Hadits Qudsi
Ilmu bukan tentang apa yang kamu tulis, tetapi ilmu sejatinya tentang apa yang kamu simpan dihati

Tanggal      : 18 Agustus 2022
Tempat       : MT. Nurul Huda
Kitab          : Hadits Qudsi
Karya         : Imam Ghazali
Guru           : Ustadzah Aisyah Farid BSA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

PENDAHULUAN (review kajian sebelumnya)

Allah berfirman dalam hadits qudsinya dan disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Allah heran dengan orang orang yang yakin akan adanya kematian, tapi dia hidup masih dalam keadaan senang sampai lupa dengan mati.

Allah bingung, padahal yang disenangi itu sifatnya tidak ada yang pernah permanen. Tapi adapun kematian itu adalah suatu hal yang pasti. Tidak ada orang yang hidup tahu jika dia akan hidup selamanya. Bahkan sebaliknya, dia tahu jika suatu saat pasti akan mati.

Allah heran dengan orang yang tahu dirinya nanti akan dihisab, tapi dia masih sibuk dengan dunia, sibuk ngumpulin harta dan lupa jika nanti suatu saat semua akan ada perhitungannya di sisi Allah.

Keheranan yang Allah jabarkan melalui hadits qudsinya hakikatnya itu adalah teguran untuk kita. Teguran dimana Allah itu merasa kamu manusia atau bukan yang demikian itu ditegur sama Allah tapi tidak sadar-sadar.

Allah juga bingung dengan orang yang yakin kubur pasti ada, tapi lisannya hanya terus tertawa terbahak-bahak.

Bukan kita dilarang tertawa, boleh tertawa tapi kita harus ingat sesuatu bahwa nanti tempat kita yang abadi adalah kubur. Kita semua akan merasakannya walaupun hanya sesaat. Tidak ada satupun dari kita yang tidak merasakan.

Allah kembali menegur dimana orang yakin tentang akhirat tapi seolah-olah hidup di dunia tenang-tenang saja.

Hidup nikmat didunia tolak ukurnya jika kita bisa merasakan nikmat dalam ibadah. Bukan nikmat yang baik seperti nikmat tidur, makan, dan punya segalanya. Nikmat yang seperti itu sifatnya hanya sementara. Tapi jika kita bisa merasakan nikmat didunia yaitu bentuk nikmatnya ibadah, maka nikmatnya ibadah inilah yang akan kita bawa sampai nanti masuk ke liang lahat.

Ada seorang wali takut mati bukan karena takut mati masuk kuburnya, tapi karena beliau pikir,

“Kira-kira saya bisa merasakan qiyamul lail, baca quran, lagi tidak?”

Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad

“Kerinduannya penghuni surga adalah sholat dua rakaat yang mereka kerjakan di sepertiga malam”

Semua kenikmatan yang kita rasakan di dunia jika dibandingkan dengan kenikmatan yang Allah berikan diakhirat maka tidak sebanding. Jika kita tahu disana ada akhirat, maka motivasinya jangan hanya mencari nikmat tentang dunia, tapi kita harus punya pikirkan bagaimana caranya kita nikmat diakhirat, bagaimana cara kita bisa istirahat dengan tenang disana.

Ketenangan yang sesungguhnya adalah saat kita yakin adanya akhirat maka ketenangan didunia sifatnya adalah sementara. Maka kejarlah ketenangan yang abadi yang hanya ada di akhirat.

Bagaimana orang tahu jika dunia dan seisinya akan hancur, tapi dia bisa hidup seolah-olah dunia kekal selamanya?

Rasulullah SAW. ketika ditanya tentang tanda-tanda hari kiamat, “Apa tanda-tandanya tentang hari kiamat, wahai Rasulullah SAW.?”

“Kamu akan melihat ada bangunan-bangunan tinggi yang menjulang di kota yang gersang (Arab)”

Orang merasa bangga tapi padahal disisi lain ada makna tersirat. Orang tersebut sebelumnya pekerjaannya adalah menggebala kambing kemudian berubah profesi dan menduduki gedung-gedung tinggi. Kita lihat hal itu adalah kemajuan, tapi ternyata bukan.

KITAB DUHAI ANAK CUCU ADAM A.S.

Saya heran dengan orang yang pandai lisannya berkata-kata dan bertutur bahasa, tetapi sejatinya bodoh hatinya (hatinya tidak mengerti apa-apa).

Ilmu bukan tentang berapa banyak kitab yang sudah dikaji atau berapa langkah sekolah yang sudah kita lalui. Bukan tentang hal tersebut.

Ilmu adalah isinya rasa takut. Jika kita ukur rasa takut, rasa takut adanya dihati. Jika seseorang sudah bertambah ilmunya, maka rasa takutnya juga bertambah. Jika rasa takutnya sudah bertambah, maka akan nampak didalam orang tersebut bahwa orang ini berilmu. Kenapa di lihat dari perbuatannya dan wajahnya? karena dia tidak akan menjerumuskan dirinya kepada perbuatan yang dilarang Allah.

Dimana kita lihat hatinya bodoh? Dari amaliyahnya, perbuatannya, tingkah lakunya, yang tidak ada cerminan sedikit pun takutnya dia kepada Allah.

Seseorang yang mempunyai ilmu tapi ilmunya tidak dapat dijadikan suatu perbuatan yang mengantarkan dia pada amal, maka dia yang pertama kali disiksa Allah sebelum orang-orang yang menyembah berhala. Ini adalah peringatan bagi orang yang punya ilmu tapi tidak diamalkan.

Bicaranya pintar tapi hatinya bodoh, kotor, dan tidak benar. Kejahiliyahan yang sesungguhnya terletak pada hatinya.

Imam Syafi’i mengatakan, “Ilmu bukan tentang apa yang kamu tulis, tapi ilmu sejatinya tentang apa yang kamu simpan dihati.”

Jadi penting kita berilmu, tapi ilmu itu bukan hanya membuat kita pandai secara logika sampai melupakan nalar hati kita, karena hati kita punya rasa. Sedangkan logika atau pikiran itu liar.

Contoh kaum yang pahamnya sesat. Zaman sekarang ada yang namanya Atheis. Itu ada karena pikirannya liar.

Ilmu disebut rantai karena ilmu memberi kita rantai untuk menuju pada jalan yang benar.

Ilmu yang menyampaikan kita kepada Allah dan Rasul nya. Penting, bukan hanya sekedar pintar bicara, tapi pintar yang sesungguhnya terkait dengan bagaimana hati kita bisa mengerti akan artinya hidup.

Allah mengatakan, “Bicaranya pintar tapi hatinya bodoh”. Allah berfirman dalam hadits qudsinya,

Saya heran dengan orang yang pekerjaannya setiap hari bersuci dengan air. Orang sibuk menyuci dirinya dengan air tapi lupa nyuci hatinya (sibuk ngurusin dzohir tapi lupa ngurusin bathin). Sementara kesucian hati penting adanya. Hati kita tidak dapat dianggap main-main.

Allah berfirman dalam Al Quran,

“telah beruntung orang-orang yang berhasil mensucikan hatinya dan telah merugi orang orang yang telah mengotorinya”

Siapa dari kita jika ingin bersih penampilan diuar, maka pikirkan juga kebersihan penampilan didalam (bathin). Dia tidak terlihat, tapi ada yang Maha Melihat yaitu Allah. Sebaik-baiknya penampilan kita didepan orang, akan tetap ada orang dibelakang yang ngatain kita. Didepan kita dia bilang baik, padahal dibelakang kita dia tidak suka.

Nabi ibrahim berdoa kepada Allah, “Jangan kau hinakan aku dihari kebangkitan”

Hari itu dimana hari yang tidak ada manfaatnya untuk harta maupun anak-anak. yang bermanfaat adalah datang kepada Allah dengan hati yang bersih.

Rasulullah bersabda, “Auliya (para kekasihnya Allah) tidak sampai kepada Allah dengan derajat yang tingginya hanya dengan banyaknya dia solat, puasa, sedekah. Mereka sampai kepada Allah dengan bersihnya hati

Habib Umar bin Muhammad bin Salim, “Kamu dengan amal kamu bisa masuk surga. Jika kamu ingin sampai ke surga, kamu bisa sampai dengan ibadahmu. Tapi jika ingin sampai ke Allah, maka itu bisa kecuali dengan adab, akhlak, dan bersihnya hati”

Allah hanya menerima orang-orang yang datang kepadaNya dengan hati yang bersih. Maka, bersihkan hati kita dari kotoran.

Ulama mengatakan,

“Kotoran hati lebih buruk kadar najisnya dari kotoran dzohir”

Hati jika sudah kotor, maka semuanya akan menjadi kotor walaupun penampilannya bersih. Sejatinya itu hanya kebersihan yang dibalut, padahal didalamnya adalah bangkai.

Hati kecil adanya didalam dan disimpan, tapi disanalah tempat utama Allah memandang kita. jika kita tidak menjaganya dengan kebersihan, maka tidak ada artinya kita menjaga kebersihan penampilan luar. Air yang selama ini kita gunakan untuk bersuci pun seolah tidak ada artinya.

Jika kita belajar tentang wudhu, Terdapat hadits Nabi Muhammad SAW., “Jika kita berwudhu, maka dosa kita akan berjatuhan bersamaan dengan air yang mengalir”

Wudhu sifatnya air yang nampak dari luar mensucikan, tetapi maknanya menggugurkan dosa yang kita perbuat.

Dalam Fiqih, “Segala sesuatu yang menghalangi masuknya air kedalam kulit, maka wudhunya tidak sah”

Jika kita pahami maksud dibalik wudhu dari hadits diatas, maka sejatinya wudhu adalah sarana kita untuk  membersihkan hati. Asalkan benar dalam mengerjakannya.

HIKMAH WUDHU DARI KISAH NABI ADAM A.S.

Anggota tubuh yang dipilih oleh Allah untuk kita sucikan saat berwudhu yaitu wajah, tangan, rambut (sebagian kepala), dan kaki. Saat itu Nabi Adam a.s. melakukan perbuatan salahnya yaitu dengan memakan buah khuldi. Nabi Adam a.s. bermaksiat bukan hanya dosa tangan saja.

“Jangan dekati pohon tersebut”

Nabi Adam a.s. memandang pohon tersebut menggunakan wajahnya. Kemudian beliau langkahkan kakinya ke tempat yang dilarang dan buahnya dipetik dengan tangannya. Saat sedang memetik buah tersebut, daun rating pohonnya mengenai sebagian kepalanya. Dari kisah inilah asal mula yang menjadi syariat umat Nabi Muhammad SAW. untuk berwudhu dengan anggota-anggota tersebut.

Kemudian Nabi Muhammad SAW sempurnakan wudhu dengan kumur-kumur (membuang air yang terdapat dimulut dari dosa-dosa mulut). Allah dan Rasulnya ingin menyempurnakan kita saat kita membersihkan diri dengan air bersamaan dengan dilunturkannya dosa-dosa.

Sayang jika kita hanya berpikir sekedar wudhu saja tapi lupa sejatinya dari wudhu tersebut dapat membersihkan jiwa kita dari kotoran-kotoran dosanya.

Kemudian Allah merasa heran dengan orang yang sibuk mengurus aib orang lain sampai lupa jika dia juga punya aib. Bisa jadi aib kita jauh lebih banyak, hanya saja tertolong dengan ditutup oleh Allah.

KISAH SAYYIDINA UMAR BIN KHATAB

“Saya akan memberi hadiah kepada siapapun diantara kalian yang ingin menunjukkan kesalahan Saya”

Sayyidina Umar melakukan sayembara tersebut namun tidak ada satupun yang dapat memenangkannya karena mereka tidak menemukan kesalahan dari beliau.

Jika ada perkara dalam masa kekhalifahannya, setiap ada perkara yang terjadi misalnya ada orang yang bertanya “ada kejadian seperti ini, saya harus apa?”

Sayyidina Umar segera mengumpulkan semua sahabat yang hadir di Perang Badar.

Sayyidina Umar mengatakan,“Ada masalah seperti ini, siapa dari kalian yang berani memutuskan (memberi fatwa)?”

Sayyidina Umar tidak berani memutuskan sendiri. Beliau menunjuk orang yang mengikuti perang badar karena sahabat yang hadir di Perang Badar mempunyai jaminan dari Allah yaitu dosanya diampuni sehingga mereka bebas melakukan apa saja. Walaupun sahabat sudah diberikan jaminan tersebut, tapi tetap tidak ada yang berani melakukan dosa.

Kita tawasul ke mereka saat Nuzulul Qur’an dengan membaca Jaliyatur Kadr atau minimal dengan Sholawat Badr karena mereka mendapat jaminan bahwa dosanya telah diampuni oleh Allah dan hal itu diabadikan didalam Al Qur’an.

Sayyidina Umar mengatakan, “Ahli badr jika mengeluarkan fatwa tidak mungkin salah”

Aib kita banyak, jangan pernah melihat aib orang seolah-olah orang itu adalah orang yang paling besar aibnya padahal kita juga punya salah. Seharusnya jika kita melihat ada orang yang aibnya sedang terbuka atau dibuka, maka kita berdoa kepada Allah “Yaa Rab, tutuplah selalu aib-aib ku”

Kuncinya aib kita ditutup adalah jangan pernah buka aib orang lain.

Barangsiapa yang menyebarkan aib saudaranya di dunia, maka nanti di akhirat Allah akan sebarkan aibnya. Tetapi barangsiapa yang di dunia suka menutupi aib orang lain, maka di dunia Allah akan tutup dan di akhirat Allah akan lebih tutup serta tidak dibuka karena dilindungi oleh Allah

Jika terdapat orang yang menyebarkan berita walaupun aib tersebut bisa jadi benar adanya, dia tetap punya ancaman bahwa nanti aibnya akan disebarkan karena kesalahan tersebut. Namun jika berita yang disebarkan tidak benar adanya, maka dia akan ditimpa dosa tersebut sebelum wafat walaupun dia ada didalam rumah sendiri.

Nanti fitnah tersebut akan sampai. Oleh karena itu hati hati jika ingin menyampaikan keburukan orang lain. Jika keburukan tentang orang yang kita sebarkan benar adanya, kita tetap dapat ancaman aib kita suatu saat akan dibongkar. Adapun aib yang kita sebarkan tapi tidak benar adanya, maka ancamannya kita akan tertimba dosa tersebut sebelum kita wafat walaupun ditengah rumah kita sendiri.

Kita tahu bahwa Allah selalu melihat, mengetahui gerak-gerik kita, memperhatikan setiap perbuatan kita, tapi kenapa kita masih tetap bermaksiat kepadanya?

Ada Ulama sampai puluhan tahun duduk dalam keadaan tahiyat akhir.

Contoh Syekh Abu Bakar bin Salim. Beliau selalu duduk dengan tasyahud akhir karena beliau tahu Allah tidak hanya melihatnya saat sholat saja tapi Allah selalu melihatnya dimanapun beliau berada. Merasa punya kewajiban untuk bersikap adab kepada Allah.

Habib Muhammad Al Haddar, Beliau jika sampai di kota Madinah, sandalnya dilepas. Beliau melakukan hal tersebut karena tahu bahwa Madinah adalah tempat jasadnya Rasulullah SAW. dikebumikan. Beliau mengatakan “Bagaimana mungkin ada jasad Rasulullah SAW. yang tertimbun di dalam, sementara saya diatasnya menggunakan sandal?”

Merasa selalu mewaspadai apapun yang terlihat, menghadirkan sesuatu yang tidak kelihatan, tapi menurutnya terlihat. Dia merasa dilihat. Jika dengan Rasulullah saja adabnya seperti itu, bagaimana dengan yang lain, muamalahnya dengan Allah?

Beliau juga mengatakan, “antara waktu Maghrib dan Isya, saya lebih rela ditusuk dengan tombak daripada ada yang mengajak saya bicara”

Maghrib dan isya adalah waktu yang berharga, waktu paling mustajab karena pintu langit semua terbuka dan durasinya tidak lama. Oleh sebab itu, beliau memakmurkan waktu tersebut untuk Allah.

Allah juga heran dengan orang yang nanti akan mati sendiri, dihisab sendiri, masuk kubur sendiri, dan semua sendiri, tapi yang dicari dan disibuki adalah urusan pergaulan dengan manusia. Sibuk mengurus teman dan sibuk mengurus bagaimana orang dengan dia.

Pertemanan tersebut baik selagi kita banyak mendapat manfaat darinya. Tetapi jika membuat kita lalai dan lupa dengan Allah, maka pertemanan tersebut tidak ada apa-apanya.

Semua tidak ada manfaatnya, yang manfaat hanya hati. Jangan sampai kita rugi disana (diakhirat). Didunia terlalu sibuk mencari perhatian orang, sibuk mengurusi orang, sibuk mencari pergaulan, tapi lupa bahwa semua hal itu sebenarnya hanyalah sia-sia jika karena pergaulan tersebut kita menjadi tidak ingat Allah sehingga membuat kita menangis di hari akhir nanti.

Dihari akhir nanti, kita semua akan sendiri dan hanya ditemani oleh amal ibadah perbuatan baik kita. Jika kita mengamalkan sunnah dan sholawat, maka nanti kita akan ditemani oleh Nabi Muhammad SAW. Saat diazab dan saat malaikat Munkar dan malaikat Nakir memberikan pertanyaan, kita ditolong oleh Rasulullah SAW.  jika kita semasa didunia dekat dengan beliau.

Jika didunia kecondongannya hanya tentang  bagaimana menaklukan orang dan bagaimana caranya membuat orang menjadi dekat dengan kita, itu adalah kerugian.

Setiap orang yang memiliki hubungan baik dengan Allah, maka dia tidak harus sibuk mendekati siapa-siapa karena orang-oranglah yang akan mendatanginya (otomatis akan datang orang yang mau dekat dengan dirinya)

Jangan sibuk hanya mencari senang dari orang lain karena sifatnya orang lain tidak dapat memberi kesenangan yang terus-menerus untuk kita.

Oleh karena itu para ulama lebih memilih senang dengan Allah, nyari senangnya dengan Allah saja.

Allah bilang dalam hadits qudsi lain, “Saya adalah teman duduk orang yang ingat saya”

Bingung dengan orang yang didunia sudah merasa lebih dulu sendiri padahal dia dikelilingi dengan banyak orang. Dia merasa sendiri karena berarti dia tidak punya Allah dihatinya. Karena orang yang menghadirkan Allah dihatinya walaupun dunia isinya manusia berjuta-juta ada didepan mata, dia merasa cukup dengan hanya hadirnya Allah seorang.

“Ada Allah saja, cukup bagi saya. Saya tidak perlu kesenangan dari yang lain-lain”

Jangan membicarakan tentang keadilan Allah di akhirat. Di dunia, contoh jika kita membuat salah dengan tidak sengaja menabrak sesuatu bisa masuk penjara. Tapi bisa tidak teman kita ikut masuk penjara?

Dimana pun kita berada, disitu Allah ada. Maka hadirkan Allah selalu dihati kita kemanapun kita, jangan sampai kita rugi.

Kata Allah,
Tidak ada Tuhan kecuali Saya,
Tidak ada yang setia kecuali Saya.
Tidak ada yang bisa membersamaimu kecuali Saya
Tidak ada yang bisa menolong kamu kecuali saya
Tidak ada yang bisa memberi kesenangan kecuali Saya
Tidak ada yang bisa menyelamati kamu kecuali Saya
Tidak ada yang bisa memberi nikmat kecuali Saya
Dan sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Saya.

Sejatinya setiap orang yang kita lihat punya kekurangan dan kita pun punya kekurangan. Namun baiknya adalah kita masih ditolong oleh Allah, kita masih ditutupi kekurangannya oleh Allah, maka kembalikan segala urusan kita kepada Allah dan pasrahkan sandarkan kepada Allah.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ