicu sering kali terjadi teman merasa dirinya disakiti, dizolimi, dilupakan Yang drama memang kita. Gara gara itu, kita terlalu mempersempit circle kita sendiri. Jika sudah temanan, berasa hanya dia saja. Di muka bumi ini tidak ada teman lain, tidak ada orang lain yang perlu kamu jaga hatinya, perasaannya, sikapnya, sehingga yang kamu butuhkan hanya,
“Yaudah kalau situ berteman dengan saya ya saya aja. Kalau kamu dekat dengan saya, ya saya aja.”
Jika ada teman dekat misalnya berteman dengan orang lain, muncul perasaan-perasaan dihati kita,
“Sekarang dia mah temannya udah beda. Dia mah sekarang levelnya udah beda sama kita.”
Aduh kasihan melihat orang-orang yang seperti ini. Sebetulnya kamu menganggap nilai pertemanan mu itu semacam apa? Bukankah kita itu menjalin ukhwah dengan nilai mencari kebaikan, mencari kemanfaatan?
Justru dengan kita mengenal adanya temen kita lagi, kita bisa saling berteman lagi, kita meluaskan circle lagi. Kita mempersempit circle kita akhirnya dengan itu semua, otak kita yang separuh semakin sempit. Karena tidak berkembang-kembang, yang ketemu dia lagi dia lagi, duduknya dengan dia dia lagi, akhirnya yang dihadapi ceritanya itu lagi itu lagi, masalahnya masalah itu lagi itu lagi, kapan belajarnya? Kapan kita mengevaluasi diri? Kapan kita mau mengembangkan diri jika yang kamu dudukin hanya itu lagi itu lagi?
Kita hadir majelis kajian, ini banyak manusia, tapi siapa dari kita yang betul-betul mengenal satu sama lain diantara kita? Tidak ada itu. Semua itu muncul karena kita lah sejatinya yang membatasi circle kita sendiri. Dengan membatasi circle, kamu sedang membatasi perkembangan otak mu sendiri. Yang pada akhirnya kamu tidak pernah melihat sisi lain, yang muncul adalah baper, kecewa, sedih, dan terluka seolah-olah sekali teman melakukan salah, seperti tertusuk berkali-kali. Dari sekian bersamanya kamu berjalan dengan teman, teman itu selalu kemana-mana mengajak kamu, baru sekali ada dua kemungkinan, antara dia yang mengajak atau dia diajak oleh orang. Kamu ngambeknya, kecewanya, bapernya.. kira kira perasaan seperti itu enak atau tidak? Tidak enak.
Perasaan semacam itu perasaan yang menyiksa dirimu sendiri. Sebetulnya perasaan itu tidak perlu ada dalam diri kita, karena hal itu lumrah seperti kita ada waktunya butuh menyendiri, ada waktunya butuh sendiri, ada waktunya merefleks dir. Seperti itu juga teman mu, orang lain disekitar mu, mereka juga butuh. Maka sikapi dengan bijak saat kita melihat teman yang sedang tidak berkumpul dengan kita, bukan berarti pikirannya langsung negatif, “kayaknya saya mau lagi diasingin nih, kayanya bentar lagi ada yang mau dikeluarin nih, baper pikiran kemana mana mulai mikir yang engga engga akhirnya karena pikiran yang kotor hati ikutan kotor akhirnya memicu dari pikiran dri hati perbuatan yang kotor. Akhirnya sikap kita mengecewakan teman kita. Hati kita berkata kamu yang gangerti saya. Temanmu pun berkata kamu gangerti saya. Makanya jangan nuntut saling mengerti. Berusahalah pertama ngertiin diri kamu sendiri. Jika kamu wahai wanita betul betul mengerti siapa kamu maka saat kamu bertemu dengan wanita manapun kamu akan paham betul-betul wanita itu seperti apa.
Ngga ada tu wanita berhasil bilang ke wanita lain, “kamu ngga ngertiin saya, kamu temen macam apa. Saat kita berucap begitu, sejatinya kamu sendiri ngga ngerti diri kamu. Teman mu dengan asumsi nya begitu juga, ini teman saya katanya teman ko bisa bisanya marah sama saya sampai sebegininya. Akhirnya hanya karena hal sepele yang kamu besar besarkan memicu suatu tindakan akhirnya kamu berjauhan. Tidak ada teman yang pada akhirnya betul betul berteman. Baru ketemu masalah berjarak, ngga suka, udah ngga kenal. Bahasanya dulu rame you and me end, you and I end. Sesimpel itu memutuskan pertemanan. Ternyata hanya karema kamu merasa tidak dipahami, tidak dimengerti, tidak dihargai. Padahal sebetulnya sumber masalah itu bukan tentang orang bagaimana mereka dengan kita tapi ternyata pertama usahakan dulu kamu tahu bagaimana dirimu dengan hatimu sendiri, bagaimana kamu mengerti dirimu sendiri. Subhanallah dari hadits ini kita jadi belajar, rasulullah itu betul betul menghargai kita, betul-betul menjunjung siapa kita, betul betul menjaga kedudukan kita dan para laki laki bahkan diminta untuk menjadi orang yang belajar memahami kita. Rasulullah memberikan penekanan ini untuk laki laki memahami kita tapi sebelum kita meminta orang lain memahami kita, kita terlebih dahulu belajar untuk memahami siapa kita, bagaimana kita, kita itu suka hal yang seperti apa hal yang bagaimana. Maka dari kita belajar kita paham kita akan tahu semestinya kita itu harus bagaimana, baik kepada suami, teman, orang tua, berapa banyak anak sekarang yang ngerasa orang tua ngga ngertiin dia.
Berapa banyak anak yang merasa orang tua tidak pahamin dia. Mamah tuh ngga ngerti maksudnya aku. Padahal kamu yang melahirkan dia. Semua itu memicu hal yang tidak diharapkan oleh anak dan sebetulnya juga tidak diharapkan oleh ibu. Ibu ngga ngarepin anaknya sekarang begitu, ibu ngga ngarepin ada sikap dari anak kita yang seperti itu. Tapi pemicunya seringkali terjadi ini bukan tentang anak yang tidak bisa mengerti siapa kamu tapi lagi lagi ibu yang tidak mengerti siapa dirinya sehingga tidak juga memahami bagaimana hati anak-anaknya.
Coba kalau ada kasus dirumah ibu dan anak bermasalah, datang ke psikolog. Kira kira psikolog nyalahin siapa? Simple saja. Bukan berarti kesannya ngga adil. Karena yang lebih ngerasain asam garam hidupkan kita, dia baru. Dan dia itu produk karya kita, anakmu itu adalah cetakan yang kamu bina, yang kamu buat, yang kamu bentuk. Maka jika kamu dapati dia tidak seperti yang kamu harap, berarti ada satu langkah yang kamu buat yang memicu dia tidak seperti yang kamu harap.
Ibu tukang kue, udah biasa bikin kue. Sekali waktu bikin kue bantet. Secara logika, itu kue ngga tiba tiba bantet pasti ada yang salah dengan adonannya, atau ada yang salah dengan proses pembakarannya, kita tidak pernah tahu. Tapi kue bantet menandakan gagalnya pembuat. Jika ada anak bermasalah maka hal umum yang akan di cap adalah orang tua yang gagal mendidik anak. Dan itu jangan ibu limpahin ke anak dengan berkata, kamu tu ya jadi anak ngga pernah ngerti orang tua udah gedein kamu sekolahin kamu banting tulang untuk kamu.
Bukankah ibu itu tidak pernah membangkel apa yang dia buat. Lalu dengan sekarang dia bilang, anak sekarang harus disadarin, anak sekarang harus di buat mengerti betapa kerasnya perjuangan hidup seorang ibu dalam mendidik mereka. Ngga bu.
Dari zaman dulu sampai zaman sekarang, sebetulnya anak kita adalah sama seperti kita dulu. Hanya perbedaannya kita dulu dididik dengan apa dan kita sekarang mendidiknya dengan apa. Jadi kalau ibu mau membuat anak seperti yang ibu harap, maka kembali lagi, bukan anak yang kamu mati matian pimterin, tetapi pertama yang harus dipinterin diri kita dulu. Bagaimana cara mengasuhnya, mendekatkan diri kepadanya, memahami karakter anak dengan beraneka ragam wataknya. Punya anak lima, yang satu pemalu, berani, ngga bisa diem, demennya ngintilin ibu. Lima karakter beda dengan sifatnya yang beraneka ragam. Hebatnya ibu mereka diberikan insting yang kuat naluri yang hebat sehingga Allah tidak pernah salah dalam menentukan. Bahwa ibu itu, itu wanita walaupun memiliki separuh dari akal pemahaman, mereka itu jika menggunakan akalnya dengan seksama, mereka adalah wanita-wanita hebat yang bisa mencetak generasi luar biasa.
Kemarin di kajian saya di depok,
Perempuan itu hebatnya dia kenapa diberikan tanggung jawab dalam mengasuh anak itu pada perempuan, bukan pada bapak. Karena perempuan itu adalah satu satunya orang yang bisa bekerja nyambil. Sambil masak bisa ngeladenin anak, telfonan. Yang bisa nyambil dia. Orang laki bisa masak tapi satu menu, kalau perempuan bisa bermenu menu. Disamping dengan itu, mereka masih bisa membersihkan rumah, mencuci pakaian, mengasuh anak, antar jemput anak sekolah, hebat luar biasa. Sambil tu semua pertemanannya luar biasa. Anak lagi tidur, telepon. Sambil masak jawabin chat. Dapat kabar ngga ketinggalan. Coba kalau orang laki, kalau sudah mumet dikerjaannya, boro boro tahu kabar. Ngga tahu apa apa. Karena sifatnya orang laki itu fokus dengan satu, kerjaannya fokus dengan satu. Makanya ibu kalau mau dia fokus sama ibu yang satu, jangan bikin otaknya buyar. Buat dia tetap fokus dengan melihat bagaimana kamu yang terus menata diri, membenahi diri, menyempurnakan diri menghiasi diri untuk dia sehingga dia hanya fokus sama kamu. Jangan bikin buyar, karena kalau sudah buyar hilang fokusnya beralih fokusnya dan itu karakternya. Makanya sebetulnya kalau kita bahas tentang pernikahan yang disebut poligami. Poligami itu sunnah atau wajib?
Allah bilang di alquran
Tidak ada satu awalnya
Kalau kamu ngga nyanggupi yang namanya bisa adil, fokus, sama dua tiga empat. Satu cukup kata Allah, satu aja kamu belajar. Udah satu aja.
Karena sebetulnya karakter dia itu satu, fokus satu.
Nabi Adam dan sayyidatuna hawa bagaimana?
Karakter namanya orang pertama pasti fokus sama satu. Nah disini kalau kita pahami, ia fokus sama satu. Bagaimana caranya biar dia tetap fokus sama satu. Jangan pernah minta dia mengerti, buang dari kamus. Saya selalu katakan kiasan dalam berumah tangga, itu perumpamaannya seperti sebuah puzzle, dalam diri kita ada part yang hilang dalam diri dia ada part yang hilang. Ada puzzle yang belum tertutup dan dikita pun ada puzzle yang belum tertutup. Maka saat Allah menikahkan, Allah tidak menikahkan yang sama. Karena kalau ketemunya yang sama, puzlenya ngga ketutup. Tapi justru Allah ketemukan dia dengan part kita yang hilang dia punya bagian itu. Dia dengan part dia yang hilang kita punya bagian itu.
Ada suami ngga bisa kontrol emosi, kedepatan ibu lebih bisa mengontrol emosi. Maka saat ibu beradu dengan dia, puzzlenya klop. Ibu punya pemngontrol emosi lebih daripada dia, dia punya pengontrol emosi lebih sedikit daripada itu, maka begitu ibu masuk isilah kekosongan emosi yang tidak terkontrol itu dengan emosi dengan sabar yang lebih yang ibu punya kepadanya.
Ibu orang baik ngga tegaan dengan orang susah, peduli kepada sesama. Lebih kesadarannya daripada pasanganmu. Berarti yang punya jiwa pemerhati kamu yang lebih, oh dia orang cuek, ngga peduli, jangan ngarepin romantis-romantis deh orang cuek. Kamu yang punya lebih, kebetulan kamu orang nya romantis. Dia punya part yang hilang, part yang hilang romantis. Ibu punya part itu maka isi.
Kalau orang dalam menjalani hidup nunggunya selalu diberi maka kamu terlalu egois. Karena hidup ngga selalu tentang kamu diberi, hidup itu tentang apa yang kamu beri.
Kita belajar dari Allah, Allah itu ngga pernah nuntut hambanya, untuk menjadi siapa seperti apa sesuai dengan apa yang allah sudah beri sama kita karena kalau Allah nuntut tidak ada dari kita yang bisa berkutik.
Nabi begitu juga, menjadi seorang Nabi tidak pernah nuntut lebih pada umat. Bahkan lihat dari bagaimana mulianya Nabi, nabi selalu bilang begini, kalau nabi ingin sesuatu, nabi ngga paksa kamu untuk menjalani sesuatu itu bahkan nabi takut jika sesuatu itu betul betul dicintai oleh Allah, karena aku mencintai perbuatan itu, malah itu perbuatan menjadi wajib. Nabi takut akhirnya umat saya keberatan, tidak bisa menyanggupi perintah itu.
Siwak, nabi cinta banget. Tapi nabi takut itu kecintaan membuat Allah menjadikan suatu kewajiban. Tapi nabi malah bilang, kalau saya ngga takut bebanin umat saya. Bayangin. Padahal kalau nabi mau bebanin kita nabi pantes bebanin kita. Belajar dari Allah, belajar dari Rasulullah. Ngga pernah tentang apa yang ingin diberi, balasan apa yang harus kamu beri, tapi selalu tentang bagaimana memberi.
Kita didalam berumah tangga, pertemanan, jangan selalu menjadi orang yang nunggu diberi. Tapi kitalah yang selalu berusaha untuk menjadi orang yang memberi. Kalau suami tidak perduli, kamu perduli. Dan jangan menganggap ini kesannya tidak adil. Masa kita mulu lah dia kapan sadarnya. Berarti dari awal kamu melakukan itu kamu ngga pernah ikhlas tapi kalau memang sifat jiwa memberi itu ada dalam dirimu, apapun yang kamu lakuin dan apapun yang kamu buat tidak ada itu yang namanya tuntutan balik. Saya udah nyapu, ngepel, masak, ngurusin anak, sekarang kamu ngapain aja? Sementara orang paling ngga enak digituin.
Hadits ini mengajarkan kita banyak hal walaupun sejatinya hadits ini justru ditujukan rasul kepada kaum laki laki. Tapi kita hari ini belajar betapa luar biasanya ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah kepada kita dan bagaimana rasulullah itu menempatkan kita. Maka mari sama sama kita berusaha menjadi para kaum wanita yang betul betul mengerti arti nilai diri kita sendiri. Yang betul-betul bisa memahami dan menghargai kepribadian diri kita sendiri. Sehingga jika kita sudah mngenal siapa kita maka kita tahu apa yang perlu kita lakukan dalam hidup kita. Dan harus seperti apa dan bagaimana kita menjalani hidup kita.
insyaAllah sedikit nasihat yang hari ini kita uraikan dari sebuah nasihat yang dipaparkan oleh nabi muhammad saw ini dapat menjadikan pegangan hidup kita dan kita terus mempelajari siapa diri kita agar kita bisa betul-betul menyikapi kita diri kita dan orang-orang disekitar kita. Khususnya ahli keluarga kita, suami, orang tua, anak, kawan-kawan, dan lain sebagainya.
Sesi tanya jawab
Banyaknya terjadi perempuan kenapa ada didalam neraka itu pemicunya karena bengkoknya atas yaitu pemicunya utamanya adalah kurang bersyukurnya pada pasangan. Bisa menjelekan pasangan dimana tempat, merasa kurang dan kurang. Kurang syukurnya ada aja yang diprotes tentang suaminya. Padahal tugasnya seorang istri itukan sepatutnya meninggikan harkat martabatnya pasangan bukan meremehkan apalgi menjatuhkan naudzubillah apalagi sampai membuka aib pasangan, itu dahsyat luar biasa dosanya dari Allah.
Disini kita belajar untuk mempertahankan diri kita untuk tidak mudah lemah dalam menyikapi pikiran dan mulut kita.
Menyikapi teman yang cenderung menguasai, mengatur, mencemburui kita karena kita dekat dengan yang lainnya,
- Berikan penjelasan saya berteman dengan siapapun sejak awal
Artinya kita memang sudah memberikan penjelasan kepada dia. Saya tidak ingin mempersempit circle, saya memang mau berteman dengan siapapun. Artinya tidak membiarkan siapapun mengintrupsi kita dalam berteman, itu harus ada pada diri kita dan tidak menjadi orang lain saat dekat dengan dia. Artinya bukan berarti karena teman kita yang begitu kita jadi orang lain dihadapan dia. Oh kalau diddepan teman kita yang cemburuan, kita pura pura ngga deket, ngga kenal. Tapi tetap menjadi dirimu apa adanya. Karena teman yang baik dia akan selalu menerima kamu. Tapi kalau teman yang hanya mau temenan aja sama kamu, yang muncul dalam dirinya dia adalah kamu tidak boleh kemana-mana kecuali hanya dengan dia saja. Karena teman yang baik itu teman yang dukung kamu, percaya saya kamu bukan teman yang membenarkan kamu terus. Artinya apa? Kalau teman yang ngedukung dia akan mendukung kamu dengan positifnya kamu perbuatan yang kamu lakukan. Tapi yang membenarkan kamu, itu teman yang pura pura doang. Maka cari pertemanan yang lebih meluas yang menyeluruh. Bukan berarti kita ngga bisa dekat dengan siapapun, justru kita bisa dekat dengan siapapun selagi teman teman yang dekat dengan kita itu punya pemahaman yang serupa bukan dengan cara menyempitkan circle kita sendiri ruang lingkup kita sendiri, sehigga kita seperti tidak bisa bersosialisasi dengan orang, itu bukan yang diajarin nabi muhammad. Tugas nabi dahulu waktu datang dari kota mekah menuju madinah, nabi itu mempersahabatkan orang muhajirin dengan orang anshor. Kenapa nabi mempersahabatkan mereka karena nabi ingin membuat mereka menyatu. Bukan berarti muhajirin dengan muhajirin aja, ashor dengan anshor aja. Tapi sama nabi ini jabat tangan dengan ini, orang anshor yang ini ketemu dengan orang muhajirin ini. Bahkan nabi didik mereka muhajirin yang datang bawa harta berikan kepada orang anshor yang susah. Orang anshor yang kebetulan punya lebih harta, tempat, rumah, bahkan mereka menghadiahkan sepparuh dari rumahnya untuk orang muhajirin. Tidak dibatasi.kalau negbatasin itu bukan tujuan dari nilai pertemanan yang diajarkan oleh Allah dan rasulnya, justru meluaskan.
Kalau kita hanya dengan sempit, perkumpulan pertemanan dia lagi dia lagi, orang semua ngga dianggap. Bukannya gaboleh. Namanya manusia akan selalu punya kecenderungan kepada orang tertentu, saya nyamannya sama dia, saya sreknya sama dia. Tapi bukan berarti gara gara nyaman sama dia, orang lain seperti tidak ada didunia ini. Terus orang lain diabaikan maunya Cuma sama dia. Sakking maunya Cuma mau sama dia, bahkan ngaji ngga jalan kalau dia ngga jalan. Soalnya berasa kayak ada yang orang gitu. Kayanya kita mau dudukan bingung. Siapa yang bikin diri kita begitu? Diri kita sendiri. Akhirnya kalaau mau nuntut ilmu saja kita ngga bisa kalau yang nyaman ini ngga ada.
Kita belajar untuk mempersempit hal itu karena sejatinya, saudara kita itu muslim sesama muslim.
—
Kita berumah tangga sama dia. Orang lain itu hanya hiasan saja. Karena sebetulnya yang menjalankan Cuma kita berdua. Dia ridho, dia izinin ngga jadi masalah.
Kenapa kalau orang datang ngaji itu diomongin? Kenapa maaf orang dunia yang sibuk juga ga diomongin?
Contoh gubernur waktu dia menjabat jadi gubernur, ngobrol sama bini sehari berapa jam. Waktu jadi orang penting, waktu jadi orang sibuk ama pekerjaan sama dunia, emang kamu kira orang dunia punya waktu berapa jam sama bini. Keluar dari rumah jam 6 pagi, sampai rumah jam 8 malem. Anak udah merem udah tidur, berapa lama quality time sama pasangan. Ngga ada. Kenapa giliran kebaikan muncul celotehan semacem itu, wah dia mah sekarang sibuk ngaji terus rumah tangga kaga diurus. Itu kan komentar orang nyinyirin orang berkenaan orang yang ngga ngerti sebetulnya apa yang terjadi dalam rumah tangga kita.
Kalau yang disebut quality time. Kenapa sih quality time itu harus ada dalam rumah tangga untuk menghindari komunikasi yang tidak baik. Tujuan adanya quality time. Waktu yang berkualitas itu bukan durasi, tapi waktu yang berkualitas itu dirimu yang bersama dia menyeluruh.
Mau ngapain ama suami 10jam kalau masing masing sama hp. Buat hp. Hakikatnya dirimu tidak benar benar sama dia. Tapi satu jam kamu makan bareng, ngobrol bareng, tanpa ada hp bunyi, lirik, itu jauh lebih bernilai, lebih berkualitas, lebih baik untuk rumah tang gamu daripada berjam jam kamu didalam rumah tapi dia diruang tengah kamu didalam kamar. Atau dibalik. Atau sama sama dikasur tapi hp. Sederhana bu.
Tujuan dari majelis itu untuk menyadarkan istri. Saat kita menerima kesadaran itu berarti itu tanda berhasilnya kamu dalam bermajelis karena tanggung jawab kamu makin besar kamu merasa makin punya rasa ingin bakti lebih, memberi lebih, berarti itu kamu bermajelisnya berhasil. Saat rasa itu muncul rasa itu berhasil kan muncul ingin kebersamaan, waktu kebersamaan itu tidak harus berjam jam tapi sedikit menyeluruh totalitas kamu sadar dia ssadar bersama dalam satu ruangan ngobrol cerita dia pulang bisa tanya tadi ketemu ustadzah gimana belajar apa saja kamu bisa urai bisa cerita, itu yang diarap daripada kamu pulang darimana suami pulang dari mana ketemu sama sama gagu gabisa cerita. Maka semua obrolan masuk keluar masuk dari luar itu abaikan yang difokusin Cuma kamu dengan suami. Suami ridho, sudah. Selebihnya insyaAllah allah tetap jaga pelihara rumah tanggamu dan semua rumah tangga orang yang hadir disini dalam sakinah mawadah warahmah.
والله أعلمُ بالـصـواب