AT TIBYAN EPS. 02
Seseorang bisa ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT karena kemampuannya menjaga kehormatan Al-Qur'an, menghayati isi serta syariat yang terdapat di dalamnya, dan memahami pesan-pesan yang disampaikan Al-Qur'an. Sebaliknya, Allah juga dapat menjatuhkan orang-orang yang tidak menghormati Al-Qur'an dengan sepenuh hati.

Tanggal          : Ahad, 26 Maret 2023
Kitab               : Ep.2 (Imam Nawawi) & Nafahat Ramadhaniyah (Habib Muhammad Al Haddar)
Guru                : Ustadzah Syarifah Aisyah Farid BSA
Tempat            : MT Banat Ummul Batul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ramadhan itu awalnya Rahmat, pertengahannya ampunan, akhirnya dari Ramadhan adalah pembebasan dari api neraka.

Dikatakan setiap harinya Allah SWT membebaskan 600.000 hambaNya dari api neraka. Dan setiap harinya 600.000 itu semakin berlipat ganda.

Bayangin kalo sehari 600.000 lalu ada dari kita 1 yang gak kebagian Rahmat, rugi ga? Rugi.

Jangan sampai ada dari kita masuk Ramadhan dan kita tidak mendapatkan Rahmat Allah SWT.

Patutnya kita di awal Ramadhan sudah mempersiapkan diri, jangan tergesa-gesa. Cukup siapkan diri dulu untuk meraih rahmatNya. Karena kalau kita siap meraih Rahmat, insyaAllah kita siap meraih ampunan. Kalau kita siap meraih ampunan, insyaAllah kita juga siap meraih pembebasan dari api neraka. Maka pertahankan semangat kita di bulan Ramadhan ini untuk kita tetap terus konsisten dalam ibadah.

Rasulullah SAW makin menuju penghabisan bulan Ramadhan, beliau makin semangat ibadah di bulan Ramadhan. InsyaAlah Allah SWT selalu menjaga kita, memelihara kita agar kita bisa terus menjadi hamba-hamba Allah yang tetap terus istiqomah, yang tetap terus berada di jalan keridhoanNya. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin ..

Pembahasan Kitab At Tibyan (Keutamaan pembaca & penghafal Qur’an)

Setelah kemarin kita membahas masih di babnya kemuliaan dari membaca Al Qur’an, kemuliaan kita membaca Al Qur’an, kemuliaan kita berpegang teguh pada Al Qur’an,

maka kita sampai dalam riwayat dari Sayyidina Umar bin Khattab r.a, kata Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mengangkat derajat kaum-kaum dengan kitab ini (Al Qur’an), tapi Allah SWT juga turunkan derajat kaum lainnya dengan Al Quran.”

Ada kaum yang diangkat derajatnya karena Al Qur’an. Kenapa mereka diangkat? Karena pasti mereka mengangkat derajatnya Al Qur’an.

Al Qur’an bukan hanya dipajang di lemari, tapi Al Qur’an itu dibaca, dikaji, diamalkan. Atas dasar itu Allah SWT angkat derajatnya.

Ada yang diangkat, ada yang dijatuhkan. Siapa yang dijatuhkan? Dia yang menjatuhkan kehormatan Al Qur’an, maka Allah pun menjatuhkan dia. Yang menganggap Al Qur’an itu tidak penting, yang menjadikan Al Qur’an sebagai candaannya, ini adalah orang-orang yang pastinya dijatuhkan oleh Allah SWT.

Ada orang suka nanya, “Kenapa sih Al Qur’an tuh harus ditaruh di tempat yang tinggi? Kenapa Al Qur’an gak boleh ditaruh di tempat sembarangan di lantai? Sampai ada orang ngeyel banget nanya, kenapa Al Qur’an di cium-cium? Sampai debat orang masalah cium Al Qur’an.”

Bid’ah, cium Al Qur’an katanya haram . Ya jelas cium Al Qur’an bid’ah, jaman Nabi tuh Al Qur’annya belum berbentuk kitab. Kalau tidak boleh cium Al Qur’an lalu apakah boleh Al Qur’an diletakkan dekat kaki?

Fatimah binti Khattab (saudara Sayyidina Umar bin Khattab) yang karenanya menjaga kemuliaan Al Qur’an, maka dengan itu Allah mengetuk pintu hati Umar bin Khattab. Gara-gara menjaga Al Qur’an yang mau dipegang Sayyidina Umar yang masih kafir kala itu, lalu Fatimah bilang, “Gak, ente gak diizinkan untuk menyentuh ini karena ente najis.”

Segitu kekeuhnya dia pegangin, dia pelukin Al Qur’an karena tidak boleh disentuh oleh Sayyidina Umar. Al Qur’an tidak boleh disentuh kecuali orang yang suci. Sampai Fatimah didorong oleh Sayyidina Umar ke tembok, dipukul, tapi tidak sedikitpun terlihat di wajah Fatimah binti Khattab ketakutan. Karena nyatanya dia lebih takut pada Allah SWT daripada takut dengan Umar bin Khattab.  Tidak peduli mau yang dilakukan oleh Sayyidina Umar bin Khattab, yang penting kehormatan Al Qur’an dijaga.

Lihat orang jaman sekarang sama Al Qur’an. Al Qur’an sejajar sama kaki !!!. Jangan ngomongin dalil, bahkan itu TIDAK PANTAS.

Ada seorang ulama bernama Busyrol Hafi. Diantara sebab taubatnya hingga Allah SWT mengangkat derajatnya seorang Busyrol Hafi (wali min auliya illah). Suatu ketika dia pernah berjalan, dia dapati ada nama Allah (Bismillahirrahmanirrahim) tergeletak di jalanan, lalu diangkat, dibawa pulang dipakein minyak wangi, dicium, ditaruh di atas. Lalu tiba-tiba ada suara, tapi gak ada orang. Suara itu berkata, “Engkau telah mengangkat namaKu, maka Aku akan mengangkat namamu.”

Itu diantara kisah yang membuat dia tergugah, dan pada akhirnya Allah SWT mengangkat namanya menjadi seorang alim ulama.

Begitu juga dengan kita. Jangan remehkan Al Qur’an, jangan taruh Al Qur’an dekat kaki, dan sebagainya.

Kalau kamu sebagai seorang manusia punya pengikut, punya followers, punya orang yang bisa mencontoh dari kamu. Kalau kamu bikin dosa, emang kamu pikir yang dosa kamu doang? Kalau semua orang ikut dari apa yang kamu buat, dosanya mereka akan kamu bawa semua sampai akhirat.

Ada sebuah Hadits Nabi SAW yang bersabda, “Akan datang nanti suatu zaman dimana orang akan berbuat mesum, berbuat maksiat, berbuat zina di pinggir-pinggir jalan. Sampai nanti orang yang jalan (lalu-lalang) melihat yang berbuat mesum, dan dia bilang ‘Ente kalau mau mesum jangan di jalanan, agak pojokan sana dikit’. Dan yang menegur itu akan dianggap seperti Umar bin Khattab atau Abu Bakar As Sidiq.”

Akan datang suatu masa akan seperti itu rusaknya ummat.

Mereka orang-orang yang menganggap isi Al Qur’an itu tidak penting, larangannya tidak penting, mereka termasuk orang-orang yang Allah SWT pun bisa menjatuhkan mereka seperti yang mereka kehendaki.

Orang kalau mau melakukan kesalahan itu malu. Ini melakukan kesalahan diposting, ditunjukkan, dilihat orang, dan tidak malu.

Laa hawla wa la quwata illa billah .. Zaman apa ini? Siapa panutannya? Naudzubillah min dzalik ..

Ingat, Al Qur’an bisa meningkatkan derajat seseorang, Al Qur’an juga bisa menjatuhkan segelintir orang.

Ada orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT karena dia yang mampu menjaga kehormatan AL Qur’an, isi, syariat yang ada di dalam Al Qur’an, pesan-pesan yang ada di dalam Al Qur’an. Allah juga bisa menjatuhkan orang-orang karena lantaran mereka benar-benar tidak bisa menghormati Al Qur’an.

Maka kita jaga di dalam ramadhan ini kita harus menjadi orang yang paling bisa menjaga kehormatan Al Qur’an. Dan kita ummat islam sepatutnya adalah orang yang paling bisa menjaga kehormatan Al Qur’an, Saat Ramadhan ataupun di luar Ramadhan. Dengan apa? Tentu dengan kita menjalankan isi yang ada di dalam Al Qur’an.

Dari Abu Umamah beliau mendengar Nabi SAW berkata, “Bacalah Al Qur’an. Sesungguhya Al Qur’an akan datang kelak di hari kiamat dengan memberikan pertolongan bagi para pembacanya.

Dari hadits ini, Nabi suruh baca atau suruh hafalin? Baca. Artinya cukup kamu melazimi diri punya bacaan dari Al Qur’an. Sesibuk apapun itu jangan sampai kamu tidak baca Al Qur’an. Paling tidak kamu ada bacaan Al Qur’an yang rutin.

Contoh Yasin, Al Waqiah, Al Mulk, As Sajadah, Ad Dukhon. Ada surat yang memang kamu baca rutin tiap hari. Jangan sampai sehari tidak baca Al Qur’an sama sekali.

Kenapa kita disuruh membaca Al Qur’an? Karena kelak Al Qur’an memberikan pertolongan (syafaat) bagi para pembacanya. Setiap kita dawam membaca surat di Al Qur’an, nanti dia akan nolongin kita.

Surat Al Waqiah yang kita baca tiap hari, datang menolong kita. Surat Yasin yang kita baca tiap hari, datang menolong kita.

Surat Al Mulk yang kita baca tiap hari, datang nolongin kita. Bukan hanya di hari kiamat, bahkan di alam kubur dia datang menolong kita. Baca Al Mulk akan melindungi, menjaga kita dari siksa kubur. Belum ketemu hari kiamat, dia sudah bisa menjadi penolong di barzakh.

Surat Waqiah, belum ketemu akhirat, dia sudah bisa kasih syafaat untuk kita. InsyaAllah tidak ada kemiskinan siapa yang mengerjakan sholat dhuha dan membaca surat Al Waqiah. Artinya jangankan bicara akhirat, disini (didunia) saja kadang-kadang Al Qur’an sudah jadi penolong kita.

Orang sakit, baca surat Yasin, jadi penolong. Surat Al Fatihah dibaca untuk ngobatin orang, jadi penolong. Iya apa tidak? Iya.

Kalau kita bisa semakin mendekatkan diri kita pada Al Qur’an, maka beruntung kita, disini kita di tolong, di barzakh kita ditolong, dan di akhirat dia menjadi penolong kita.

Bacalah al quran, dan sertai bacaannya dengan Ikhlas.

Kisah Pembaca Al-Quran Yang Tidak Ikhlas

Ada sebuah cerita. Ada seseorang yang setiap malam rutin bangun malam. Di tengah-tengah bangun malam dia selalu baca Al Qur’an.

Satu ketika dia tinggal di komplek. Biasanya kalau di komplek ada security yang suka bangunin (kalau di kita suka ngetok tiang listrik). Di komplek dia menjelang fajar ada orang yang keliling ketok rumah atau pagar untuk kasih tau bangun. Pada malam itu dia bangun lebih awal. Gak sampai diketok tiangnya, dia sudah bangun.

Di tengah-tengah dia lagi baca Al Qur’an, dia dengar tuh dari rumah tetangganya ada security yang ngetok bangunin. Pas mau lewatin rumah dia, dia lagi ngaji, suaranya dikencengin, begitu  lewat rumah dia gak diketok karena sudah tau sudah bangun.

Setelah apa yang dia lakukan itu, dia tertidur. Dia mimpi hari kiamat. Datang waktu hisabnya. Waktu dihisab amal ibadah, pas datang kejadian di malam itu (dia baca Al Qur’an, ngaji, suara dikencengin). Dia baca Al Quran tapi kenapa pahalanya tidak sempurna, tidak kecatat. Maka dia tanya,

Ya Rabb bukankah ayat ini aku baca?”

Allah jawab, “Betul ayat itu kau baca. Tapi saat itu kau baca bukan untukKu, kau baca untuk memberitahukan pada penjaga kalau kau sudah bangun. Maka pahalanya jangan minta padaKu. Minta pada penjaga itu. Sedangkan Aku, Aku berikan apa yang diniatkan seorang hamba dalam membacanya untuk mendapatkan pahala dariKu.”

Maka saat kita baca Al Qur’an, benar-benar niatkan cari pahala Lillah untuk Allah SWT, tidak ada yang lain.

Pertolongan dari Al Qur’an, pertolongan dari Nabi SAW adalah pertolongan yang paling dicari banyak orang yang ada di padang mahsyar.

Mudah-mudahan apa yang kita baca menjadi penolong kita semua di akhirat kelak. Aaminn Ya Rabbal Alaamiin ..

Hasud Yang di Perbolehkan

Dari Ibnu Umar, Nabi SAW bersabda, “Tidak boleh hasud, kecuali untuk dua hal. Tidak ada rasa iri yang diperbolehkan, kecuali dalam 2 hal

  • Pertama, Seseorang yang diberikan anugerah oleh Allah SWT Al Qur’an, lalu dia membaca Al Qur’an, dia tegakkan Al Qur’an, dia amalkan Al Qur’an di siang hari maupun di tengah malam.

Penghafal kah, pengajar kah, penuntut ilmu kah, Al Qur’an terus yang ada di hidupnya.

  • Kedua, Seseorang yang Allah SWT anugerahkan harta benda dan dia nafkahkan hartanya baik di siang hari maupun tengah malam.

Siang malam kerjaannya bagi-bagi. Ada tamu gak putus keluar masuk di rumahnya, suka traktir orang, ada orang susah dikit ditolong.”

Ghiftoh = Iri dari sisi baik.

Sama yang begitu boleh iri. Irinya bagaimana? Bukan iri dengan apa yang Allah SWT berikan kepadanya.

Kalau kamu iri dengan apa yang Allah berikan kepadanya, maka kamu punya penyakit hati. Masa kamu koreksi Allah? Hak Allah dong mau kasih siapa aja. Iya apa tidak? Iya.

Lalu iri yang dimaksud disini bagaimana? Iri melihat sikapnya yang begitu lapang dalam berbuat kebaikan, begitu mampu menjalankan kebaikan.

Sementara kita kadang-kadang dikasih waktunya sama, tapi gak segetol itu. Sama-sama ngaji, tapi gak sepagi itu berangkatnya. Sama-sama ngaji, tapi t sidak ampai mencatat ilmu seperti yang lain.

Orang kalau cerdas dan ingin berhasil sukses dalam urusan akhirat, dia perlu memanage dan saat dia kembali koreksi buku catatan amalnya.

Perhitungkan amal perbuatan dirimu sebelum nanti amal perbuatanmu diperhitungkan oleh Allah SWT. Hari itu kamu menghitung, kamu ngapain aja, dapat apa saja kamu hari itu, dihitung, dihisab sendiri dirimu.

Setiap orang sukses urusan dunia, tanya pasti hitungannya tajam dalam memperhitungkan strateginya. Orang kalau mau ke akhirat begitu juga dong. Sepatutnya kita dalam mendekatkan diri pada Allah SWT begitu juga.

Kalau mau liat orang cerdas dan sukses itu liat Sayyidah Khadijah, jangan liat orang dunia. Jangan liatnya pemilik Alibaba dan lain sebagainya. Sayyidah Khadijah itu setengah Mekkah dikuasai oleh beliau.

Liat Utsman bin Affan, liat Abdurrahman bin Auf, sahabat-sahabat Nabi yang popular dengan kekayaannya. Role modelnya kamu orang-orang seperti mereka.

“Saya pengen kayak dia tuh suskes, baik, infaqnya gak putus.” maka kamu pintar. Begitu juga dalam kebaikan. Siapa role model kamu? Kenapa kita disuruh mengambil panutan dari salafunasolihin? Biar patokan kamu gak setara sama kamu. Kalau patokannya setara, kamu gak akan sukses, kamu gak cerdas, rugi kamu.

Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi SAW berkata, “Gak boleh hasud, kecuali dengan 2 perkara. Pertama, seseorang yang diberi harta kemudian dia tersibukkan untuk menginfakkan hartanya pada kebenaran.

Orang sibuk kerja, tapi masjid dia yang bangun. Kerja, tapi kalau untuk sedekah majelis taklim, dia paling banyak. Dia terkenal di kalangan masjid, di kalangan majelis, kenapa bisa terkenal? duitnya kenceng. Di majelis mungkin dia jarang duduk, tapi namanya dikenal karena dia selalu memberi dan memberi. Sama orang kayak gitu kita kepengen kayak gitu, boleh.

Dari kalangan salaf kita dulu ada yang begitu, Al Habib Ahmad bin Zeid, murid dari Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad. Al Habib Ahmad bin Zeid, ulama bukan orang sembarangan. Tapi dijuluki ‘bapaknya masjid’. Kenapa? Gak boleh liat masjid rusak dibenerin sama dia. Gak boleh liat satu kampung gak ada masjid, dibangun sama dia. Dan kalau dia ngebangun gak tanggung-tanggung, dia pasti turun tangannya totalitas. Begitu dia liat ada masjid lagi dibangun, dia datang, dia bilang, “Ini masjid ane yang urus sampe kelar”. Dan dia akan kasih syarat, syaratnya apa? “Saat proses pembangunan gak ada yang boleh campurin bangunan ini, kecuali saya. Murni hanya saya. Termasuk tukangnya. Tukangnya saya yang pilih.” Dan tukang itu dikasih pesan, “Selama kamu ngebangun disini, kamu gak boleh makan kecuali dari makanan yang saya bawa. Kalau sampai ketauan kamu makan yang bukan makanan saya, maka saya akan berhentikan kamu.”

Kenapa beliau bikin syarat begitu? Karena dia ingin masjid yang dibangun sama beliau, hatta tukangnya saja makannya dari makanan yang halal.

Satu waktu, tukang nungguin sampai waktu istirahat habis, makanan belum juga datang. Qodarullah tiba-tiba ada orang nganterin makanan, dipikir tukang mungkin Habib Ahmad terlambat dan ini makanan diutus oleh Habib Ahmad, wal hasil itu tukang makan. Orang yang ngasih bukan haram juga. Gak lama Habib Ahmad datang nganterin makanan dan bilang, “Maafin telat.” Tapi begitu dia liat kulinya sudah pada makan. Apa yang terjadi?

Kenapa ente makan, ane udah kasih tau jangan makan selain dari ane.”

Tukangnya jawab, “Gimana kami lapar, tapi ente gak datang-datang, tau-tau ada yang anter makanan, kita pikir ini kiriman antum.”

Saking wara’nya, 40 hari tukangnya disuruh istirahat, gak boleh makan kecuali makanan dari dia. Dibersihin dulu. Saking pengennya masjid yang dibangun sama sesuatu yang benar-benar bersih dari syubhat. Habib Ahmad bin Zeid adalah murid kesayangan Habib Abdullah Al Haddad, beliau juga pengarang kitab Risalatul Jami’ah.

Tau kisah-kisah seperti itu membangkitkan ghiroh (semangat) kita.

Yang kedua, orang yang diberikan oleh Allah SWT anugerah ilmu yang bermanfaat dan dia amalkan ilmu tersebut, lalu dia ajarkan orang. Habib Ahmad bin Zeid juga seperti itu.

Orang soleh itu ditawarin posisi, tapi ditawarkannya itu posisi kewalian.

Habib Abdullah Al Haddad pernah ditawari Maqomnya Syekh Abdul Qodir Al Jailani.

Mau ga ente dikasih Maqomnya Syekh Abdul Qodir Al Jailani?”

Habib Abdullah Al Haddad senyum, dan berkata, “Kalau Maqom Syekh Abdul Qodir Al Jailani kasih ke murid ana aja, kasih ke Ahmad bin Zeid.”

Maka Habib Ahmad bin Zeid menempati kewalian setara dengan Syekh Abdul Qodir Al Jailani.

Habib Ahmad bin Zeid adalah anak ruhnya Habib Abdullah Al Haddad. Kalau anak ruhnya saja maqomnya setara dengan Syekh Abdul Qodir Al Jailani, lalu Habib Abdullah Al Haddad Maqomnya apa?

Wali-wali Allah itu ibadah gak tanggung-tanggung.

Kenapa kita ini penting merunut dan belajar dari kisah hidupnya mereka orang-orang soleh di tengah kita? Nyata adanya, ini bukan dusta. Kalau cerita ini terus dipendam, gak kalian dengar, kalian mau dengar siapa? Kamu mau liat siapa? Kamu gak akan kenal sama orang soleh di kalangan kita. Anak-anak kita gak ada yang tau panutan mereka yang sebenarnya siapa. Karena yang ada di sosmed bukan tentang mereka orang soleh.

Iri bukan pada apa yang Allah SWT anugerahkan pada seseorang, tetapi iri dari apa yang Allah SWT tunjukkan pada kita dari kelebihannya orang lain.

Ada orang sebegitu lapangnya hati dalam berilmu, dalam memberi, dalam berbagi ilmu. Kenapa kita baru ngasih ilmu sedikit saja sudah minta pengakuan, penghargaan, penghormatan sampai membuat kita rusak dari niat? Naudzubillah min dzalik ..

Rasa iri dengan orang diperbolehkan, namun irinya harus benar. Irinya jangan sampai salah. Mudah-mudahan irinya kita ini iri kebaikan dan jangan sampai kita salah dalam menempatkan rasa kita ingin seperti apa yang mereka lakukan. Dalam dunia kitab itu namanya Ghiftoh (iri pada kebaikan).

*Pembahasan Kitab Nafahat Ramadhaniyah*

Ramadhan itu tamu agung.

“Wahai kalian orang-orang muslimin, ini adalah tamu kalian yang agung. Dia datang kembali kepada kita dengan nikmat Allah SWT selamat afiyat dalam menyambut datangnya Ramadhan.”

Maka orang jika kedatangan tamu, umumnya ngapain? Siap-siap.

Yang termasuk dalam menyambut Ramadhan:

  1. Menyambut Ramadhan itu dengan puasa.

Jika kamu menjalankan ibadah puasa, itu adalah bagian dari kamu dalam menyambut Ramadhan.

  • Sambut dia juga dengan ibadah di waktu malam.

Dengan tarawih, menghidupkan malam-malamnya dengan tahajud, witir yang kita lakukan.

  • I’tikaf di rumah-rumahnya Allah SWT.

Ini dianjurkan untuk laki-laki. Kalau perempuan boleh jika jauh dari fitnah. Misal, perempuan pergi I’tikaf dengan yang bukan mahram, itu bukan I’tikaf. Sama dengan pergi mengaji, tapi perginya dengan yang bukan mahram, bukan ngaji itu. Mau cari pahala, tapi caranya salah.

  • Baca Al Qur’an.

Baca sambil mempelajari Al Qur’an. Belajar tafsirnya, belajar tajwidnya, atau makmurin diri dengan membaca Al Qur’an.

Gimana kamu mau melakukan suatu kebaikan, tapi jalan untuk melakukan kebaikan itu haram? Kebaikan apa yang kamu cari? Ilmunya dimana yang manfaat? Hadir pengajian tapi ngejalanin yang dilarang.

Kalau kamu orang yang jahim (gak paham), itu masih bisa di tolerir. Lah justru kadang-kadang yang bikin kecewa itu orang majelis tapi masih bisa berjalan dengan Ikhwan, gimana? Masa gak malu itu?

Misal, kamu sudah nikah. Kamu pengen banget I’tikaf, suami gak I’tikaf. Ya kamu temenin suami di rumah, jangani’tikaf di luar.  

Beda kalau suami yang ngajak I’tikaf. Suami di bagian laki-laki, lalu istri di bagian perempuan. Benar itu jalannya.

Dimana perempuan bisa dapat pahala I’tikaf? Kalau kamu lagi umroh. Masjid Nabawi, Masjidil Haram, itu Mahalul I’tikaf, itu tempatnya I’tikaf.

Atau misal ada kajian di masjid. Kamu gak haid boleh masuk masjid sambil kamu niat I’tikaf. Jadi sambil kamu belajar (kajian) sambil kamu niat I’tikaf.

Jangan sampai dalam menghidupkan waktu-waktu ini dalam taat, kamu terabaikan, terlalaikan gara-gara urusan harta dan urusan mengurus anak.

Ramadhan ini luar biasa. Pahala berlipat ganda, kesempatan terbentang luas di depan mata, tapi godaannya juga luar biasa.

Diantara godaan yang sering datang itu adalah godaan banyaknya pesanan karena puasa. Tukang kue laku, tukang jahit laku, semua apa saja laku. Kebanyakan orang diuji dengan ini yang menjadikannya lupa dalam taat. Kebanyakan orang diuji dengan berkahnya Ramadhan ini mengalihkan dia menghidupkan waktunya untuk taat. Sehingga waktunya habis hanya untuk ngurusin hampers. Kamu harus pandai, cerdas, bijak dalam mengelola manajemen waktu. Karena banyak orang disini kalah, hancur, rusak dari kemuliaan ramadhannya gara-gara terlalu fokus meraih untung dalam materi dunianya.

Kalau kita dikasih sesuatu yang menguntungkan kita, itu boleh. Tapi jangan sampai melalaikan kita pada ibadah, jangan sampai mengabaikan kita dari berbuat kebaikan, mau itu urusan harta sampai urusan anak. Anak selalu menjadi alasan orang gak bisa ngaji. 

Ada orang dikasih pekerjaan shift malem (larut), dia mau dan dia gak keberatan ngejalanin itu. Akalnya dengan mudah menerima. Tapi giliran ibadah, seperti tarawih, entah kenapa hawa nafsunya bisa mengalahkan dia dalam berbuat kebaikan.

Hati-hati juga dalam bukber. Dalam bukber itu tarawih bubar. Bukbernya iya, tarawihnya kelewat. Naudzubillah min dzalik ..

Allah SWT berfirman, “Siapa yang karena harta dan anak lalu kamu terbuai dan lalai untuk mengingat Allah, maka kamu tergolong orang yang rugi.

Allah SWT ingetkan kita, “Berinfaklah kamu dari apa yang Kami berikan kepadamu, sebelum datang kepadamu kematian.”

Kita disuruh berbagi dari apa yang Allah SWT kasih ke kita. Allah SWT gak pernah ngomong bagi harta kamu. Apa yang kita punya gak ada yang datangnnya dari kita, semua yang kita punya datangnya dari Allah SWT. Berapapun nilai yang kita punya, semua itu datangnya dari Allah SWT.

Kalau sudah datang kematian, semua dari kita akan berkata, “Ya Rabb andai kau undur-undur kami, jangan kau cabut nyawa kami sekarang, kami akan bersedekah agar kami tergolong orang-orang solihin.”

Orang yang meninggal penyesalannya itu minta diundur kematian bukan karena mau pamit, tapi justru dia mau menginfakkan hartanya agar menjadi golongan orang-orang solihin.

Kalau memang meninggalkan warisan banyak adalah anjuran, maka Rasulullah adalah orang pertama yang akan meninggalkan warisan ke anak-anaknya, tapi itu gak dilakukan sama Nabi. Apalagi tau Nabi punya keturunan sampai hari kiamatpun ada.

Sesungguhnya Allah SWT tidak akan pernah menunda satu jiwa jika sudah datang ajalnya.” Gak akan pernah ada yang ditunda oleh Allah SWT.

Allah SWT Yang Maha Memberitahukan kepada kita apa yang dia perbuat.”

Cukup ini sebagai nasihat yang dapat kita renungkan. Penyesalan-penyesalan orang yang rugi karena sering kali terlalaikan karena urusan harta dan akan-anaknya.

Mengurus anak bagus, bagian dari amal, bagian dari ibadah. Tapi kalau dengan mengurus anak, iman kita menjadi pupus, maka kita adalah orang yang rugi kata Allah SWT.

Harta pun begitu. Nyari uang boleh, kerja boleh, mau cari makan atau mau cari uang untuk berbagi boleh. Tapi jangan sampai gara-gara itu uang, kamu lupa sama Allah SWT.

Kalau punya harta tapi bikin kamu gak ngaji, buat apa? Punya harta tapi bikin kamu gak kenal sama Allah, buat apa?

Rumah yang besar tapi dihati tidak ada Allah dan RasulNya, maka pastikanlah rumah besar itu pengaruh atau tidak. Karena nyatanya hati mereka padam tidak punya cahaya. Walaupun rumahnya besar, lampunya kristal, tapi hakikatnya hatinya gelap gulita, hidupnya hampa seolah tak terarah karena tidak ada Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Ada orang rumahnya kecil, biasa aja, bahkan kadang token listrik sampai mati. Biarpun rumahnya gelap karena belum beli token listrik, tapi hatinya gak pernah padam karena dihatinya ada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Ini jauh lebih nikmat.

Betapa pentingnya memiliki harta untuk kita berbagi. Ini bulan suci Ramadhan, jadikan bulan ini bulannya kita berbagi, bulannya kita memberi, bulannya kita merasakan sulitnya orang lain.

Bulan Ini momentnya berbagi. Kamu bikin kolak, bagi ke orang lain. Kamu bikin apa aja, kasih ke orang lain.

Imam Haddad menganjurkan kita untuk berbagi menu buka puasa.

Hampers itu bagus. Hampers bagian dari hadiah.

Kita dalam memberi pun harus cerdas, jangan sampai salah sasaran kalau kamu mau dapat pahala yang lebih besar.

Penyesalan itu selalu datangnya di akhir. Ajal kalau sudang datang, mau kamu merengek kayak apapun juga, gak akan ada cerita yang sudah tiada dikembalikan lagi ke bumi hanya untuk memenuhi hajat-hajatnya. Maka sebelum penyesalan itu datang kita sudah menjadi orang yang bijak dalam menyikapi hal-hal ini.

Kita lebih antisipasi, kita lebih jaga diri, kita lebih waspada, kita lebih mengejar pahala-pahala yang bisa kita ambil, yang bisa kita cari di bulan mulia ini.

Mudah-mudahan Allah SWT pelihara kita, Allah SWT jaga kita. Insyaallah puasa kita semua tidak menjadi puasa yang sia-sia, tapi puasa yang mengajarkan kita pentingnya mengolah jiwa kita, menahan hawa nafsu, jangan sampai kita kalah oleh hawa nafsu kita.

(bulan) Ramadhan, setan tidak ada. Tapi kenapa kita masih suka melakukan kesalahan? Khususnya dosa yang paling ringan dilakukan. Dosa apa? Dosa mulut.

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi bilang, “Orang kalau menjalani puasa, hindari perkumpulan yang sia-sia. Perbanyak menyendiri.

Kenapa disuruh hindari perkumpulan yang sia-sia? Karena pemicu lisan kita untuk ghibah itu karena ada lawan bicara. Jadi kalau belum ketemu adzan, usahain tidak ketemu orang.

Hati-hati dengan bukber yang tempat berbukanya bahaya, yang sholat nya terabaikan, tarawihnya terabaikan.

Kalaupun kamu ingin berkumpul, boleh saja yang pasti berkumpul dalam kebaikan. Seperti majelis, tarawih.

Semakin kita ada di dalam lingkungan kebaikan, maka semakin datang semangat kita untuk tetap berada di lingkungan itu.

والله أعلم بالصواب