بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kenapa kita harus menyampaikan risalah Nabi ?
Kenapa kita (para Pendakwah) mau mengajar? bukan karena mau mengajar. Tapi mau menyampaikan apa yang Nabi minta untuk kita sampaikan.
Para pendakwah jika ditanya pilih mengajar atau tidur, mereka akan memilih mengajar bukan karena senang mengajar. Lalu apa yang mereka kejar dari mengajar?
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
Ballighu ‘anni walau ayah.
Sampaikan daripadaku walau satu ayat
Artinya yang kita lakukan ini adalah misinya Nabi, permintaan Nabi.
Jika ada diantaramu ingin belajar berdiri (Ceramah), maka kamu sedang menjalankan misi Nabi Muhammad SAW, menyampaikan risalahnya Nabi. Bukan karena mau mengajar mau dilihat, mau dikenal. Tapi tujuannya cuma satu, menyampaikan apa yang Nabi minta kita sampaikan.
Kata Nabi, “Hai kalian yang hadir, sampaikan nasehatku ini kepada yang tidak hadir“. Artinya, setiap orang yang punya ilmu, berkewajiban memberitahu kepada orang yang tak berilmu. Orang yang punya pengetahuan lebih, punya kewajiban untuk memberitahu orang yang tidak punya pengetahuan lebih.
Bagaimana caranya agar tidak grogi saat Ceramah?
Orang yang berdiri didepan orang (ceramah), adalah normal jika ia takut, panas dingin, deg-degan. Meskipun sudah berkali-kali berdiri tampil di depan umum.
Maka tanamkan pada dirimu bahwa apa yang kamu sampaikan itu bukan berdasarkan kata-katamu, tapi kamu menyampaikan apa yang disampaikan Nabi. Jadi apa pedulinya kamu tentang pandangan orang kepadamu ? Jangan melihat orang memandang kita bagaimana .
Tugas kamu adalah menyampaikan apa yang Rasul minta sampaikan. Kalau kamu takut menyampaikan berarti takut karena orang, bukan takut karena Allah dan Rasulullah.
Orang suka atau tidak suka (dengan apa yang kita sampaikan) itu urusan orang.
Kalau memang hatimu tulus, niat menyampaikan pesan dari lubuk hatimu, maka orang akan tulus mendengar apa nasehatmu.
Sesuatu yang kamu sampaikan dari hati. Maka akan sampai ke hati.
Jika saat menyampaikan (risalah) melihat pandangan orang tentangmu, maka niat kita sudah rusak. Karena tujuan kita sesungguhnya adalah menyampaikan apa yang diminta Rasul sampaikan.
Teknik Dalam Menyampaikan (Ceramah)
Jika ada diantara kalian ingin menyampaikan pesan Rasulullah, maka bisa belajar dari teknik dalam ceramah dibawah ini. Susunan Ceramah
- Muqaddimah terdiri dari Puja dan puji syukur , Shalawat kepada Rasul, serta para sahabat dan segenap sekeluarga Nabi . Jika perlu ditambah dengan menyambut Guru dll. Contoh :
- Alhamdulillahi robbil ‘alamin assholatu wassalamu ‘ala asyrofil ambiya’i wal mursalin, wa’ala alihi wasohbihi ajma’in ‘amma ba’du.
- Kepada Yang Mulia, Guru Kami Tercinta Al-Mukarromah Al Muktaromah (sebutkan gurunya)…
- Kepada Yang Terhormat (sebutkan namanya) selaku (sebutkan jabatan/kedudukan/dll)
- Pembahasan. Yaitu membacakan Hadits. Nasehat yang akan disampaikan. Misal..
- “Innamal Amali binniyat..”
- “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya..”
- Menjelaskan Keterangan/makna dari Hadits tersebut.
- Maka dari itu hendaknya dari kita memperbaiki niat. Karena amal setiap perbuatan kita bisa menjad indah, bisa menjadi pahala jika niatnya benar…
- Maka dari itu ubah diri kita, perbaiki diri kita…
- Kalimat ajakan untuk kebaikan.
- Maka dari itu mari bersama-sama kita memperbaiki diri kita..
- Mari sama-sama mulai saat ini tanamkan niat yang baik dalam hati kita agar kita semua bisa menjadalani hari-hari tanpa ada waktu yang terbuang sia-sia tanpa ada amal yang tak berguna
- Awali hari kita dengan niat sebagaimana yang dipesankan Nabi Muhammad
- Lalu tutup dengan Doa.
- Semoga Allah memuliakan kita semua, agar dapat menuntun kita semua, agar dapat mengamalkan apa yang disampaikan Nabi Muhammad.
- Doakan Guru. Selaku murid, seharusnya kita mendoakan Guru apapun itu. ini tidak boleh ketinggalan
- Semoga Allah…
- Mudah-mudahan Allah pelihara Guru kita, Allah panjangkan umurnya,
- Doakan kemashlahatan majelisnya,
- Doakan keberkahan jamaahnya
- Setelah selesai berdoa, jika Gurunya ada didepannya. Maka kalimat apa yang harus keluar dari mulutnya.
- Saya tidak berdiri disini kecuali menjalankan perintahnya Guru
- Kami tidak berdiri sendiri melainkan ingin mendapatkan ridho Guru kami..
- Mengharapkan Allah merahmati kita semua..
- Al-afwu minkum wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh (Permintaan mohon maaf)…
Selanjutnya bisa dikembangkan dari point-point diatas dengan berbagai teori-teori.
Niat Sebelum Ceramah
Al-Habib Nagib berkata, Sebelum maju ceramah, katakan didalam hatimu “tidaklah aku berniat mengamalkan amalan ini kecuali semata-mata untuk Allah“. Jangan lupakan niat untuk Allah. Jangan rusak misinya Rasulullah.
Al-Habib Umar, mengajarkan kepada kita, “Kalau kamu mau belajar, niatkan untuk belajar menuntut ilmu untuk mengamalkannya dan juga untuk menyebarkannya.
Karena tugas menyebarkan dakwah bukan pendakwah saja, tapi kita semua berkewajiban menyebarluaskan dakwah dan kebaikan.
Karena adanya kesadaran para Habaib, Ulama masuk ke Indonesia, membimbing kita, mencetak generasi-generasi selanjutnya, agar terus menyebarluas sampailah islam berkembang di Indonesia dengan sangat signifikan.
Dan tambahannya, setiap ceramah kita tawassul pada Guru-Guru kita, para alim Ulama, dan Para habaib. Dan jangan lupa bersiwak.
Karomah Syekh Said bin Umar Balfah
Syekh Said bin Umar Balhaf, punya masjid di Hadramaut di kota Syihir . Jika ada dari kita yang datang kesana, pasti diminta ceramah walau 1 menit dan walaupun yang mendengar hanya 1 orang.
Karomahnya beliau, jika ada yang punya masalah ketakutan dihadapan publik, maka jika mampir ke masjid itu, dan niatnya benar maka demam panggungnya akan hilang. Itulah Karomah nya Syekh Said bin Umar Balhaf. Beliau hidup sekitar 800 tahun lalu.
Apakah Ustadzah groginya hilang karena datang kesana ?
“Tidak, saya tidak datang kesana karena jarak Tarim-Syihir jauh. Dan pada saat pada kala itu belum seperti zaman sekarang“
Lalu bagaimana Ustdazah menghilangkan rasa takut?
“Kalau saya akan mengatakan pada diri saya sendiri, ‘Mau sampai kapan ente takut? apakah rasa takutmu lebih besar daripada menyenangkan Nabi Muhammad?“
Apa yang kamu bisa lakukan untuk Nabi ? Nabi tidak meminta banyak dari kita.
Dalam teori Public Speaking, jika kamu mau ceramah atau bicara didepan umum, maka ikuti idolamu yang telah menjadi pembicara sukses. Ikuti dia, bayangkan dia.
Misal kamu suka dengan ceramahnya habib Umar.
Katakan pada dirimu, “Saya ingin punya energi positivenya Habib Umar punya masukin energi yang Habib punya“. Tapi juga disesuaikan dengan persiapan..
Kamu tidak bisa ceramah berdasarkan pintarnya kamu. Tapi kita ceramah berdasarkan niatnya.
Niatnya apa ? mau menyampaikan kebaikan. Niatnya harus diluruskan dari awal. Dan jangan lupa untuk bertawassul.
Kisah Ceramah Syekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir Jailani, sewaktu jalan kedepan (mimbar) untuk ceramah, dari mereka sudah ada yang pingsan (duluan).
Sampai dikisahkan anaknya juga ingin seperti bapaknya. Tapi anaknya berpikir , “Abah ceramah begitu doang, saya bisa ceramah lebih dari Abah“. Lalu anaknya diberi kesempatan ceramah. Dia susun ceramah dengan begitu rapi, dengan sajak yang begitu indah, isi ceramahnya tentang surga, neraka, kiamat, ancaman dan kabar gembira dari Allah. Semua disuguhkan olehnya namun tidak ada satupun dari mereka yang menangis ataupun pingsan.
Lalu ditanya Abahnya, “Sudah selesai (ceramah) ?”.
“Sudah” kata anaknya.
Lalu Syekh Abdul Qadir Jailani berdiri. Baru jalan ke mimbar sudah ada orang yang sedih.
Lalu apa isi ceramahnya? beliau hanya berkata, “Semalam, istri saya masak ayam. Setelah dimasak dan diletakkan dimeja makan, belum sempat kami santap ayamnya sudah dimakan kucing.”
Lalu anaknya bingung, berkata dalam hatinya, “Ayah cerita ayam goreng, kenapa orang-orang nangis?”. Banyak yang pingsan, digotong. Lalu turun Syekh Abdul Qadir Jailani
Anaknya penasaran, dan bertanya kepada orang (jamaah). “Memang kamu ngertinya apa dari ceramahnya Abah“
Satu orang jamaah bilang, “Kalam Abah itu sangat dalam, banyak dari yang kita beramal bersiap-siap menuju akhirat, seolah-olah ayamnya sudah matang, belum sempat masuk surga, riya datang menyantap, riya tadi ibarat kucing. Kucing tadi adalah riya yang menyantap ayam (amal) yang kita sudah buat. Belum sempat nikmatin, amal kita hilang tak tersisa.”
Sedalam itu pemahamannya.
Yang satu lagi pemahamannya, “Ayam yang dimasak itu ibarat amal didunia, sampai datang kiamat. Semua orang kumpul, satu persatu amal dihisab, begitu selesai dihisab datang orang yang menuntutnya. Belum sempat merasakan amalnya, lalu datang si kucing, yaitu orang yang menuntutnya. Diambil satu persatu amal pahalanya sampai tidak tersisa dari perbuatannya kecuali kerugian.”
Lalu anaknya berkata pada Abahnya, “Kok bisa orang itu mengartikan cerita se-simple itu dengan makna yang mendalam?”
Lalu Syekh Abdul Qadir berkata, “Wahai anakku, setiap nasehat yang datangnya dari sini (hati) , maka akan sampai kesana (hatinya)”.
Kalau mengingatkan orang, datangnya dari hati bukan pakai hawa (nafsu), bukan pakai kesel, embel-embel niat yang lain, niat ingin dipuji dan sebagainya, maka semua nasehat kita akan sampai ke hati orang dengan apa yang kita harapkan.
Siapa yang menyampaikan dari hati akan sampai ke hati.
Mudah-mudahan ini semua menjadi pegangan untuk menyampaikan pesan Rasulullah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ