Selasa, 8 Maret 2022
MT Banat Ummul Batul
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karangan : Syekh Imam Ghazali
Bab 24. Eps. 55. Bakti Kepada Orang Tua – Part 3
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Baca : 3 Intisari Nikmat
Paraghraph 8 (Hal.83)
Berdoa Sungguh-Sungguh
… : وقلال حسن غريب
Dalam sebuah riwayat, tidak ada yang bisa menolak qodho kecuali doa, maka seriuslah, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena apa yang Allah tetapkan bagi kita, semuanya itu masih bisa berubah dengan doa. Yang lainnya tidak bisa, dengan apapun tidak bisa, tapi dengan doa, apapun tidak mustahil bagi-Nya.
Selagi lisan kita dimudahkan dalam berdoa, maka berdoalah.
..ولا يزيد في العمر
Sesungguhnya tidak ada yang bisa menambah umur kecuali bakti kita kepada Allah, bakti kepada orangtua.
Menjaga Diri dari Pasangan Orang lain
..عفوا عن نساء الناس تعف نساؤكم
Hadits ini berkenaan untuk kaum lelaki, untuk “menjaga dirinya dari istri orang lain“.
Tetapi ini juga bisa untuk perempuan, tinggal dilihat dari sisi yang lain, “jaga dirimu (istri) dari suami orang lain“.
Kamu sudah bersuami atau tidak, tetap jaga dirimu dari pasangan orang lain. Kalau kita melihat suami sahabat, jangan merasa akrab, sedang-sedang saja, apalagi jika kamu tidak memiliki suami. Karena syaithan selalu ada ditengah-tengah.
Para suami disuruh menjaga diri dari istri orang. Istri juga di zaman sekarang diminta untuk menjaga diri dari suami orang.
Jagain matanya, hatinya, menjaga ditahap seolah suami orang punya keutamaan lebih dari suami kamu.
“Enak ya suami si fulan“. “Suami si ini abis jalan-jalan sama istrinya“, mengatakan ini pada suami dengan berniat menyindir agar dia diajak jalan oleh suaminya.
Ketahuilah itu tidak ada baiknya sama sekali. Jika kamu mau, maka ajak suamimu jalan-jalan dengan mengatakan langsung, “Kapan kamu mau ngajak jalan-jalan..”, bukan dengan cara menyindir dan bukan karena melihat orang lain.
Jangan memuji fisik suami orang didepan suami sendiri, “Suami si ini ganteng ya..”.
Bagaimana jika suamimu yang memuji temanmu? bagaimana perasaanmu? Jika suamimu diminta untuk jangan memuji istri orang, maka kamu juga jangan memuji suami orang.
Perempuan tidak nyaman dirumah, cerita lalu bocor sampai “ke luar“. Padahal Allah telah berpesan
..هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ..
..mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.. (QS. Al-Baqarah:187)
Kalau disebut pakaian, maka cacat dia, buruknya dia, kamu tutupi sebagaimana pakaian menutupi aib.
Kalau kamu mampu menjaga aibmu dan pasanganmu, insyaAllah pasanganmu juga akan mampu menjaga aib dirinya sendiri.
Maka pesan Rasulullah, عفوا عن نساء الناس تعف نساؤكم
Walaupun mungkin ada kita jumpai suami atau istrinya sudah baik, tapi masih aja di khianati (selingkuh). Itu hanya berapa persen dari sekian banyak orang yang sejatinya “Istri baik maka suami baik“. Tidak kata , “Percuma jadi istri baik, kalau suami selingkuh mah selingkuh aja“.
Allah kalau sudah mengatakan tidak mungkin bohong. Rasulullah kalau sudah berkata tidak mungkin dusta. Allah berkata dalam firmanNya,
..وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nur:26)
Kalaupun ada kasus yang tertukar itu hanya sekian persen saja, dan untuk dijadikan pelajaran. Bukan dipukul rata.
Maka dalam hadits ini juga , “Jagain dirimu dari istri orang maka istrimu akan dijaga dan menjaga dirinya“. Begitu juga istri, “jaga dirimu, pelihara dirimu, maka suami mu akan terjaga“.
Semakin kamu bisa menjaga diri, insyaAllah suamimu makin terjaga.
Berbakti pada orangtua adalah hutang
وبروا آبا ؤكم تبر أبناؤكم
Berbaktilah kamu kepada kedua orangtuamu, niscaya anak-anakmu kelak akan berbakti kepadamu.
Hukum berbakti pada orangtua adalah hutang. Sebagaimana hadits Nabi,
برّ الوالدين.. دِينٌ ودَينٌ
Berbakti kepada orangtua itu دِينٌ , berupa agama (perintah Allah), ودَينٌ hutang.
Jadi, siapa yang dulunya berbakti, pasti (seperti Allah berhutang), maka anak (keturunan)nya akan berbakti pada dia.
Tapi siapa yang menelantarkan orangtuanya, mengabaikan orangtuanya, sampai-sampai dikirim ke panti jompo.
Dikirim ke panti jompo bukan karena maunya, tapi karena anak-anaknya yang tidak mampu menggembirakan hati orangtuanya dikala usianya lanjut. Sampai mereka lebih senang duduk di panti jompo karena sama-sama senasib, punya teman.
Sedangkan dirumah, anaknya sibuk bekerja tidak sempat mengunjungi orangtuanya. Yang seperti ini juga kamu akan diberi pelajaran dikala usia lanjut nanti, akan dibuat sebatang kara. Saat anak-anakmu berhasil kamu juga akan ditinggal, karena kamu dulu meninggalkan orangtua.
Bagaimana bakti anak yang punya orangtua diluar kota (karena ikut suami)? kamu bisa mengabarinya melalui telepon, tanya kabar. Sekali-kali kunjungi orangtua dengan seizin suami. Syukur-syukur dengan tulusmu, suamimu mau mengizinkanmu mengunjungi orangtua.
Bagaimana kalau kita sudah berbakti pada orangtua, tapi ternyata anak belum berbakti (bertolak belakang) pada kita ? bakti pada orangtua itu hutang دَينٌ (bagi Allah), maka tunggu sampai pada cucumu, cucumu akan menyenangkanmu (berbakti).
Meminta Maaf dan Memaafkan
ومن أتاه أخوه متنصلاً فليقبل ذلك محقاً كان أو مبطلا
Jika datang saudaramu meminta maaf, tulus ataupun tidak, sungguh-sungguh atau tidak, tapi dia datang meminta maaf dan menyadari kesalahannya, maka lihat pesannya Nabi, محقاً كان أو مبطلا, dia (tulus/jujur) benar atau pun tidak dia datang ke kita, kita disuruh terima permintaan maafnya dia.
Bukan urusan kita, dia meminta maaf dengan tulus atau tidak. Kita ini menghukumi apa yang terucap, jadi kalau ada orang yang datang dengan “meminta maaf” pada kita, maka kita memaafkan dia.
Kalau ada orang yang tidak memaafkan orang lain karena “Dia minta maaf ga tulus”, bahasa tulus itu datangnya dari hati, darimana ia tau hatinya tidak tulus ? sedangkan yang bisa melihat hati itu cuma Allah.
Jika dia datang meminta maaf tapi kamu tidak memaafkannya, Jika kalian tidak melakukannya, maka kalian tidak akan sampai ke telaga Nabi.
Jika kita sudah minta maaf tapi dia tidak memaafkan, dia tetap marah, urusan kita hanya sampai meminta maaf, mereka yang tidak mau memaafkan itu, yang hatinya masih penuh dengan dendam, amarah dan keras hati, maka dia tidak akan sampai ke telaga Nabi Muhammad. Jika tidak sampai ke telaga Nabi, maka dia tidak masuk surga.
Karena dari timbangan amal masuk ke Telaga, dari Telaga baru masuk ke Surga. Jadi kalau tidak sampai ke Telaga, tidak masuk surga. Naudzubillahiminzalik. Dari sini kita belajar, ternyata pentingnya memaafkan orang itu besar. Walau kamu di dunia berjuang keras untuk memaafkan, terasa sulit, tapi beri dia maaf, karena tidak ada gunanya emosi, menyimpan amarah.
Mau pilih puas didunia (tidak memaafkan) tapi tidak bisa ke masuk telaga atau memaafkan sehingga bisa masuk dan minum air telaga Nabi Muhammad?
Jangan pernah membicarakan hatinya orang, itu dosa, karena telah “menuduh“. Urusan kita adalah jadilah orang tulus, orang yang bersungguh-sungguh (meminta maaf), jadilah orang baik.
Hinanya Seseorang Karena..
..ومسلم رغم أنفه ثم رغم أنفه
Dalam sebuah riwayat Muslim, meriwayatkan, hinalah hidung, Apa yang dimaksud dengan perumpamaan tersebut ? dikatakan sampai tiga kali “Hinalah hidungnya”. Ini saking rendahnya, ibaratnya hidung ini nempel ke tanah, seolah tersungkur. Ditanya sahabat siapa orang yang hina?Kata Nabi, orang yang hina itu “Orang yang sampai orangtuanya tua (usia lanjut), tapi keberadaan orangtua itu tidak menyebabkan dia masuk surga“, dialah orang yang hina.
Apa maksud dari orangtuanya tidak menyebabkan dia masuk surga? karena dia tidak menjadikan amalnya dia sebagai salah satu amal berbakti kepada Allah. Baktinya kepada orangtua bukanlah penyebab dia masuk surga, maka dia orang yang hina.
Ada orang yang memiliki orangtua yang sudah lanjut usia, dia rajih ibadah, rajin shalat, sedekah dll tapi dia tidak menjadikan ibadahnya dia sebagai bentuk bakti kepada orangtua, dia kesampingkan (bakti pada orangtua), dia tidak mendatangi orangtuanya yang paling utama, dia tidak menyenangkan hati orangtuanya yang paling utama, maka Nabi menyebutnya dia orang yang hina.
Maka Habib Salim As-Syatiri Ra berkata, “Kalau ada dari kita yang memiliki orangtua sampai usia lanjut, kamu tidak menjadikan adanya dia sebagai penyebabmu masuk surga, maka kamu orang yang merugi“.
Itu adalah kesempatan terbesar untuk berbakti pada orangtua, karena justru godaan terbesar pada orangtua yang sudah usia lanjut, karena dia pasti banyak halnya, banyak tingkahnya, banyak inginnya. Barangkali ada orangtua yang sakit, mau tidak mau anaknya yang merawatnya, menyuapi makanan, memandikan, membersihkan kotorannya, ini yang disebut ibadah.
Anak yang dalam satu keluarga yang kerjaannya merawat orangtua, bisa jadi dia yang memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding yang banyak shalatnya
Berbakti kepada orangtua maknanya luas, bukan sekedar mendengar kata saja, tetapi mengurusnya, merawatnya, memperhatikan kebutuhannya, peduli pada kebahagiaannya itu semua masuk kedalam kategori bakti pada orangtua.
3 Doa Jibril Yang Di-Amin-Kan Rasulullah
…يا محمد من أدرك أحد أبويه
Saat Nabi naik ke mimbar lalu mengucapkan آمين tiga kali. Sahabat bertanya “Doa apa ya Rasulullah, tapi kita tidak mendengar doanya?” . Tiga doa Jibril yang di-Amin-kan Rasulullah
- Jika ada ummatmu yang memiliki orangtua sampai usia lanjut, dia tidak berbakti pada orangtuanya sampai dia meninggal dunia, maka Allah masukkan dia ke neraka. Katakan آمين maka Nabi berkata آمين
- Siapa yang dapat bulan Ramadhan lalu dia meninggal, Allah tidak mengampuninya, maka dia masuk neraka. (seperti meninggal dalam keadaan mabuk, dll). Katakan آمين maka Nabi berkata آمين
- Siapa yang ketika disebutkan namamu (Muhammad) dihadapannya lalu dia tidak shalawat, maka dia masuk neraka. Katakan آمين maka Nabi berkata آمين
Potensi untuk masuk neraka itu besar jika tidak berbakti kepada orangtua, karena disitu ada doa Nabi Muhammad SAW.
: ورواه ابن حبان في صحيحه إلا أنه قال فيه
Didalam riwayat Ibnu Hibban disebutkan , “Siapa mendapati orangtuanya hidup dalam usia lanjut (membesarkan dia, mendidik dia, menikahkan dia), tapi dia tidak sempat bakti, berbuat baik, tidak sampai menyenangkan orangtua, dua-duanya atau salah satunya, kemudian dia wafat, maka dia masuk neraka“. Katakan آمين Kata Jibril, فكلت : آمين jawab Rasulullah.
Maka jika kita masih punya orangtua, maka kunjungi, telepon dan tanyakan kabarnya, kirimkan sesuatu kepada mereka, gembirakan mereka. Tanamkan tekad, mau datang bulan suci Ramadhan, insyaAllah kita bakti pada orangtua kita, bakti pada Allah dan Rasulullah.
Sebanding dengan Pahala Haji
Didalam hadits lain dikatakan, “Barangsiapa ingin mendapatkan pahala haji dan umroh maka hendaknya ia berbakti pada orantuanya“
Melihat wajah kedua orangtua kita dengan pandangan Rahmat lebih utama daripada memandang Ka’bah
Maka sayangi mereka, junjungi mereka, berikan apa yang bisa kita berikan, lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mereka. Mudah-mudahan dengan itu semua menyebabkan kita, insyaAllah bisa sampai ke Telaga Nabi Muhammad SAW, melintasi jembatan sirath bersama Nabi Muhammad. InsyaAllah bisa bersama Nabi Muhammad SAW masuk surga. Aamin Ya Rabbal Alamin.
Semoga ini menjadi nasehat berharga bagi kita semua, penegur bagi kita semua yang barangkali masih ada yang belum tau hak-hak pada keluarga terutama pada orangtua.
Mudah-mudahan Allah terus tuntun kita untuk terus menjadi anak yang berbakti.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ