RahmatNya Allah, anugerah Allah, kasih sayangnya dan terlebih lagi ilmu, tidak akan turun kecuali pada orang-orang yang hatinya mau menerimanya.

MT. Nurul Huda
Kamis, 21 Juli 2022
Al Mawaidz Fil Al-Hadits Qudsiyah, Wahai Anak Cucu Adam..
المواعظ في الأحاديث القدسية
Karangan : Al Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA

بسم الله الرحمن الرحيم

Hadits Qudsi

Apa itu Hadits Qudsi ?

Apa perbedaan Firman Allah (Al-Quran) dan Hadits Qudsi ?

Firman Allah yang disebut dengan Al-Quran, turun dari Allah melalui wahyu Malaikat Jibril AS disampaikan kepada Rasulullah, ayat demi ayat, tidak bisa diubah teksnya. Maka Al-Quran (ayat demi ayat) yang diterima oleh Rasulullah dan disampaikan kepada para sahabat dengan bahasa/teks yang sama (tidak berubah).

Sedangkan Hadits Qudsi, sama-sama Firman Allah, turun dari Allah dan disampaikan kepada Rasulullah, tapi kenapa disebut qudsi? hadits yang suci, datangnya dari Allah, bisa berubah, konteksnya berbeda beda. Maka dari itu Hadits Qudsi memiliki jalur sanad, sama seperti hadits yang lain. Bisa jadi Hadits Shahih (benar adanya), Hadits Hasan (baik), Hadits Dhoif (lemah tapi masih ada jalur sanad), maupun maudhu (palsu), Hadits Maqthu (terputus).

Jika Rasulullah akan menyampaikan suatu hadits yang datangnya dari beliau, maka Rasulullah akan menyampaikan langsung apa yang ingin beliau sampaikan. Sedangkan jika ingin menyampaikan Hadits Qudsi, Rasulullah akan mengawali dengan kata, ” قَالَ اللهُ تَعَالى

Dari kitab yang akan kitab bahas sekarang ini merupakan nasehat yang datangnya dari Allah, maka Allah mengawali kata “ يَابْنَ آدَمَ “, Wahai Anak Cucu Adam..

Al-Imam Ghazali menyusun dan mengumpulkan hadits-hadits Qudsi kedalam Al Mawaidz (المواعظ), nasehat, dalam kitab Al Mawaidz Fil Al-Hadits Qudsiyyah.

المواعظ في الأحاديث القدسية

Al-Imam Habib Abdullah Al Habsyi berkata, “Beruntung seorang anak yang masih kecil baru bisa belajar jalan, dijaga oleh orang tuanya. Orangtuanya begitu waspada dan takut jika anaknya jatuh, sebegitu penjagaannya orangtua terhadap anaknya. Padahal penjagaan Allah itu lebih dari penjagaan orang tua kepada anaknya“. Dan beliau juga berkata, “Beruntung orang-orang yang punya pelindung” dan kita ini (orang-orang yang duduk di majelis ilmu) adalah orang yang beruntung, orang-orang yang diperhatikan Allah.”

Orang yang (niat) untuk belajar maka dia akan mempersiapkan semua (yang dibutuhkan dalam belajar), pulpennya, buku catatannya, termasuk buku panduan. Orang yang belajar (mengandalkan telinganya) hanya ingin mendengar saja, maka dikhawatirkan salah memahami. Oleh karena itu disarankan untuk memiliki kitab (pada setiap pembahasan ilmu).

Nasehat 1

يَابْنَ آدَمَ، عَجِبْتَ لِمَنْ أَيْقَنَ بِلْمَوْتِ كَيْفَ يَفْرَحُ

Allah Ta’ala berkata : Duhai anak cucu Adam, Aku heran dengan orang yang meyakini akan datangnya kematian tapi dia masih bisa bergembira.

Terlalu banyak angan angan, sering kali membuat mereka tertipu sampai lupa akan kematian. Karena yang paling cepat adalah kematian.

Rasulullah berkata, “Kalau kamu tau apa yang aku ketahui, niscaya kamu banyak menangis dan sedikit tertawa“. Bukan tidak boleh tertawa, tapi tertawa yang bagaimana?

Wahai Muhammad sampaikan kepada umatmu, dengan karuniaNya Allah, berbahagialah kamu dengan kebaikan.

Rahmat dan karunia yang harus paling kamu senangi itu adalah Nabi Muhammad SAW. Dengan adanya Nabi, ajarannya Nabi, kamu diminta untuk bahagia.

Maksudnya gembira yang dilarang adalah rasa gembira yang tidak ada gunanya. Senang-senang yang membuat lupa kepada Allah, yang membuat lupa akan kematian.

Karena didunia ini hanya tempat untuk singgah, kita harus waspada akan sesuatu yang berhubungan dengan dunia.

وَعَجِبْتَ لِمَنْ أَيْقَنَ بِلْحِسَابِ كَيْفَ يَجْمَعُ الْمَالَ

Dan Saya pun merasa heran, dengan orang yang meyakini hisab, tapi orang masih sibuk mengumpulkan harta.

Mereka tidak berpikir bahwa nanti akan ada hari hisab. Semuanya itu (harta) akan ditanya oleh Allah. Apa yang kita keluarkan itu adalah yang akan menjadi milik kita. Sedangkan yang masih kita simpan belum tentu akan jadi milik kita.

Maka kalau ingin mengumpulkan (harta), jangan lupa untuk dikeluarkan (zakat/sedekah), maka itu simpanan untuk di akhirat . Karena semua yang kita kumpulkan itu akan ditanya oleh Allah. Asalnya dari mana? digunakan untuk apa?

Saat kelak nanti dihisab, Allah tahu kita itu akan berdebat, membela diri dihadapan Allah “tapi ya Allah, tapi ya Allah“. Maka dari itu mulutmu akan dikunci. Allah akan langsung bertanya kepada matamu, tanganmu, kakimu, dan seluruh tubuhmu.

Jika kamu bertaubat terhadap sesuatu, segala yang dicatat/direkam tidak akan hilang, tapi tubuhmu yang akan lupa tentang maksiatnya . Ini tanda Rahmat-Nya Allah, itu artinya dosamu itu telah diampuni oleh Allah.

Hisab dirimu sendiri, sebelum nanti kau dihisab oleh Allah. Timbang-timbang amal perbuatan mu. Kira-kira amal kita sudah cukup berat atau masih terlalu ringan?

Rasulullah SAW selalu mengumpamakan hisab itu bagaikan timbangan. Maka dari itu Rasulullah berkata


كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ 

Artinya, “Ada dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan dan disukai oleh Allah yang Maha Rahman, subhanallah wabihamdihi subhaanallahil ‘azhiim.” (HR. Bukhari)

Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya mengumpulkan harta, tapi kita lupa bahwa semua itu akan diperhitungkan.

وَعَجِبْتَ لِمَنْ أَيْقَنَ بِلْقَبْرِ كَيْفَ يَضْحَكَ

Aku heran dengan orang yang yakin bahwa kubur adalah tempatnya, tapi dia masih bisa tertawa terbahak-bahak.

Senyum yang kecil dan tertawa terbahak bahak itu semuanya akan diperhitungkan. Kalau kita ingin tertawa, tertawalah yang baik-baik, jangan sampai kita menertawakan orang lain.

Tertawa terbahak-bahak didalam masjid atau didalam kajian kebaikan, ini yang menyebabkan kegelapan dikubur.

Tempat dikubur itu ada dua, taman dari syurga, atau lubang dari neraka.

Syekh Abu Bakar memberi nasehat, “Dimana seorang manusia yang mengaku Allah adalah Tuhan nya, tadinya dia tidak ada, tapi dia bisa sombong? Kematian menginginkannya, dan kuburan tempat yang akan dia tinggali“.

Setiap hari Malaikat Izrail melihat kita 70x untuk memastikan, “Apakah dia yang (akan) dicabut (nyawanya) ?”.

Hidup itu jangan dijadikan beban. Dunia sudah diatur oleh Allah.

Sayydina Ali berkata, “Seandainya ada orang yang lari dari rezekinya, maka rezekinya akan mengejarmu sekencang angin, secepat petir.

Jangan bebankan hidup seputar rezeki. Tapi tenangkan hatimu, yang perlu kamu pikirkan adalah akhiratmu.

وَعَجِبْتَ لِمَنْ أَيْقَنَ بِلْآخِرَةِ كَيْفَ يَسْتَرِيْحُ

Aku heran dengan orang yang meyakini adanya akhirat, tapi dia selalu bersikap santai.

Manusia jika untuk urusan ibadah, urusan kebaikan akan mengatakan, “Tenang aja, Allah Maha Pengampun “. Ini adalah paham syaithan, “jangan berbuat baik, orang baik capet diambil” jika menganut paham ini lama-lama orang banyak tidak mau berbuat kebaikan.

Orang yang tidak tahu jalan (tidak punya ilmu tentang maps) bisa menempuh waktu yang lama menuju suatu tempat. Lantas bagaimana dengan menuju syurga? Apakah ke syurga itu tidak butuh ilmu? Sedangkan perjalanan ke syurga itu sangatlah panjang.

Orang itu kebanyakan tidak punya persiapan dalam menjalani kehidupan maupun kematian. Kita tidak mempersiapkan ilmu yang akan dibutuhkan.

Allah berkata, berbekal-lah kamu. Dan bekal yang terbaik adalah taqwa. Taqwa itu menjauhi apa yang dilarang, dan melakukan apa yang Allah perintahkan. Maka untuk mencapai taqwa harus memiliki ilmu. Darimana kamu tahu apa yang dilarang, dan diperintahkan kalau kamu tidak belajar? tidak punya ilmu?

Setiap orang yang berakal pasti membutuhkan ilmu.

وَعَجِبْتَ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالدُّنْياَ وَزَوَالِهَا كَيْفَ يَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا

Aku heran dengan orang yang meyakini dunia ini fana, tapi dia merasa tenang hidup didalamnya.

Dunia ini akan hancur dan binasa, tapi dia tetap tenang hidup disana, merasa nyaman, seakan akan dunia ini tidak akan lenyap.

Dia tidak memikirkan hidup tenang disana. Merasa ingin memiliki segalanya disini, tanpa memikirkan mau punya apa nanti diakhirat. Sepatutnya tidak mencari tenang disini, tapi mencari senang disana.

Dunia itu bukan tempat kamu menetap, tapi hanya untuk kamu lewati.

Siapkan-lah diri kita, agar saat dijemput itu adalah waktu yang terbaik. Dan pikirkanlah agar saat dihisab, tidak ada yang membuat kita menyesal kelak. Dan beribadah-lah untuk menerangi alam kubur kita.

Dunia ini hanya sesaat maka fokuslah dengan ketaatan kita.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ