Tanggal : Kamis, 30 Maret 2023
Kitab : At Tibyan & Nafahat Ramadhaniyah
Karya : Syekh Imam Nawawi
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kalau kita lihat dari hadits Nabi SAW yang disampaikan dalam kitab At Tibyan (Imam Nawawi), “Sungguh betapa angungnya pahala yang Allah SWT berikan kepada orang-orang yang membaca Al Qur’an.”
Betapa besarnya pahala yang Allah berikan kepada orang-orang yang mengamalkan Al Qur’an. Mudah-mudahan kelak kita dimasukkan pada kelompok pembaca dan pengamal Al Qur’an dan semoga kita bisa menjadi orang-orang yang menghafalkan Al Qur’an.
*Pembahasan Kitab At Tibyan (Kelebihan membaca Al Qur’an & pembacanya)*
Kita masuk bab ke-2. Setelah kemarin kita bahas tentang keutamaan pembaca Qur’an dan penghafalnya, maka sekarang Imam Nawawi memisahkan lagi bab keutamaan membaca Al Qur’an dan bab keutamaan si pembacanya.
Setelah membaca Qur’an dapat pahala, dia dapat kedudukan apa lagi di sisi Allah? Orang-orang yang rajin baca Qur’an, orang-orang yang memiliki hubungan khusus dengan Qur’an, maka pembacanya dan pengamalnya memiliki kedudukan apa ?
Imam Nawawi menguraikan pada kita melalui hadits Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud Al Anshori Al Badri. Biasanya kita dengar Ibn Mas’ud saja, tapi kenapa disini ada tambahan Al Anshori Al Badri? Artinya dia bukan Ibn Mas’ud sahabat Nabi yang dikenal dengan Abdullah ibn Mas’ud. Jadi dia orang lain. Nama dia siapa? Nama dia Uqbah bin Amr, dia salah satu syuhada badr, dia orang yang meninggal di perang badr.
Kenapa perlu diterangkan disini? Biar tidak ada orang yang keliru dalam mencatut hadits ini. Jangan kira ini periwayatnya Abdullah bin Mas’ud, bukan. Makanya periwayat mengutip disini, termasuk Imam Nawawi meletakkan dengan detail namanya agar tidak ada orang yang keliru. Namanya sama-sama Ibn Mas’ud, artinya dia itu punya anak namanya Mas’ud. Sebagian lagi bilang Abi Mas’ud, dia itu punya bapak namanya Mas’ud.
Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling berhak memimpin suatu kaum adalah orang yang paling banyak membaca Al Qur’an (banyak pahamnya terhadap Al Qur’an).”
Makna pembaca disini bukan hanya baca, tapi juga paham isi yang terkandung di dalam Qur’an. Karena pembaca Qur’an itu banyak. Bahkan ada lagi nanti hadits-hadits yang akan kita pelajari tentang orang yang baca Qur’an melengking begitu indah, tetapi mereka mampu memperjual belikan agamanya. Nanti kalau kita padukan hadits ini dengan hadits ancaman tentang yang membaca Qur’an, maka disini dapat kita simpulkan, ini bukan pembaca saja, tapi juga pengamal.
Jadi kalau kamu mau menjadikan seseorang sebagai pemimpinmu, liat dulu orang ini siapa. Kamu mau tawadhu sama orang, liat dulu orang ini siapa. Kamu mau jadiin satu orang sebagai pemimpin di circlemu, liat dulu orangnya.
Sejatinya siapa orang yang paling berhak diberikan kepemimpinan? Mereka orang yang paling paham terhadap Al Qur’an.
Siapa yang menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka kamu tidak akan menyesal. Orang yang paham apa yang terkandung dalam Al Qur’an, maka di dalam memimpin dia tidak akan semena-mena, dia tidak akan sembarang menindas orang, membohongi orang, itu tidak mungkin. Tapi kalau orang tidak paham sama Al Qur’an, maka dengan mudah semua orang mungkin bisa ditipu, dibohongi, dibodohi.
Kalau kita mau mengedepankan seseorang, lihat bagaimana dia dengan Al Qur’an.
Tatkala ditanya oleh seorang sahabat kepada Sayyidah Aisyah terkait akhlak Nabi di rumah, dijawab Sayyidah Aisyah , “Akhlak Nabi itu Al Qur’an.”
Artinya setiap perilaku dan perbuatan Nabi tidak pernah bertentangan dengan Al Qur’an, gak pernah menyimpang dari Al Qur’an, gak pernah jauh dari Al Qur’an. Apa yang kita baca di Al Quran terkait dengan perintah ataupun larangan, maka Nabi SAW adalah orang pertama yang paling mengamalkan dan juga yang paling pertama menjauhkan. Artinya dia yang paling dekat pada Al Qur’an.
Disini kita diajari sama Nabi satu pola. Kalau mau mengedepankan seseorang, maka liat bagaimana dia dengan Qur’annya. Ini pola dari Nabi untuk kamu berpikir. Jadi kamu gak susah kalau mau milih orang, pilih yang mana sih? Kalau mau lebih umum lagi, mau pilih pemimpin, liat bagaimana hubungannya dia dengan Allah. Orang yang punya hubungan sama Allah, dia pasti punya hubungan baik dengan Qur’an, karena Al Qur’an adalah firman Allah SWT.
Dari Abdullah bin Abbas, “Teman duduk Sayyidina Umar adalah quro’ (pembaca/paham Qur’an).”
Sayyidina Umar bin Khattab dulu teman duduknya adalah quro’ (orang yang paham Qur’an). Kenapa Sayyidina Umar suka dengan para quro’ sebagai teman duduknya ? karena Sayyidina Umar suka musyawarah dengan mereka. Kalau ada hal-hal apapun yang menjadi kebimbangannya, maka yang dia jadikan teman musyawarah bukan orang sembarangan, tapi seorang quro’.
Kalau kita kadang-kadang level curhatnya sama siapa? Sosmed ya sekarang? Beda kan.
Padahal Sayyidina Umar itu sahabat Rasulullah, ilmu agamanya tidak sedikit tapi dia suka musyawarah dengan yang paham terhadap Al Quran. Barangkali pemahaman Sayyidina Umar tentang part ini tidak sesuai, maka dia ingin lihat pandangan quro’ lainnya.
Kadang orang berilmu butuh orang yang lebih berilmu untuk menjadikan dirinya sebagai “teman tukar fikiran“. Makanya kenapa kita gak boleh jadi orang sombong? Karena sampai dimanapun kita telah sampai pada satu titik pencapaian, kita akan tetap butuh orang yang lebih tinggi pencapaiannya dari kita.
Walaupun seorang Ustadzah istilahnya, dia tetap butuh pada gurunya untuk dijadikan teman bertanya, bersandar, bertukar fikiran, dan lain sebagainya.
Kita sebagai manusia selama ini kalau musyawarah kemana? Selama ini kalau galau kemana? Selama ini kalau lagi bimbang kemana?
Belajar dari Sayyidina Umar bin Khattab. Sayyidina Umar bin Khattab menjadikan quro’ (orang yang paham Qur’an) sebagai teman duduknya.
Makin bernilai dan berharganya seseorang, makin tau nilainya dia, maka dia makin menjaga circle dimana dia duduk.
Walaupun se-Madinah itu temannya Sayyidina Umar, tapi untuk teman duduk Sayyidina Umar selektif. Karena dia tidak mau keliru dalam menerima masukan, dan tidak mau salah dalam mendapat informasi, serta salah dalam menerima arahan.
Kalau orang sudah salah duduk, sudah pasti informasi dan arahan yang dia dapat salah, dan maka perbuatan atau sikap yang akan diambil dari keputusan itu juga salah. Sumbernya dari teman duduk yang salah.
Orang yang memahami agamanya tidak hanya bergantung pada informasi dari sebayanya atau orang yang lebih tua darinya. Dia tidak hanya mempertimbangkan usia, tetapi juga tapi dia akan mempertimbangkan sejauh mana orang ini memahami hukum nya Allah.
Kita kalau ada masalah yang ingin dipecahkan, jangan salah musyawarah. Karena musyawarah yang dilakukan salah, maka perbuatan, sikap, tindakan yang dilakukan juga salah.
Ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa sebelum curhat (di sosmed), sebaiknya kita pertimbangkan terlebih dahulu apakah media sosial bisa memberikan solusi? Media sosial tidak selalu pintar dalam menyelesaikan masalah.
Kata Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad, yang dikenal sebagai Sohibul Ratib Haddad, “Kami tidak pernah merasa bimbang akan sesuatu, kecuali setiap kami bimbang, kami cari kebimbangan itu di dalam Al Qur’an, lalu kami temukan jawabannya.”
Mereka selalu menjadikan tempat titik baliknya itu adalah Al Qur’an.
Jika setiap kali kita merasakan kebimbangan, kegalauan, tetapi kebimbangan dan kegalauan kita itu tidak bisa kita temukan di dalam Al Qur’an, mungkin bukan galaunya kita yang tidak ada di Al Qur’an, tapi kita yang tak bisa mengerti bagaimana mencari jawabannya di dalam Al Qur’an.
Jadi bagaimana solusinya? Datangilah yang paham agama, tanyakan solusi masalah mu kepada yang paham agama.
Ustadzah itu bukan tempat curhat, tapi tempat kamu bertanya ketika bimbang. Jadi, saat kamu bertanya ada cerita yang harus disampaikan, maka itu bonus bertanya sambil curhat. Nah kalau sudah diberikan arahan dari Ustadzah tentang masalahmu, maka orang yang bijak dan benar itu melakukan apa yang diarahkan. Karena ada orang yang sudah diarahkan, tapi masih mengedepankan egonya.
Arahan-arahan yang sudah diberikan oleh orang-orang yang sudah kamu datangi, mereka yang paham tentang agama, maka ikuti.
Kata Imam Nawawi, “Setelah ini akan masuk bab yang akan saya uraikan lebih detail lagi terkait tentang bab-bab yang berkenaan dengan pembaca dan pengamal Qur’an. Ketahuilah bahwa sesungguhnya madzhab ini yang shahih (Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Hambali). Bahwa sesungguhnya membaca Al Qur’an itu kedudukannya lebih utama daripada kamu membaca tasbih, tahlil atau macam-macam dzikir lainnya”
Diluar 4 madzhab ini, Imam Nawawi tidak berani mengklaim keabsahannya. Siapapun Ulama kita menganggap keempat madzhab ini sebagai rujukan utama. Dan para ulama mengandalkan keempat madzhab ini.
Kedudukan membaca Al Qur’an itu paling utama daripada kamu membaca dzikir-dzikir lainnya. Jadi kalau kalian semua mau punya dzikir bukan gak boleh, boleh saja. Tapi harus ingat kita juga punya bacaan Qur’an.
Kalau kita baca wirdul latif, itu bukan hanya wirid, tapi ada bacaan Qur’an di dalamnya. Kita baca ratibul haddad, itu bukan hanya dzikiran, tapi ada Qur’an di dalamnya. Dipilihin itu ayat Qur’an yang penting yang memang setiap orang harus baca.
Habib Umar bin Hafidz gak luput mengingatkan kita untuk baca Al Waqiah, Al Mulk, Yasin, Al Kahfi. Beliau selalu mengingatkan kita untuk baca surat-suart pendek lainnya.
Wirid itu bukan hanya tentang dzikirannya saja, tapi di dalam itu juga ada ayat Al Qur’an.
Kamu gak bisa baca Qur’an tiap hari per lembar, gak bisa baca Qur’an per juz, tapi kamu harus punya amalan Qur’an yang kamu baca tiap hari. Apa itu? Bisa Yasin (barang siapa yang pada pagi hari membaca surat Yasin, maka Allah ampuni dosa-dosanya), Al Mulk (dapat selamatkan dari siksa kubur), Sajadah, dan lain sebagainya.
Kenapa di dalam khulasoh maddad itu ada doa, ada Qur’an yang dipadukan menjadi satu? Disitu ada amalan harian dan ada Qur’an, ada wirid. Karena kita butuh keseimbangan.
Di satu sisi kita butuh baca Qur’an dalam mendekatkan diri kepada Allah, tapi di satu sisi kita adalah hamba yang membutuhkan sesuatu, permintaan, permohonan, keinginan, do’a yang kita panjatkan kepada Allah untuk kemaslahatan kita. Maka dalam wirid itu seimbang.
Kalau kamu perhatikan wiridnya orang soleh itu seimbang. Ada wirid, ada dzikir, ada do’a, ada Qur’an, semuanya imbang.
Kalau kamu tanya kedudukan dzikir dengan Qur’an, maka quran lebih utama daripada dzikir, tahlil, dan lain sebagainya. Maka kalau kita mau mendapatkan keutamaan ini, baca dzikir harus diiringi dengan Qur’an. Dan yang paling nikmat yang kita baca dalam dzikir harian kita itu adalah dzikir yang sudah diajarkan para Ulama kita, para guru kita, para salafunasolihin.
Ramadhan seperti ini semua yang dilakukan menjadi berlipat ganda. Amalan sedikit pahalanya menjadi banyak. Yang sunnah berubah pahalanya menjadi wajib, yang wajib berubah pahalanya menjadi 70 kali lipat. 10 terakhir di bulan Ramadhan, pahalanya makin berlipat lagi.
*Pembahasan Kitab Nafahat Ramadhaniyah*
Daqiqah = Menit.
Satu jam itu ada 60 menit.
Habib Muhamamd bin Abdullah Al Haddar, “Kalau seandainya menit-menitmu itu kau gunakan untuk membaca surat Al Ikhlas, mungkin satu menit kamu akan dapat 15 kali surat Al Ikhlas kurang lebih. Dan ketahuilah tiap 3 kali kamu baca itu, pahalanya seperti kamu baca Qur’an seutuhnya.”
1 surat Al Ikhlas itu sama dengan 10 juz, berarti kalau 3 surat Al Ikhlas sama dengan 30 juz.
Semakin mendekati akhir zaman, orang semakin menjauh dari agama. Mereka yang sibuk dengan dunia semakin terbuai dalam kesibukan. Namun, kita harus diingatkan agar tidak lupa bahwa di tengah kesibukan yang beragam, kita masih bisa mendapatkan pahala. Hal ini bukan untuk membuat kita malas, tetapi untuk mengingatkan betapa besar rahmat Allah kepada kita. Allah masih memberikan pahala yang besar meskipun kita sibuk dengan aktivitas sehari-hari..
Nabi Muhammad lagi certain Nabi Syam’un. Nabi Syam’un yang kisahnya gak pernah bisa dibunuh, yang ibadah sampai terus -terusan perang di jalan Allah sampai seribu bulan. Sahabat yang lagi dengerin cerita itu pada iri. “Enak dbanget jadi dia, Rasul. Bisa begitu jihad gak putus-putus. Kalau kita jihad cuma sebulan. Pengen dong dapet pahala kayak dia.”
Maka turun ayat Qur’an,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Latin: Innaaa anzalnaahu fii Lailatil Qadar, wa Maa adraaka Maa Lailatul Qadr, Lailatul Qadri Khairun min Alfi syahr, tanazzalul malaaaikatu wa ruukhu fiihaa, binirzni rabbihim min kulli Amrin Salaam, hiya Hatta Mathla’il Fajar.
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar“. (QS. Al Qadr: 1-5).
Ummat Rasulullah itu umat yang dimanja (dimuliakan). Baru ingin (dapat pahala banyak), turunlah ayat Al Quran, satu malam Lailatul Qadr akan memberikan pahala lebih dari seribu bulan dia ibadah (bagi yang mendapatnya).
Kesempatannya setahun sekali. Makanya banyak dari umat Nabi Muhammad nanti yang datang di akhirat, dia punya amal ibadah yang sangat besar, dia berkata, “Ya Rabb amal ini darimana? Saya gak pernah ngamalin ini”. Lalu datang malaikat, “Kamu pernah melakukan hal yang membuat kamu dapetin pahala yang kamu kira kamu gak pernah melakukannya.”
Nabi SAW bersabda, “Barang siapa orang yang tiap harinya membaca 1 surat Al Ikhlas 11 kali, maka Allah akan buatkan dia istana di surga.”
Saya pernah di ijazahkan langsung dari Hubabah Bahiyyah Al Kaff, Wali min auliya illah, Hubabah dari Oman. Beliau datang ke Tarim dan berikan ijazah pada kita, tiap abis sholat wajib baca surat Al Ikhlas 11 kali. Pesan beliau, “Kalau kamu gak bisa ngamalin setiap abis sholat baca 11 kali, paling tidak sehari 11 kali.”
Karena saya dapat ijazah dari beliau, maka saya ijazahkan kepada kalian semua. “Sehari baca surat Al Ikhlas 11 kali.”
jawab dengan, “Qobiltu ijazah”, untuk menerima ijazah.
Coba kamu hitung sudah berapa menit, jam, hari, malam, bulan, tahun yang sudah berlalu sia-sia dari kita. Semua berawal dari menit yang tidak bernilai darimu.
Orang yang tidak bisa menghargai menitnya, tidak mungkin bisa menghargai jamnya. Orang yang tidak bisa menghargai jamnya, tidak akan bisa menghargai harinya. Orang yang tidak bisa menghargai harinya, tidak akan bisa menghargai mingguannya. Orang yang tidak bisa menghargai mingguan, tidak akan bisa menghargai bulannya. kalau sudah tidak bisa menghargai bulannya, tidak bisa menghargai tahunnya dan bahkan sepanjang hidupnya.
Maka wahai kalian orang-orang mukminin, bagaimana bisa kamu rela mereka para malaikat Allah mencatat kesia-siaan dari waktumu? Dimana itu tidak akan ada manfaatnya di hari hisab.
Orang pecinta dunia aja tidak mau buang waktunya untuk nongkrong, kongkow begitu. Mereka yang berhasil mencapai pendapatan tinggi, mereka gak habiskan waktunya untuk kongkow, mereka akan rencanakan kehidupan atau bisnisnya sedemikian rupa. Bahkan mereka rencanakan untuk setahun ke depan.
Orang yang tau nilainya, dia akan menghargai waktunya, tidak akan dipakai sembarangan.
Adapun orang akhirat dia akan berpikir, jika saya melakukan ini apa yang saya dapat kelak di akhirat.
Belajar dari orang Tarim.
Setiap anak tangga yang ada di rumahnya, dia khatam Al-Qur’an di sana. Mereka begitu berkomitmen sehingga tidak ada satu tempat pun di rumah mereka yang dilewati tanpa saksi atas amal perbuatan mereka.
Kalau kamu mengunjungi rumah Habib Salim As Syathiri. Setiap tangga itu ada tempat pemberhentian (Bordes). Di tempat itu kamu akan dapati kotak seperti rak buku. Kotak itu akan selalu ada itu, danmemiliki maknanya. Di saat dia (Habib Salim) naik/ turun tangga dan berhenti di tempat itu, beliau akan baca buku/kitab disitu, lalu beliau lanjut naik/turun tangga.
Bahkan untuk sekedar naik tangga, orang soleh tidak mau waktunya terbuang. Di tangga aja seperti itu, apalagi di ruangan lain. Tangga harus jadi saksi yang banyak atas ibadahnya. Subhanallah …
Pantas orang-orang dulu walau rumahnya kecil, dia akan buat musholla atau tempat untuk sholat. Dia ingin rumahnya ada jejak tempat ibadah.
Bagaimana kamu bisa rela malaikat mencatat perbuatan keji, sesuatu yang tidak baik darimu yang akan mengantarkanmu pada siksaan neraka? Dan umur-umurmu semua yang ada di dalamnya baik itu kebaikan maupun keburukan, dari bangunmu sampai tidurmu, dari gerakmu sampai diammu, semua itu tertulis rapi dalam buku catatan amalmu.
Pada saat buku catatan amal diletakkan, orang-orang pelaku dosa melihat catatan amalnya, mereka ketakutan dari apa yang ada di dalamnya, kemudian mereka berkata, “Celaka sekali kami.”
Mereka akan dapati, apa yang mereka perbuat akan hadir di depan mata mereka. Dan Tuhanmu tidak akan berbuat dzolim pada salah seorang diantaramu.
Jaga umur kita, jaga waktu kita agar semuanya bermanfaat dan berguna. Sibukkan hari-hari kita dengan perbuatan baik, kegiatan yang baik, isi waktu-waktu kita dengan amal soleh, dzikir, baca Qur’an, diantaranya surat Al Ikhlas yang kita dapatkan hari ini. InsyaAllah mudah-mudahan bisa menjadi amalan kita yang bisa kita baca dan kita amalkan dalam keseharian kita. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin …
والله اعلم بالصواب