EPS.58
Iringi kebahagiaanmu dengan kebahagian orangtua. Karena ridho Allah adalah ridho orangtua

Selasa, 31 Mei 2022
MT Banat Ummul Batul

Kitab : Mukasyafatul Qulub
Bab 24. Eps. 58. Bakti Kepada Orang Tua – Part 6
Karangan : Syekh Imam Ghazali

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hasan Al Basri berkata dunia itu hanya ada 3 : 

  1. Hari kemarin, tidak akan kembali lagi.
  2. Hari esok siapa yang bisa menjamin kita masih ada ? Maka islam mengajarkan ucapkan insyaAllah ketika ingin berjanji atau melakukan sesuatu di masa yang akan datang
  3. Hari ini adalah untukmu, hari ini punya kita, maka lakukan amal perbuatan yang baik untuk kita. Yang kita kejar adalah hari ini. Kalau mau senang, bahagia, sedekah, lakukan hari ini, jangan ditunda besok. Karena kesempatan yang kamu punya adalah hari ini

Lanjutan Kajian

Hal. 85. paragraph 1

… وفي حديث الصحيحين

Dalam sebuah riwayat Imam Bukhari & Muslim, menceritakan 1 kisah, yang bisa kita renungi.

Saat kita (sebagai anak) menjumpai orangtua yang lanjut usia, muncul egois dari diri kita sendiri. Kita berhak membahagiakan diri kita. Padahal yang diminta adalah membahagiakan orangtua. Buat apa seorang anak mengejar kebahagiaan dirinya sementara orangtuanya tidak bahagia?

Jangan pernah bahagia jika orangtua mu tidak bahagia. Tapi iringi kebahagiaanmu dengan kebahagian orangtua. Karena ridho Allah adalah ridho orangtua.

Nabi tidak pernah mengajarkan menyisakan (makanan) buat Sayyidah Fatimah, Nabi bisa memberi tapi Nabi berkata, ” Para Nabi tidak mewarisi dinar/dirham, tapi mewarisi ilmu“. 

Kalau kamu mau anak sejahtera, jangan mewarisi warisan harta. Tapi warisan ilmu.

Saat makan, jangan ada mengambil kecuali didahului Ibumu agar menjadi berkah. 

Allah SWT berfirman, harta dan anak adalah hiasan dunia. Jangan terlalu berlebihan sampai hak orangtua terabaikan. 

Allah berkata, ” Wahai orangorang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah “. (Al-Munafiqun:9)

Kisah

Ada 3 orang di zaman lalu, ketika berangkat berjalan mencari nafkah tiba-tiba hujan deras hingga mereka berteduh di mulut gua. Lalu mereka menutupi mulut gua dengan bebatuan hingga terkunci didalanya. Mereka berusaha mendorong bebatuan tersebut, memukul, hingga akhirnya mereka saling berdiskusi, dan menyimpulkan bahwa tidak ada yang bisa menolong mereka kecuali doa. 

Siapa yang bisa kita mintakan tolong saat terdesak? Manusia jika sudah berada di posisi sulit yang diingat adalah Allah.

Kita harus memiliki amalan terbaik yang sudah pernah kita buat (tawassul) karena Allah. Karena kita betul-betul butuh pertolongan Allah.

Riwayat lain mengatakan, “Salah satu dari mereka berkata dari yang lain, kalau kita berjalan, jejak kita pasti kehapus oleh hujan, mulut goa tertutup, tidak ada yang tahu keberadaan kita disini kecuali Allah, ‘ayo kita berdoa pada Allah’.”

Salah satu dari mereka (orang pertama) berkata, “Saya memiliki kedua orangtua yang renta, mereka tidak bisa melakukan apa-apa, tidak bisa minum, makan kecuali saya yang memberi. Maka ya Rabb, jika amal ku ini Kau terima maka tolonglah kami.

Amal dari laki-laki tersebut adalah memberi susu pada orangtuanya. Dimana saat itu dia pergi bekerja mencari pohon, begitu dia keluar dari rumahnya, dia ingat bahwa orangtuanya belum diberi minum, maka dia buru-buru pulang, tetapi begitu dia sampai dirumah didapati orangtuanya sedang tidur, lalu dia memeras susu, dan menjaga susu tersebut sampai orangtuanya bangun. Dan orangtuanya terbangun saat menjelang subuh, sedangkan susunya tidak diberi kepada siapapun walau anaknya sendiri.

Dalam riwayat lain, anaknya kelaparan, tapi ayahnya bilang, (susu) ini buat ibu bapak saya dulu. Begitu orangtuanya bangun dari tidurnya maka susu tersebut diberikan kepada orangtuanya.

Lalu ia berdoa, “Kalau memang amal perbuatanku ikhlas semata-mata karena Mu, maka tolonglah aku, ” kemudian mulut goa bergeser.

Dalam kisah lain, ada gembala ternak yang sedang memerah susu, ia melihat anak perempuan masih kecil merengek minta susu tapi tidak diberikan sampai diberikan dulu kepada orangtuanya.

Pesan Moral

Kalau bukan kita yang mengajarkan nilai menghormati, lalu siapa lagi? Karena orang tua kita segan terhadap nenek, maka cucu akan segan dengan nenek. 

Kita hormati orangtua, dan kita ajarkan anak kita untuk menghormati orang tua kita (nenek). Tapi juga harus bijak dalam memegang nikmatnya Allah. 

Orang yang kedua menceritakan bahwa Dia adalah Laki-laki yang diajak berzina dengan anak pamannya, tapi dia mampu menjaga sepupunya. “Jika aku tinggalkan zina karenaMu, maka tolonglah aku“. 

Orang yang ketiga memegang amanah harta. Dulu dia mengemban satu amanah. Ada hak orang (gaji) yang perlu dibagi-bagi. lalu dia pernah mau khilaf mengambil, “Jika aku meninggalkan itu karenaMu maka tolonglah aku“.

Kredit dan Dampaknya

Barang-barang kredit yang sudah kamu gunakan, maka ibadah shalatmu akan digantung. Kenapa hanya untuk membeli panci sampai mengambil kredit (berhutang) ? karena sifat manusia yang senang dengan uang, senang menyisakan uang untuk berjaga-jaga tapi berhutang untuk kebutuhan yang lain.

Kalau kita bisa bayar full (secara tunai), kenapa harus berhutang/kredit? Bayangkan ribanya, ini ada campur tangan syaithan.

Setiap kali kita mau berbelanja, semua dikasih jalan kemudahan, tiap kali ingin membayar akan ditanya, mau cicil atau kontan ?

Apakah kamu tahu dampaknya? Selama kamu melakukan perbuatan itu, ada ibadahmu yang tertunda. Jangan mudah senang, padahal itu berkenaan dengan diri sendiri. 

Apalagi yang kamu pakai (untuk kredit) adalah uang orang, jangan sampai tergelincir dengan masalah tersebut.  

Allah menolong, karena karena perbuatan baikmu

Kapan datang pertolongan Allah. Allah ga tiba2 datangin pertolongan, tapi Allah datangkan dengan amal perbuatan kita sendiri. 

Kalau ingin ditolong sm Allah, ingat-ingat amal apa yang kamu lakukan semata-mata karena Allah. Yang menolong Allah maka sewaktu-waktu akan Allah tolong.

Berbakti pada Allah begitu luar biasa kemuliaannya. Maka dengan adanya kehadiran orangtua, bahagiakan mereka. Berikan mereka apa yang mereka sukai.

Mudah-mudahan itu menjadi warisan terpenting dan berharga. Hingga anak-anak kita juga berbakti pada kita. 

Saya sudah membahagiakan orangtua, kenapa anak saya tidak membahagiakan saya? Allah mengujimu. Boleh jadi Allah menyiapkan anak keturunan (cucu) yang membahagiakanmu .

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ