Siapa yang hidup pasti banyak kesalahan dan berbuat dosa. Dan tidak ada yang bisa menghapus dosa kecuali dengan pintu taubat

Kitab Mukasyafatul Qulub
Episode 8 : Dalam Pertaubatan

Karya Imam Ghozali

Senin, 22 Juni 2020

Ustadzah Aisyah Farid BSA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Salah dan Dosa

Siapa yang hidup pasti banyak kesalahan dan tidak ada yang lepas dari dosa.

Setiap orang yang merasa dirinya tidak pernah berbuat dosa dan tidak pernah melakukan kesalahan maka dia terlalu sombong.

Kita harus sadar bahwa kita punya salah dan banyak salah. Baik hubungan kita dengan Allah maupun hubungan kita dengan sesama makhluk.

Menghapus Dosa

Tidak ada yang bisa menghapus dosa kecuali dengan pintu taubat, memohon ampun dengan sebaik-baik taubat.

Taubat itu hukumnya wajib bagi kaum muslimin dan muslimat. Sengaja atau tidak sengaja.

Kapan wajib bertaubat ? setiap hari dari dosa-dosa yang telah diperbuat.

Allah SWT memerintahkan agar kita bertaubat dengan taubatan nasuha. Nasuha artinya murni.

“Hai orang-orang beriman bertaubatlah kamu dengan taubat yang semurni-murninya..” (QS. At-Tahrim:8)

Jika seseorang menginginkan taubat maka harus melakukan taubat nasuha. Melakukan (taubat nasuha) seperti apa ?

Dikatakan oleh Imam Ghazali, “Taubat Nasuha adalah yang betul-betul kita janjikan kepada Allah untuk berusaha melakukan semua perintah Allah dan menjalankan syariat-Nya. Tidak hanya mengucapkan menyesal dan tapi juga berusaha melakukan taubat.

Lupa Kepada Allah

Janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. Lupa janji mereka kepada Allah.

Hakikatnya, bukan orang yang lupa kepada Allah tapi mereka lupa kepada diri mereka sendiri.

Padahal Allah yang melimpahkan rezeki. Hakikatnya dia lupa kepada diri sendiri. kenapa dia lupa kepada dirinya sendiri ? Karena dia lupa dirinya itu siapa ?

Kalau bukan karena Allah yang memberi nafas, tidak mungkin kita bernafas.

Orang yang lupa kepada Allah maka Allah menjadikannya lupa kepada dirinya sendiri.

Orang yang lupa dengan diri mereka sendiri, mereka akan bermaksiat, tidak shalat, karena mereka lupa jika mereka adalah hamba.

Mereka dengan mudahnya membicarakan aib orang lain. Mereka lupa bahwa mereka juga punya aib.

Mereka dengan mudah menghina orang lain, mereka lupa bahwa mereka punya keburukan.

Untungnya, selagi mereka masih membicarakan aib orang lain, aib kita masih ditutupi Allah. Tapi lihat Rahmatnya Allah, Allah SWT Maha Pemurah tetap menunggu taubat dari kita.

Suka & Benci Bertemu Dengan Allah

Nabi SAW bersabda. “Barangsiapa orang yang suka bertemu dengan Allah maka Allah akan suka bertemu denganNya. Barangsiapa orang yang benci bertemu dengan Allah maka Allah benci bertemu dengan dia“.

Maka berkata Sayyidah Aisyah, “Wahai Rasulullah kita semua tidak menginginkan kematian. Bagaimana ya Rasul maksud dari firman Allah, ‘suka bertemu denganNya. “

Maka dijawab Nabi SAW, “Maksudnya ‘suka‘ adalah mereka mempersiapkan dirinya berjumpa dengan Allah.” Maka dari sekarang sudah sibuk dengan melakukan amal saleh yang akan ditunjukkan dihadapan Allah. Jika orang membawa amal soleh yang banyak Allah akan suka kepadanya. Dan diapun juga akan suka berjumpa dengan Allah.

Sama seperti halnya ketika kita di sekolah, kita ujian dan mendapat nilai bagus, maka kita akan berlari menuju rumah bertemu orang tua untuk menunjukkan hasil ujiannya. Orang tua akan senang dan akan dibanggakan dengan suka cita.

Pada saat kita menjumpai ujian Allah, kita lurus dalam hidup. Ketika kita wafat, maka kita berlari-lari menjumpai Allah dan Allah senang dengan perjumpaan itu.

Berbeda dengan ketika kita pulang dengan hasil yang buruk. Maka perjumpaan itu adalah perjumpaan yang dihindari.

Kenapa Allah benci? Karena kita sendiri. Allah tidak pernah benci atau marah dengan hambanya. Semua terjadi karena perbuatan hambanya sendiri. Mereka-lah orang-orang fasik, orang yang melampaui batas. Orang durhaka yang telah melanggar perjanjiannya dengan Allah. Keluar dari hidayah, dari rahmat dan ampunan Allah.

Orang Fasik

Dikatakan bahwa orang fasik itu ada dua:

  • Fasik yang kafir : golongan yang tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya. Fasik dari perintah Tuhannya. Keluar dari hidayah, masuk kedalam kesesatan. Mereka keluar dari taat kepada hukum ibadah kepada Allah.
  • Fasik yang fajir : orang yang minum-minuman keras, makan makanan yang haram, berzina, bermaksiat kepada Allah. Meninggalkan shalat dan zakat. Keluar dari jalan ibadah, masuk kejalan kemaksiatan. Perbedaan dari mereka, (orang fasik fajir) tidak syirik kepada Allah.

Dosa terbesar adalah menyekutukan Allah atau syirik. Maka bersedihlah jika ada orang yang kesusahan, lalu mendatangi dukun. Seolah-olah mereka bisa mengubah takdir Allah. Itu disebut dengan syirik.

Jika ada diantara kita selama ini salah jalan (syirik), maka tidak hanya memperbarui taubat tapi juga syahadatnya karena dia telah mengotori kalimat Laa Ilahaillallah.

Fasik kafir tidak diharapkan pengampunannya kecuali dengan syahadat.

Fasik fajir masih diharapkan pengampunannya dengan taubat sebelum kematian datang dengan taubat yang murni.

Kisah Firaun

Teringat kisah Nabi Musa. Firaun tidak pernah mendengarkan kata-kata Nabi Musa. Yang ada dibenak Firaun adalah bagaimana membinasakan Nabi Musa. Bagaimana Bani ISrail berada dibawah kekuasannya.

Sampai pada waktunya, Nabi Musa diberikan mukjizat oleh Allah SWT untuk melarikan diri dari kejaran Firaun dengan membelah lautan. Kemudian Nabi Musa melintasi lautan tersebut, yang diikuti oleh Firaun dan bala tentaranya yang kurang perhitungan.

Firaun berpikir lautan itu terus membelah, sampai ketika Nabi Musa dan rombongannya telah sampai, maka Nabi Musa meminta kepada Allah untuk menyatukan kembali laut yang terbelah. Maka bersatulah dua lautan hingga Firaun tenggelam.

Pada saat tenggelam Firaun meminta pertolongan, sampai dia punya kesempatan ditenggorokannya, “Saya beriman dengan Tuhannya Musa dan Harun“.

Namun Allah tidak menerima taubatnya Firaun. Kenapa ? tidak diterima (taubatnya Firaun) oleh Allah karena sudah sampai di tenggorokan.

Renungan

Lihatlah Rahmatnya Allah kepada kita. Dalam sakaratul maut, seseorang yang ingin bertaubat masih diberi kesempatan oleh Allah SWT, hanya saja ketika sakaratul maut sudah sampai ke tenggorokan Allah tutup pintu taubat.

Maka bagaimana dengan kita yang sehat ? Sampai kapan kita berat untuk bertaubat kepada Allah. Kenapa kita begitu berat mengucapkan Astagfirullahalazim.

Awal Dari Maksiat Serta Taubat

Setiap maksiat asalnya dari syahwat diri kita sendiri, yang masih bisa diharapkan pengampunannya. Setiap maksiat yang diawali dengan kesombongan tidak akan bisa diampuni.

Setiap dosa yang dikerjakan oleh seorang hamba dengan menyadari kesalahan dari dirinya (tidak dengan keangkuhan yang merasa dirinya benar) maka ada kemungkinan besar diampuni oleh Allah SWT.

Akan tetap dosa yang dilakukan dengan pangkal kesombongan tidak mungkin diharapkan ampunanNya.

Iblis disuruh sujud kepada Allah mereka dengan bersuka cita melakukannya. Tetapi Iblis tidak mau sujud kepada Adam. Padahal sujud dengan Nabi adam adalah bagian dari perintah.

Sedangkan kita disuruh sujud kepada Allah, tapi masih ada perasaan berat didalam diri kita. Bahkan ada segelintir orang yang rela meninggalkan shalat hanya untuk memenuhi hawa nafsunya.

Orang yang kesiangan dengan orang yang tidak niat shalat subuh itu berbeda.

Kesiangan bisa jadi karena kelupaan memasang alarm. Tapi ada orang yang memang tidak pernah memasang alarm untuk shalat subuh. Ia hanya memasang alarm untuk bekerja mencari nafkah, karena takut ke kantor kesiangan.

Lalu siapa sebenarnya yang memberi rezeki ?

Dosa dari kesombongan tidak akan pernah diampuni oleh Allah. Maka hendaknya kita memohon ampun kepada Allah, bertaubat sebelum maut menjemput.

Dengan penuh harap semoga Allah SWT berkenan menerima taubat kita. Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambanya dan yang memaafkan kesalahan-kesalahan (banyaknya kesalahan).

Nabi bersabda, “Orang yang bertaubat dari dosa maka dia seperti tidak punya dosa, jika taubatnya sungguh-sungguh“.

Siapa yang tahu hati kita sudah bersih ?

Ulama atau orang-orang saleh selalu menangis bertaubat bahkan mungkin untuk dosa-dosa yang tidak mereka kerjakan.

Nabi SAW selalu menangisi dosa-dosa dari umatnya. Kaki beliau bengkak, sujud (shalat) setiap malam, menangis sejadi-jadinya setiap kali mengingat dosa yang padahal kita tahu Nabi tidak pernah berbuat dosa. Karena beliau tahu ada dari ummatnya kelak yang melakukan dosa yang melampaui batas.

Selama kita diberi nafas maka selama itu pula Allah memberi kesempatan kita untuk bertaubat.

Semua pertangung jawaban itu kembali kepada kita. Hitung amalmu sebelum amalmu ditimbang.

Kisah

Ada seorang laki-laki berazam setiap dia melakukan dosa, maka dia tulis di kertas (buku). Buku itu setiap hari dilihat untuk dijadikan perbaikan bagi dirinya (bahan intropeksi). Jika dia melihat ada kejelekan pada dirinya, dia berusaha untuk memperbaiki (orang seperti ini berniat mau berubah).

Suatu ketika dia melihat buku itu, maka dia tidak menemui dosa-dosanya didalam buku tersebut. Allah ingin mengisyaratkan kepada dia, yang ada hanya firman Allah “Maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebaikan. Dialah Allah yang menerima sedikit dari kita. Yang memaafkan banyak kesalahan dari kita“.

Renungan

Orang bertahun-tahun dengan kekufurannya, tiba-tiba ia datang dengan keimanan dihatinya, Allah pilih dia menjadi orang yang beriman dan mengikuti perintahnya Allah SWT.

Dialah Allah yang mengganti keburukan dengan kebaikan. Syirik diganti dengan keimanan. Orang yang berzina dengan pengampunan. Orang yang sering bermaksiat diganti dengan banyaknya ketaatan kepada Allah.

Terkadang kita tidak sadar, kedudukan kita kemarin ada dimana ? mungkin dulu kita senang huru-hara, karaoke, nongkrong dikafe, buang-buang duit dan lupa kepada sedekah.

Kemudian ketika kita menyadari dosa-dosa kita yang lalu, Allah ganti semuanya dengan kebaikan. Huru-hara uang diganti dengan dengan sedekah kepada yatim tiap bulannya.

Maksiat setiap malam, kemudian diganti oleh Allah berada ditempat yang dilindungi. Dia tahu-tahu berada di Majlis Ta’lim, mendengar kebaikan. Hatinya diganti yang tadinya gelap menjadi bersinar, cahaya terang benderang. Hatinya yang tadinya kotor dibersihkan oleh Allah, satu persatu kotoran itu menjadi hilang. Itu penggantian dari Allah sebagai bentuk Rahmat Allah.

Kisah Pemabuk Yang Bertaubat

Ada Kisah unik. Seorang pemuda berpapasan dengan Sayyidina Umar bin Khatab di jalanan Madinah.

Sayyida umar menjumpai dia membawa botol yang disembunyikan dalam baju. Sayyidina Umar sangat peduli dengan aqidah pemudi.

Kemudian Sayyidina Umar bertanya kepada pemuda tersebut “Wahai pemuda apa yang kau bawa dibawah bajumu ?”. Kebetulan yang dibawa pemuda itu adalah khamr (minum-minuman keras).

Pemuda tersebut terkejut dan takut mengatakan yang sebenarnya, pemuda tersebut berkata di dalam hatinya. “Ya Allah janganlah Engkau buat malu dihadapan Sayyidina Umar, jangan kau buka kejelekanku, jika kau tutup aib ku maka aku tidak akan meminum khamr seumur hidupku lagi”.

Pemuda ini benar-benar menyesal dan memohon pertolongan kepada Allah, dan hanya Allah yang Maha Tahu hati seseorang.

Kemudian Pemuda itu berkata, “Yang saya bawa ini adalah cuka“. Dia berpikir jika mengatakan cuka Sayyidina Umar tidak bertanya lagi.

Namun ternyata Sayyidina Umar berkata, “Kalau begitu berikan kepadaku kalau itu benar-benar cuka“.

Dalam kisah ini Sayyidina Umar menjumpai apa yang ada di botol itu adalah cuka.

Dan setelah itu pemuda tersebut tidak pernah meminum minuman keras lagi.

Renungan

Itu adalah orang yang sungguh-sungguh. Jika Allah mau menutupi kejelekan seorang hamba, Allah Maha mampu menutupinya dengan cara-Nya seperti kisah ini.

Betapa baiknya Allah, masih mau mengampuni kita. Ada orang yang bertaubat karena takut kepada makhluk. Tapi Allah tetap mengampuninya.

Kalau ada orang yang bermaksiat, menyesal dengan dosa-dosanya, Allah ganti arak keburukannya dengan cuka kebaikan. Dengan ketulusan, keikhlasan taubat seorang hamba, menyesal akan dosanya.

Jika kita membicarakan keburukan orang, kita seperti orang yang tidak pernah punya salah.

Kita merasa shalat adalah beban, padahal Allah tidak membebani hambanya melampaui batas kemampuan kita, hanya saja kita yang belum memahami hakikat shalat, nikmatnya shalat, iman, dekat dengan Allah.

Bayangkan, Seorang ulama berkata, “Di surga nanti kami akan rindu dengan rakaat-rakaat malam yang kami kerjakan“. Mereka bukan rindu dengan shalat wajib. Karena rakaat yang mereka kerjakan tidak sebanding dengan rakaat shalat malam yang dia kerjakan. Kita tidak tahu nikmatnya shalat sehingga yang wajib saja sangat berat mengerjakannya.

Kisah Pezina Diterima Taubatnya

Sayyidina Abu Hurairah berkata “Saya ketika selesai mengerjakan shalat Isya, bertemu seorang perempuan. Perempuan tersebut berkata, ‘Wahai Abu Hurairah , “Sesungguhnya saya telah melakukan sebuah dosa, apakah Allah bisa memberiku pengampunan ?’.

Dosa apa yang kamu kerjakan ?” Tanya Abu Hurairah.

Saya telah berzina dan telah membunuh anak dari perzinahan tersebut. ” Jawab perempuan tersebut.

Maka berkata Sayyidina Abu Hurairah, “Kamu celaka dan telah membuat dirimu sendiri celaka. Kamu tidak ada pintu taubat“. Mendengar jawaban tersebut perempuan itu pun pingsan.

Kemudian Sayyidina Abu Hurairah berlalu, namun tiba-tiba dia sadar, berkata dalam hatinya “Mana mungkin saya memberikan fatwa sedangkan Rasulullah ada di tengah-tengah kita“.

Kemudian Abu Hurairah kembali kepa Rasulullah dan menceritakan tentang perempuan tadi. Kemudian Rasulullah berkata, “Kamu celaka, dan kamu telah mencelakakan orang lain. Kemana kamu wahai Abu Hurairah dengan firman Allah bahwa Allah Maha menerima taubat“.

Orang yang tidak syirik (fasik fajir), kejahatan mereka diganti dengan kebaikan, jika mereka bertaubat.

Kemudian Sayyidina Abu Hurairah keluar mencari perempuan tersebut, karena merasa dirinya telah berdosa memberikan fatwa yang salah.

Begitu Sayyidina Abu Hurairah menemukan perempuan tersebut, maka beliau langsung menyampaikan apa yang Rasulullah sampaikan, dimana Allah selalu menerima taubat orang yang mau bertaubat.

Karena senangnya perempuan, sambil menangis berkata, “Sesungguhnya saya punya kebun, dan saya akan menyedekahkan kebun tersebut untuk Allah dan Rasulnya.”

Wanita itu pun menyedekahkan kebunnya untuk Allah dan Rasulnya.

Kisah Pemabuk Yang Berkunjung Ke Majelis

Kisah Utbah Al-Ghulam, yaitu orang yang terkenal pembuat onar, fasik dan tukang mabuk.

Suatu ketika ia masuk ke majelisnya Imam Hasal Al-Basri.

Renungan – Bagaimana cara kita memandang jika ada orang yang bermaksiat datang ke majlis kita ? apakah memandang mereka dengan sombong, karena kita lebih baik dari mereka ?

Pada saat itu Imam Hasan Al-Basri sedang menerangkan satu ayat, “Belum datangkah waktunya kepada orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah“. Maksud dari ayat ini adalah, “Belum takutkah mereka kepada ayat Allah ?” Ayat ini diulang-ulang dan dijelaskan dengan sempurna hingga orang-orang yang datang menangis mengingat Allah SWT.

Renungan – Kapan kita mengingat Allah ? bahkan ketika tasbih ada ditangan kita, apakah kita malas untuk menyebut namaNya ? apa karena kotornya lisan kita sehingga Allah tidak ridho, tidak mau disebut namaNya oleh kita ?

Seorang bangun berdiri bertanya, “Jika saya yang fajir seperti ini bertaubat, apakah Allah akan menerima taubatku ini ?”, dijawab oleh Imam Hasan, “Ya, Allah akan menerima taubat dari kefasiksan mu“.

Mendengar kata-kata tersebut, mukanya berubah pucat, bulu kuduknya berdiri, kemudian dia berteriak dan pingsan.

Begitu orang ini sadar, Imam Basri mengajak orang ini berbicara, “Wahai pemuda, tahukah engkau apa balasan orang-orang yang berbuat maksiat?. Neraka Sai’ir bagi orang yang durhaka, dia mempunyai gemuruh yang sangat kuat. Nyala api sampai ke ubun-ubun. Kalau kamu sabar dengan api Neraka maka bermaksiatlah, kalau kamu tidak kuat, jadikanlah kita orang yang menjauhi maksiat. Bersungguh-sungguhlah kamu dari membebaskan diri dari ini semua (selamatkan diri dari belenggu Maksiat dan Api Neraka)“.

Tidak ada orang yang menjadi soleh karena duduk santai dirumah. Mereka menjadi orang besar, karena mereka mengerjakan sesuatu yang besar. Seorang Ulama menuntut ilmu lebih giat dari orang biasa.

Mendengar perkataan itu pemabuk itu pingsan lagi, dan begitu sadar kembali bertanya ” Ya Syeikh, Apakah betul Allah akan terima taubat saya, Allah yang Maha Penyayang menerima taubat saya ?”. Dijawab Imam Hasan Al-Basri, “Tidak ada yang bisa menerima taubat orang-orang yang menyimpang, berbuat kesalahan kecuali Allah SWT yang Maha Pemaaf.”

Kemudian pemuda itu mengangkat wajahnya ke atas dan berdoa dengan 3 doa. Doa tersebut adalah

  1. Wahai Allah jika engkau menerima taubatku ini, mengampuni kesalahan-kesalahanku ini, maka muliakanlah aku dengan pemahaman ilmu dan hafalan. Sehingga aku menghapal semua apa yang aku dengar dari ilmu dan Al-Quran.
  2. Ya Allah muliakan aku dengan suara yang indah, sehingga orang yang mendengar aku membaca Al-Quran menjadi lembut hatinya, meskipun dengan orang yang keras hatinya.
  3. Ya Rabb muliakan aku dengan rezeki yang halal, dan berikan aku dari rezeki yang tidak kuduga-duga.

Kemudian 3 doa itu diijabah oleh Allah. Sehingga hari demi hari bertambah hafalannya, tiap kali dia mendengar ilmu, hadits, dan quran. Setiap hari orang yang mendengar bacaan qurannya hatinya menjadi lembut, dan setiap hari dirumahnya dia menyediakan semangkuk piring, yang kemudian tiba-tiba berisi kuah dan 2 roti yang datangnya tidak tahu darimana. Dan dia terus keadaannya seperti ini sampai meninggal dunia.

Seseorang yang benar-benar taubat kepada Allah, dia akan konsisten dalam perbuatannya. Inilah keadaan orang yang benar-benar taubat kepada Allah. Karena Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan kebaikan dari orang yang memperbaiki ibadahnya.

Tanda taubat Diterima

Ada seorang bertanya kepada Ulama, “Bagaimana kita tahu bahwa taubat kita diterima ?”.

Tidak ada yang bisa menjamin hukum itu, tapi ada beberapa tanda-tanda seseorang jika taubat itu diterima

  1. Terhindar dari maksiat.
  2. Dia selalu merasa dekat dengan Tuhannya.
  3. Didekatkan dengan orang baik, dia melihat dunia yang sedikit ini banyak (bersyukur), tapi dia melihat amal yang banyak itu sedikit.
  4. Hatinya sibuk dengan apa yang Allah wajibkan padanya, sehingga tidak sempat mengurusi urusan (aib, kejelekan) orang lain.
  5. Lisannya senantiasa dijaga dari ghibah, namimah, dan menyesal atas dosa yang diperbuat.

Bersegeralah diri kita memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan, baik dosa kecil ataupun dosa yang besar.

Terkadang dosa yang kecil dimata kita belum tentu kecil dimata Allah, hal terpenting yang perlu kita ingat adalah, “Siapa yang mengerjakan kebaikan meski hanya sebesar zarroh maka baik baginya, dan dosa sekecil apapun, meski sebiji atom, maka ketahuilah itu adalah buruk.

Hindari dosa sebisa mungkin, mengerjakan taat semaksimal mungkin, Semoga kita menjadi hamba yang lulus pada setiap fase ujian. Semoga Allah SWT memaafkan kesalahan kita semua, baik yang disengaja ataupun tidak.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ