Tanggal : Kamis, 13 April 2023
Kitab : At Tibyan Ep.10 & Nafahat Ramadhaniyah
Karya : Syekh Imam Nawawi
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Al Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al Haddad, beliau mengatakan, “Jika masuk 10 hari terakhir bulan ramadhan, kemudian tepat di malam ganjilnya itu malam jum’at, maka kemungkinan besar malam tersebut adalah malam lailatul qadr.”
Imam Al Ghazali juga mengatakan, “Jika puasa pertama jatuh pada hari kamis, maka kemungkinan malam lailatul qadr akan terjadi pada malam 23.”
Menurut Imam As Syadzili, “Jika puasa pertama jatuh pada hari kamis, maka malam lailatul qadr adalah di malam 25.”
Jadi kita ini ada 2 kemungkinan. Kita dikuatkan oleh pernyataan Imam Haddad. Jika ada malam ganjil terjadi di malam jum’at, maka sangat mungkin malam lailatul qadr itu ada di malam tersebut.
Kita husnudzon pada setiap apa yang dikatakan dan dilihat oleh para auliya assolihin, karena kita ini memiliki keterbatasan dalam melihat tanda-tanda malam lailatul qadr. Tetapi kita memiliki rujukan-rujukan dari apa yang di fatwakan oleh mereka orang solihin, maka Alhamdulillah malam ini kita bisa kumpul bersama, kita bisa tarawih bersama, bermunajat bersama, yang insyaAllah menjadikan kita orang-orang yang memang menghidupkan malam lailatul qadr dengan ibadah di malam hari, InsyaAllah Aamiin Ya Rabbal Alaamiin ..
Jika memang malam ini adalah malam lailatul qadr, maka perbanyaklah amal soleh. Yang bisa sedekah walau berapapun, sedekahlah malam ini.
Sayyidah Aisyah r.a pernah bertanya pada Rasulullah saw, “Saat malam lailatul qadr apa yang harus kami baca ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Bacalah Allahuma innaka affuwun karim tuhibbul afwa fa’fuanna ya karim.”
Kita disuruh minta sama Allah yang banyak. Kita itu seperti sedang memelas pada Allah swt.
Innaka affuwun karim, “Ya Allah sesungguhnya Engkau yang Maha Pemaaf, Maha Dermawan, Maha Pemurah”
Tuhibbul afwa, “dan Engkau itu senang memaafkan”
Fa’fuanna, “maka maafkan kami ya Allah”
Do’anya kan begitu. Memang simple, tapi `. Itu diperbanyak baca do’a itu.
Kita tau malam lailatul qadr itu malam yang lebih utama daripada seribu bulan. Artinya satu ibadah pada malam itu, maka dicatat sama Allah ibadah lebih dari seribu bulan.
Jika dikali seribu bulan itu jadinya berapa tahun? Kurang lebih 83 tahun. Artinya 2 rakaat kita sholat pas di malam lailatul qadr, maka pahalanya lebih utama dan lebih baik daripada kita ibadah selama 83 tahun.
Patokannya 83 tahun, tapi sejatinya pahala yang di dapat itu lebih dari 83 tahun.
Makanya umat Nabi Muhammad disebut umat yang dimanjakan karena kita itu selalu sering dapat peluang besar.
Yang bisa sedekah di malam lailatul qadr, itu sama dengan kita sedekah selama 83 tahun tidak pernah putus. Bahkan lebih banyak lagi pahalanya.
Bagi yang haid di malam lailatul qadr bagaimana Ustadzah? Orang yang haid itu tidak terhalang untuk berdo’a. Orang yang haid bukan berarti do’anya tidak diterima. Maka bagi yang haid, perbanyak berdo’a dan perbanyak istighfar. Baca bacaan yang ditanyakan Sayyidah Aisyah pada Rasulullah. Baca, itu tidak memperhambat kamu ibadah di malam lailatul qadr.
Jika ini malam lailatul qadr, maka hidupkan dengan banyak ibadah. Perbanyak sholat. Kita mengerjakan sholat tarawih 23 rakaat, bangun nanti tahajud yang biasa 2 rakaat, tambahin rakaatnya, kalau bisa sambil berdiri sambil pegang Qur’an. Boleh Ustadzah sholat berdiri sambil pegang Qur’an? Boleh, dibaca. Jadi kamu dapat pahala besar dari sholat, berdiri baca Qur’an. Setiap huruf yang kita baca dari Al Qur’an itu pahalanya 100 khasanat.
Do’akan keluarga, orang tua, anak. Malam indah ini khususkan minta do’a, tidak ada yang ditolak sama Allah swt.
Sayyidil Habib Umar berkata, “Setiap malam ganjil, ada jutaan orang yang dibebaskan sama Allah dari belenggu neraka.”
Ngomong sama Allah sambil curhat, “Ya Rabb aku sudah menahan haus untukMu, menahan lapar karenaMu, aku lawan hawa nafsuku untuk sholat tarawih karenaMu, aku hindari kerumunan-kerumunan dunia yang bukber di luar sampai sholatnya terlambat, tapi tidak, hamba lebih memilih duduk di majelis, kemudian sholat ibadah kepadaMu bahkan cenderung menahan makanku.” Ungkapkan saja ke Allah, walaupun Allah Maha Tahu, tapi jadikan itu sebagai senjatamu untuk meminta ke Allah swt.
Diantara orang itu nanti di padang mahsyar, ada yang mereka merasa kekurangan pahalanya dari kedzoliman yang mereka perbuat terhadap orang lain, tetapi uniknya pahala puasa seolah tidak habis-habis. Saking besarnya pahala puasa yang diberikan Allah padanya.
Ulama berkata, “Pahala puasamu yang kamu lakukan untuk Allah, itu saking besarnya ganjaran yang Allah berikan, pahala itu tidak akan pernah habis.”
Allah berkata, “Puasa itu untuk Saya, dan hanya Saya yang akan membalasnya.”
10 terakhir bulan Ramadhan itu pada umumnya manusia sibuk sama urusan dunia.
Tapi lihat, orang baik tetap ada. Buktinya kamu ada disini. Buktinya majelis ini bisa penuh malam ini.
Kamu hadir disini, InsyaAllah Allah catat kita menjadi orang baik.
Hidupkan 10 malam terakhir bulan Ramadhan, maafkan orang-orang yang pernah menyakitimu atau mendzolimimu.
Ingat hadiah terbesar yang kamu dapat dari untaian do’a yang kamu panjatkan, yaitu do’a minta maafnya Allah.
Saat kita sedang meminta maafnya Allah, alangkah baiknya jika kita memberi maaf kita pada orang lain.
Siapa saja yang pernah dzolim sama kamu, siapa saja yang pernah menyakiti kamu, itu tuh tidak apa-apa.
Saat kamu bisa berbesar hati memberi maaf pada orang lain, maka Allah jauh lebih besar rahmatnya dalam memberikan maaf padamu.
InsyaAllah dengan kita memafkan orang, Allah sembuhkan luka hati kita.
Jangan lupa minta sama Allah, jangan sampai ada dari sikap kita yang menyakiti orang lain.
Kita yang pernah merasakan sakit itu harusnya tidak sanggup menyakiti orang.
Allah yang bisa menjaga kita dari menyakiti orang lain.
Kisah Anak yang Pemarah
Ada satu cerita, seorang ayah melihat anaknya tidak bisa mengontrol emosinya. Tiap hari kalau ngomong marah-marah. Satu waktu ayahnya datang ke anak. Tiba-tiba ayahnya taruh kayu di pagar, anaknya dikasih paku dan palu.
Ayah bilang, “Nak, kamu tau kan emosi itu tidak baik? Tidak ada yang bisa mengobati emosimu kecuali dirimu sendiri. Termasuk ayah, ayah juga tidak bisa mengobati emosimu, kecuali dirimu sendiri. Jikalau kamu ingin dirimu berubah, maka satu-satunya cara adalah kamu harus melatih dirimu. Setiap kamu emosi, ketok paku di kayu pagar itu.”
Maka si anak hari pertama dia latihan, kalian tau berapa paku yang dia tancepkan? 37 paku sehari. Karena setiap kali dia marah, dia keluar, dia ambil paku, dia ketok. Begitu hari pertama, malamnya ayahnya bertanya, “Gimana kabarmu nak? Gimana dengan emosimu hari ini? Berapa paku yang sudah kamu tancapkan di kayu tersebut?”
Anak itu jawab, “37 paku yah.”
Ayahnya tersenyum, “37 paku, gapapa. Ayah yakin besok akan berkurang dari 37 itu.”
Anak itu sambil mengamati 37 paku itu, dia bergumam, “Sehari saya ngomel banyak juga ya 37 kali.”
Esok harinya, dia berhasil mengurangi paku di kayu tersebut. Makin hari makin berkurang, terus berkurang. Pada saat dia ketemu satu hari dimana dia berhasil tidak menancapkan satu paku pun di kayu, maka si anak datang ke ayahnya dan berkata, “Hari ini aku mampu mengontrol total emosiku wahai ayah. Karena aku tidak menancapkan satu paku pun di kayu.”
Kata ayah, “Bagus nak, tapi itu tidak disebut emosimu sudah terkendali.”
Anak menjawab, “Loh kenapa?”
Ayah bilang, Jika kamu mau emosimu terkendali, maka kamu perlu mencabut paku itu semua. Paling tidak itu permohonan maafmu kepada semua orang yang dulu kau lukai. Cobalah paku yang sudah kau tancap itu, cabut satu-persatu.”
Maka dilakukan si anak mencabut paku itu. Pada akhirnya semua paku tidak ada di kayu itu.
Anak datang ke ayah, “Ayah, aku semakin bisa mengendalikan emosiku karena aku bisa berbesar hati meminta maaf pada semua orang yang aku lukai hatinya.”
Ayah jawab, “Nak, kau hebat. Tapi ingat, tak peduli seberapa banyak kau meminta maaf pada mereka, luka itu tetap luka. Seperti kayu yang kau bolongi dengan paku itu, kayu itu akan tetap bolong seperti yang kamu lihat.”
Dari sini Pelajaran yang paling berharga yang dapat kita petik adalah tak peduli seberapa dalam bolongnya hati kita, lukanya jiwa kita karena perilaku orang atau sikap mereka pada kita. Namun yang paling fatal dan perlu kita perhatikan adalah berapa paku yang pernah kau tancapkan di hati orang? Seberapa dalam dan seberapa banyak kau sudah mencabut paku itu namun kau tetap menyisakan lubangnya?
Namun rahmatnya Allah luas, kasih sayangnya Allah luas, semoga kita dipertemukan dengan orang yang luas rahmatnya.
Kita berharap orang yang pernah kita lukai, mau memberikan Rahmat kasih sayangnya untuk memberikan maaf pada kita.
Cukup di dunia kita tersakiti, kita terdzolimi, kita mendzolimi. Sehingga di akhirat tidak ada lagi saling menuntut karena semua sudah berlapang hati memberikan maaf kepada sesama.
Tidak ada yang boleh tercermin dalam diri kita, kecuali rahmatnya kita. Maaf bagian dari Rahmat.
Saat kamu bisa memberi maaf artinya rahmat yang ada dalam dirimu, yang ada dalam jiwamu, dia bekerja.
Jika ada orang yang bilang, “Saya sudah maafkan” tapi tidak nampak dari dirinya itu memiliki rahmat. Apa itu rahmat? Menyayangi, “tidak sampai hati”.
Sejuta kali kamu berkata kamu memaafkan, tapi hakikatnya jiwa rahmat tidak pernah nampak dalam dirimu, maka maafmu itu dusta, maafmu itu bohong.
Karena jika betul kamu itu memaafkan, maka yang nampak dalam dirimu itu rahmat.
Lihat Nabi saw, digalikan lubang sama Abu Lahab. Lubang itu digali untuk menjebloskan Nabi, tapi ternyata Abu Lahab sendiri yang masuk ke lubang itu. Saat Abu Lahab Jatuh ke lubang itu, Nabi malah menawarkan diri untuk membantu Abu Lahab. Tapi Abu Lahab masih saja sombong tidak mau ditolong.
Kita jika didzolimi sama orang, kita belajar dari Nabi. Bisakah kita bersikap baik ke orang yang mendzolimi? Jika kita bisa melakukan itu, maka wujud maafmu memang benar adanya. Tetapi jika itu belum bisa kamu wujudkan, maka maafmu masih dipertanyakan.
Jika malam ini benar malam lailatul qadr, semoga Allah mengampuni segala dosa kita semua dan Allah tuntun kita pada taufik dan hidayah Allah SWT.
Jangan “kendor” ibadah kita di malam-malam terakhir ini. Karena kita tidak tau ini adalah malam ramadhan terakhir kita atau malam ramadhan ini yang akan mengantarkan kita pada ramadhan berikutnya.
*Pembahasan Kitab At Tibyan*
Kita membahas tentang tulus kemarin, maka sekarang kita lanjut tentang memantapkan niat. Jika mencari ilmu itu niatnya harus benar dan jelas. Entah belajar atau mengajar harus memiliki niat yang jelas.
Jika dari awal yang mengajar sudah salah niat, maka yang belajar akan salah. Begitupun sebaliknya.
Hendaknya seseorang, baik saat dia belajar atau saat dia mengajar, dia tidak memiliki tujuan kecuali ilmu yang dia miliki untuk sampai pada Allah. Bukan untuk tujuan kesenangan dunia.
Jadi hendaknya dia tidak memiliki niat menuntut ilmu itu untuk kesenangan dunia. Misal, karena uang, pangkat, ketenaran, dan sebagainya.
Pastikan kamu yang belajar disini tidak untuk mencari dunia. Dan jangan sampai jika hendak mengajar, niatnya untuk mencari ketenaran, harta, pujian, dan sebagainya.
Jika yang kamu cari adalah perhatian orang, maka kamu akan menyesal.
Saat orang menuntut ilmu, harus benar-benar tidak ada tujuannya dunia.
Orang berilmu tidak perlu repot-repot untuk meningkatkan martabatnya, karena ilmu yang dimilikinya secara otomatis akan meningkatkan kedudukan dan derajatnya.
Contoh, Rasulullah SAW waktu di Mekkah, 13 tahun tidak ada yang menghormati Rasul, kecuali pengikutnya yang sedikit. Bahkan Rasul dihinakan sampai ingin dibunuh. Tapi bertolak belakang saat Rasul di Madinah. Saat di Madinah, orang Madinah malah membaiat Nabi. Saat Nabi di Madinah, orang Madinah ini tau kedudukan nabi, maka orang Madinah menghormati Nabi.
Saat kamu merasa tidak dihargai, boleh jadi muridmu tidak benar-benar tau nilaimu. Pilihannya di kamu. Kamu mau seperti anshor di Madinah atau quraisy Mekkah. Pun juga jika ada seorang guru yang tidak dihargai murid, ini jangan patah hati.
Selamatkan diri kita dari niat yang salah, baik niat kepada pengajar maupun yang belajar.
والله اعلم بالصواب