Cara mendapat ilmu
Seberapa kamu memberi hartamu untuk ilmu, maka sebesar itu juga ilmu yang akan kamu dapat .

MT Banat Ummul Batul
Ahad, 20 Juni 2021
Kajian Kitab Ta’lim Muta’allim
Ustadzah Syarifah Aisyah Farid BSA

بسم الله الر حمن الر حيم

Dikatakan oleh Sayyidina Ibnu Abbas, beliau pernah ditanya, “Bagaimana caramu mendapatkan ilmu ?” 

Beliau menjawab, “Lisan banyak bertanya dan hati yang banyak berpikir”.

Sayyidina Ibnu Abbas pandai bukan langsung pandai, tetapi selalu bertanya jika beliau tidak tahu seputar ilmu (tidak malu bertanya jika tidak mengerti).

Cara Mendapatkan Ilmu

  • Lisan banyak bertanya kepada Guru (seputar Ilmu yang telah dibahas, bukan masalah pribadinya)
  • Bertukar pendapat dengan Guru, tokoh masyarakat, Alim Ulama, teman dll
  • Hati banyak berpikir dan merenungkan permasalahan tersebut
  • Mengulang-ngulang pelajaran

Siapa Yang Wajib Belajar

Bagi orang yang sehat jasmani dan rohaninya (hatinya sehat), maka ia wajib belajar

Jika rohaninya orang sehat saja wajib belajar, maka apalagi jika rohaninya sakit ?

Namun, jika jasmaninya kurang sehat, dia berhalangan belajar (karena sakit), maka tidak apa-apa.

Tujuan Belajar

Para siswa yang saat ini sedang belajar, ingatlah satu hal, tujuan (orientasi) belajar jangan karena ingin mendapat pekerjaan yang nantinya penghasilannya memuaskan.

Belajarlah karena ilmu, bukan karena gaji yang akan diperoleh setelah belajar. 

Ketika seseorang sudah berilmu, maka syaithon takut dengannya. Karena dengan ilmunya itu dia bisa menyelamatkan dirinya dari dosa.

Pentingnya Berdiskusi

Kenapa berdisukusi dengan Guru, Alim Ulama begitu penting ?

Karena dengan bertukar pikiran kamu akan menunjukkan pahammu dari apa yang kau pelajari. Tanpa itu, seseorang yang tidak mengerti akan semakin tidak mengerti dan yang pandai akan pandai sendiri.

Imam Abu Hanifah tidak akan menjadi Ulama terkemuka kecuali dengan bertukar pikiran dengan tokoh masyarakat pada masa itu, gurunya, teman sesamanya, serta mengulang-ngulang pelajaran.

Belajar atau bekerja ?

Seseorang bisa bekerja dibarengi dengan belajar. Hal ini terbukti pada Imam Abu Hanifah. Beliau belajar, berisukusi, mengulang-ngulang pelajarannya sambil bekerja menjaga tokonya.

Jangan batasi dirimu untuk belajar (mengembangkan ilmu). Seandainya orang yang menuntut ilmu harus bekerja menafkahi keluarganya, maka bekerjalah.

Bekerjalah, tapi jangan lupa menuntut ilmu dan jangan bermalas-malasan.
Belajarlah tapi jangan meninggalkan pekerjaanmu (berhenti kerja).

Jangan karena belajar di Majelis Ta’lim kau jadi berhenti bekerja, ini juga paham yang salah.

Bekerjalah sambil belajar.

Orang yang mau mendekat kepada akhirat bukan berarti menjauhi dunia seutuhnya. Karena walau bagaimanapun manusia hidup didunia (butuh dunia). Jadikan dunia itu yang justru mendorongmu (sebagai jembatan) untuk menuju akhirat

Faedah

Dunia bukan tempatnya istirahat. Dunia tempatnya berjalan (berusaha). Jika dalam perjalanan terasa melelahkan, maka istirahatlah sekedarnya.. 

Niat Belajar Tapi Tak Punya Uang

Tidak ada orang yang lebih susah daripada Ulama yang bernama Abu Yusuf (pada zaman itu). Mau makan susah, hidup miskin, namun kesulitan hidupnya tidak menghalangi dirinya untuk belajar, hingga beliau menjadi Ulama. 

Kalau kamu menganggap dirimu susah, maka kamu akan susah. Tapi kalau kamu yakin, meskipun tidak ada uang, maka nanti akan diberi jalan oleh Allah SWT.

Cara Memperoleh Ilmu Bagi Yang Memiliki Harta Lebih

Ada seorang alim ditanya, “Bagaimana kamu memperoleh ilmu?

Maka dijawab oleh orang tersebut “Saya bisa punya ilmu seperti ini karena mempunyai Ayah yang kaya. Ayah saya memberikan hartanya untuk orang-orang alim dan memberikan harta kepada orang-orang yang mulia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan”.  

Seberapa kamu memberi hartamu untuk ilmu, maka sebesar itu juga ilmu yang akan kamu dapat .

Dengan memberikan harta kepada orang-orang yang mulia, maka itu sebab mengembangkan ilmu pengetahuanmu sendiri.

Maka ingat, “Barangsiapa dari kamu hartanya banyak, maka sebaik-baik harta adalah yang dimiliki orang soleh dan diberikan kepada orang-orang soleh”. 

Wallahu’alam bisshowab