EPS.57
Bakti pada orangtua mampu menghapus dosa, dan menyebabkan pintu taubat terbuka

Selasa, 22 Maret 2022
MT Banat Ummul Batul
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Bab 24. Eps. 57. Bakti Kepada Orang Tua – Part 5
Karangan : Syekh Imam Ghazali

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pendahuluan

Shohibul Hadroh berkata, “Hadroh ini tatakala dibaca sama orang , maka dirinya (yang membaca Hadroh) akan mengeluarkan aroma wangi yang semerbak. Maksud dari aroma wangi itu bukan badannya, tapi perumpamaannya wangi adalah kebaikannya. Yang terlihat, yang diamati dari dirinya adalah kebaikan, kemanfaatan, keridhoan, keberkahan, ampunan. Yang baik-baik semua akan nampak. Dan tidak hanya nampak pada diri kita, kita juga membawa hajat, ingat orangtua, suami, anak, sahabat, maka ingtanmu padanya akan membawa keberkahan disini. Walaupun hakikatnya jasadnya belum sampai, tapi diniatkan (doanya) untuk anak agar dilindungi dari kejahatan, itu semuanya sampai.

Jangankan orang sebanyak ini (ratusan), empat puluh jamaah yang berkumpul di hadroh saja, maka malaikat diutus sama Allah untuk mencari dari siapa yang dari kita punya hajat. Bahkan dikatakan dalam sebuah hadits, “Paling sedikit, ketika kamu bangun dosamu terampuni. Semua keburukan kamu diganti dengan kebaikan“.

Keburukan Diganti Dengan Kebaikan

Maknanya apa? Keburukan tidak selalu maksiat, tapi keburukan itu bisa jadi tingkah laku kita sendiri. Sikap kita yang sepenuhnya tidak baik. Cara kita mengomentari orang, berbicara dengan orang ada kurangnya. Ada yang kalau “ngomong nyelekit”. Dan kalau ditanya terkadang mereka tidak sadar kalau omongannya, menyinggung orang lain, menyakiti orang lain. Entah itu cara ucapan, cara pandang dll.

Dan sebagian Ulama mengatakan “diganti”, yang diganti itu keburukan menjadi kebaikan. Makna keburukan diganti dengan kebaikan adalah, akhlak, budi pekertimu yang buruk berubah, berkurang sampai sama sekali tidak ada (keburukan dalam dirimu).

Begitu juga keburukan dari cara pandangmu, yaitu “Mata lalat“, waktu dia melihat orang dengan mata lalat, dia tidak sadar mungkin, dia perlu diingatkan. Kadang-kadang dia lihat dengan mata lalat tidak sengaja. Lalu bagaimana cara pandang ini bisa berubah? Salah satunya adalah dengan bantuan Allah, tuntunan Allah, bimbingan Allah. Tidak mungkin kita berubah kecuali dorongan yang datangnya dari Allah. Kalau kita lihat semua buruk, dengan kita datang ke majelis ilmu, hadir di Hadroh, mata ini mulai mencari bunganya, bukan mencari sampah.

Perubahan itu bisa jadi, tadinya melihat suami kesal, melihat anak kesal, dilihatnya yang tidak enaknya aja, akhirnya Allah mengubah sikapmu yang tadinya kurang baik menjadi baik. Cara bicaramu terhadap suami, anak berubah menjadi baik. Hingga buah dari itu semua, rumah tanggamu berubah menjadi baik. Dan banyak membawa perubahan, dampak yang baik untuk dia dan keluarganya .

Burdah, maulid, hadroh bagus luar biasa manfaatnya, keutamaan dzikir, tapi dari itu semua Ilmu yang paling bagus, kalau bukan karena adanya kajian, ilmu yang kamu dengar, obat yang kita minum lama sembuhnya.

Orang yang memiliki penyakit hati lebih banyak dari penyakit zahir . Penyakit hati yang lebih bahaya tanpa disadari orang. Kalau kamu membaca burdah, kamu diobati, diolesin. Tapi dari semua obat, ada obat utama, obat inti , yaitu antibiotik, yaitu sama seperti علم (Ilmu). Kalau tidak punya علم (penyakit hati) pulihnya lama. Tapi kalau dikasih علم (antibiotik) sembuhnya cepat.

Bagaimana kamu mau merasakan lezatnya munajat pada Allah kalau ilmunya aja tidak punya?

Ibaratnya orang makan sushi, ada teknik cara makannya. Kalau asal ditaro makannanya, rasanya tidak enak.

Begitu juga dzikir ada tekniknya, bukan asal dzikir. Selain kamu harus tahu tekniknya, kamu juga harus tau bagimana cara menikmati dzikir. Dan itu tidak bisa diraih kalau kamu tidak punya ilmunya.

Ilmu Vs Dzikir

Persentase ilmu dan dzikir berapa? 75 persen dari ilmu, 25 persen dari hadroh, burdah atau maulid, untuk mendapatkan perubahan hidup.

Kalau kamu kehilangan ilim seharusnya lebih nangis daripada kamu kehilangan wirid.

Habib Aburrahman Assegaf mengatakan, “Orang tidak punya wirid tidak ada bedanya dengan monyet.”

Allah menyinggung orang yang tidak berilmu sama seperti dengan orang yang sesat, mereka seperti binatang ternak, bisanya tidur, makan, beranak, tapi Allah sebut lebih sesat dan parah dari binatang ternak.

وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ …
… dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
[ QS. Al-A’raf Ayat 179 ]

Maka kalau belajar harus konsisten, menyimak dengan baik. Karena porsi terbesarnya ada pada ilmu. Meski baca Hadroh dua jam, dan porsi (belajar) ilim cuma 1 jam (lebih sedikit), tapi efeknya bukan main, dampaknya hebat luar biasa. Pelihara dan jaga sebaik-baiknya supaya kita selamat.

Lanjutan Kajian

Hal. 84. Paraghraph. 3
Diriwayatkan oleh Al-Imam Tabrani, “Ketaatan kita pada Allah terletak pada ketaatan kita pada orangtua. Begitpula kedurhakaan kita pada Allah terletak pada kedurhakaan orangtua.”

Wanita dalam ujian hidupnya mengandung, bersusah payah, berletih dalam mengasuh, menyusui, membesarkan, menuntun anak dari lahir sampai dewasa. Perannya ibu tidak usai, tapi Allah Maha Adil, bagi ibu yang benar-benar bisa menuntun anaknya, maka ganjarannya yang Allah beri untuk setiap ibu – terlepas dari ibu itu sholehah atau tidak – siapapun tidak akan sampai kepada Allah kalau kita tidak mengabdi, menghargai orangtua kita. Karena ridho Allah disandingkan dengan ridhonya orangtua. Murkanya Allah, murka orangtua.

Bakti pada orangtua membuat pintu rezeki terbuka luas.

Kalau ada anak yang durhaka tapi rezekinya masih luas, tunggu saja Allah akan buat dia sengsara diwaktu yang Allah tentukan.

Karena bakti itu agama dan hutang.

Rata-rata orangtua memiliki “Rahim”, selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Kalau ada orangtua yang tidak rahim, seperti membuang anak ke kardus, meracuni anaknya, membakar anak, menggorok anak. Itu hanya sedikit dari sekian juta orangtua pada umumnya.

Mendidik anak juga jangan terbalik. Anak yang harus mengerti dan santun, terhadap orangtua. Bukan orangtua yang ketika dia makan harus ingat anaknya.

Didik mereka ketika makan untuk mengatakan, “Mama udah masak, ucapin apa? Makasih Mama. Makan bareng sama Mama yaa”.

Harta dan anak itu fitnah, karena Allah tahu, feedback anak tidak seperti orangtua pada anaknya. Makanya Allah mewajibkan anak bakti pada orangtua.

Mau anak biasa atau anak “santai” pasti ada aja ujiannya. Maka jangan pernah tidak ibadah taat gara-gara anak.

Investasi terbesar adalah anak yang bisa digiring kepada Allah.

Didik anak untuk tidak “mencomot” makanan kalau orangtuanya belum ngambil.

Ada orangtua pikun, si anak bukan ngurusin orangtua, tapi kerepotan ngikutin anak. Allah berkata (dalam irman Nya), Hi kalian manusia jangan sampai kamu tertipu terbuai dengan harta dan anak-anak, sampai kamu lupa kewajiban padaKu.

Orangtua dulu, kalau menjalankan ibadah tidak repot sama anak. Bergantungnya dia pada Allah lebih dari dia bergantung pada anak-anaknya. Maka jangan bergantung pada anak. Kalau kamu bergantung pada Allah, maka Allah datangkan anak-anakmu. Tapi kalau kamu bergantung pada anak maka harga dirimu akan jatuh.

Maka harus sesuai dengan porsinya. Jadilah ibu yang kuat, anak akan jadi soleh/solehah.

Anak yatim piatu tidak akan mati gara-gara tidak punya orangtua. Tapi kalau orangtua yang ditinggal mati oleh anak, maka bisa jadi ia depresi.

Allah minta kita tidak terbuai sampai mengalahkan hak kewajiban kita pada Allah. Sampai anak kita tidak isi dengan pelajaran yang diambil dari bukuNya Allah. Karena Allah sudah memberikan kedudukan yang tinggi pada orangtua.

Ada orang yang bertanya kepada Rasul, “Ya Rasul, saya habis melakukan dosa besar“. Ditanya oleh Nabi, “Kamu punya Ibu?”. Dijawab olehnya, “Tidak ya Rasul ibuku sudah meninggal“. Kamu punya bibi dari Ibu, maka kata Nabi, “Baktilah kamu kepadanya.”

Bakti pada orangtua mampu menghapus dosa, menyebabkan pintu taubat terbuka. Barangkali ada orang yang membuat murka Allah tapi bakti sama orangtua maka Allah memaafkan karena bakti sama orangtua.

Santun pada orangtua, berusaha berbakti. Allah bisa menghapuskan dosa karena keridhoan orangtua.

Anak laki-laki jika wafat sebelum ibunya (wafat), dan ibunya ridho maka selesai urusannya. Kalau istri beruntung meninggal masih ada suaminya, keridhoan suami lebih unggul kalau sudah menikah. Ketemu pintu surga langsung karena keridhoan suami.

Jika ibunya sudah meninggal, maka cari bibimu dari saudara ibumu.

Kedua orangtua atau salah satunya sudah wafat, apakah aku masih bisa berbakti padanya? kata Rasul, “Iya”. Dengan cara apa?

  1. Shalat, maksudnya adalah doa kan mereka.
  2. Istighfar, memintakan ampun kepada keduanya. Membaca istighfar diniatkan untuk orangtuanya.
  3. Menunaikan janji pada mereka. Tepati janjimu padanya walau mereka sudah tidak ada.
  4. Menyambung hubungan keluarga, temannya dll.

Sahabat berkata, “Banyak sekali amalannya, tapi semuanya bagus“. Jawaban Nabi, “Amalan yang disebutkan tadi jangan ditinggalin.”

Jangankan orangtua, istri yang dicintai, Sayyidah Khadijah, Rasulullah tetap menyambung silaturahmi pada teman istrinya. Kalau ditanya, “Kenapa kamu begitu?” ,”Karena dulu dia temannya Khadijah“.

Muliakan mereka, karena dengan mengingat kebaikanmu itu, saat kamu berbuat baik kepada mereka (teman-temannya), maka yang diingat adalah ayahmu/ibumu.

“Si ini beruntung banget punya anak dia”, akhirnya yang keluar (dari mulutnya) adalah doa.

Paling tidak dia akan menceritakan kita pada orangtuanya yang sudah meninggal.

Syaikh DR. Ali Jumah, mufti di Mesir.berkata, “Setiap kamis, ahlul barzah seperti diperlihatkan sebuah televisi tentang keadaan kuburannya, siapa aja yang hari itu datang ke kuburannya”. Ada juga yang mengatakan, Sampai hari sabtu siapa yang datang ke kuburnya. Dan ziarah ke orang-orang soleh dihari jumat.

Sebisa mungkin kita datang ke kuburan, saat kita mengucapkan salam mereka tahu kalau kita datang ke kuburannya. Mereka sedih kalau tidak dibacakan Fatehah.

Hal. 84. Paraghraph. 4
Diriwayatkan dari Ibnu Hobban, Abdullah bin Umar (anak Umar bin khattab) didatangi orang Badui, saat dia datang, apa yang dilakukan Abdullah bin Umar? Badui tersebut dinaiki diatas keledai, (seperti diajak naik mobil), sorbannya dilepas dipakaikan ke dia, melakukan hal yang tidak umum, lalu orang-orang bertanya.

Hal. 84. Paraghraph. 5.
Ada orang mengingatkan, “Ini orang dusun, dikasih sedikit aja cukup, jangan dikasih lebih”. Tapi jawaban beliau, “Ayahnya orang ini temannya Bapak saya. Sangat dekat dengan Umar bin khattab”. Bakti yang paling utama adalah menyambung silaturahmi sahabat dekat nya. InsyaAllah membawa kesenangan pada mereka yang telah wafat.

Hal. 85
Diriwayatkan dari Abi Burdah Ra. Beliau berkata, saya datang ke Madinah, didatangi Abdullah bin Umar, lalu dia berkata, apakah kamu tau alasan saya datangi kamu. “Tidak, kata Abi, aku pernah mendengar Rasul berkata, siapa yang ingin menyambung hubungan dengan Ayahnya, maka sambung hubungan teman-teman Ayahnya setelah itu.”

Tidak ada yang namanya bakti kalau ada pelanggaran hukum Allah. Jadi tidak perlu taat (jika melanggar hukum Allah).

Orang yang meninggal tahu keadaan kita didunia. Tapi kita yang didunia tidak tahu keadaan mereka.

Perlakukan orang dengan akhlakmu, bukan akhlak mereka. Jangan menjadi bunglon, Berbuat baik jangan hanya kepada orang baik saja. Muamalah kita dengan orang lain sesuaikan dengan diri kita.

Jadilah orang baik. Maka kamu akan bertemu dengan orang baik.

Kamu harus ada di level kamu tidak bisa jahat sama orang.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ