بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Tanggal : Sabtu, 16 Juli 2022 (Pelajaran diulang kembali Sabtu, 20 Agustus 2022)
Kitab : Iqdul Juman
Karya : Syekh Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawy
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Ayat 12, 13 Mujaddalah
Dikatakan oleh pengarang (semoga Allah merahmati mereka semua para Ulama kita).
“Sudah sepatutnya bagi orang-orang yang hendak menziarahi makam Nabi saw, sebelum dia ziarah di waktu itu hendaknya dia bersedekah terlebih dahulu .”
Kenapa dianjurkan begitu? Karena dulu di zaman Nabi Muhammad SAW ada ayat yang sudah tidak dipakai sebetulnya syariatnya karena ayatnya itu dihapus tetapi ulama tetap mengamalkannya. Ayatnya itu ada dalam Surat Al Mujaddalah ayat 12-13.
Dalam Surah Al Mujaddalah ayat 12 dan 13 (dimana dua ayat ini saling berkaitan tetapi turunnya terpisah, bukan dalam satu waktu). Bunyi ayatnya,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُوْلَ فَقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوٰىكُمْ صَدَقَةً
“Hai kalian orang-orang yang beriman, jika kalian mau mengadakan pembicaraan khusus dengan Nabi saw, maka hendaklah kamu mengeluarkan sedekah, .. ” (Al Mujaddalah – ayat 12)
Asbab Turunnya Ayat
Asbab dihapusnya ayat ini, kejadiannya, dulu di zaman Nabi SAW, para sahabat banyak yang curhat, berkonsultasi kepada Nabi SAW.
Ketika ada masalah, ada perkara rumah tangga, ada masalah dalam urusan dagang, datang ke Nabi SAW. Apa saja masalah hidupnya orang-orang Madinah saat itu, datangnya selalu kepada Nabi SAW. Sehingga, Nabi SAW kelihatan lelah karena mendengarkan keluh kesahnya orang-orang sekitar.
Allah SWT melihat hal tersebut memberikan sedikit teguran, karena kala itu orang miskin dan orang kaya sama curhatnya. Dan orang mampu ini curhat sampai (membuat) orang fakir tidak kebagian jatahnya curhat.
Maka turunlah ayat 12 Al Mujaddalah dimana Allah SWT memerintahkan , “Kalau kamu ingin berdialog khusus dengan Nabi SAW, maka kamu bersedekah terlebih dahulu pada orang miskin dengan sebagian dari hartamu .”
Sambungan Al Mujaddalah ayat 12,
ذٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَاَطْهَرُۗ
“itu lebih baik bagimu, dan lebih menyucikan jiwamu.”
Dalam ayat ini Allah SWT ingin mengajarkan adab kepada kita bahwa, mendengarkan cerita orang lain itu melelahkan, kamu juga harus merasakan sesuatu yang lebih. Mereka (yang mendengarkan) sudah menyita waktunya untuk kamu, kamu mau (memberi) apa? Apa hartamu tidak bisa kamu infakkan? Hartamu tidak bisa kamu bagikan? Ibaratnya seperti itu. Ini bukan tentang salam tempel, tapi tentang kepedulianmu.
Ulama berkata di dalam ayat ini, Allah SWT ingin mengajarkan kepada para sahabat tentang kemuliaannya Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah orang mulia, kamu tidak bisa semau kamu keluar masuk (rumahnya), bercerita. Meskipun Rasulullah SAW menyediakan dirinya untuk hal itu.
Saat ayat itu turun, semua orang-orang sebelum bertemu dengan Rasulullah, mereka bersedekah. Tiap ada yang mau bicara berdua dengan Rasul, mereka bersedekah terlebih dahulu. Sedekah ke fuqoro’ yang ada.
Tapi suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga merasakan kesulitan karena dia bukan orang ada. Jadi saat mau berdialog berdua dengan Rasul, Sayyidina Alli tidak punya apa-apa yang bisa dia sedekahkan.
Pada saat itu orang-orang yang membaca ayat ini, yang miskin menghentikan keinginannya bicara berdua dengan Rasulullah, artinya mereka tidak berani lagi curhat kala itu. Mereka (yang miskin) berusaha tidak curhat kepada Rasul sebelum mereka bisa bersedekah. Sedangkan orang yang kaya yang ingin curhat kepada Nabi, mereka mundur pelan-pelan.
Lalu Allah SWT melanjutkan (Sambungan Al Mujaddalah ayat 12),
فَاِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Kalau kamu tidak menemukan apa yang bisa kamu sedekahkan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Saat Allah melihat banyak dari orang-orang susah itu bingung ingin curhat ke Rasul karena tidak bisa bersedekah, akhirnya turun ayat selanjutnya yang menghapus ayat sebelumnya. Lalu turun ayat 13, maka perintah ayat 12 tidak terpakai. Bunyi ayat 13,
ءَاَشْفَقْتُمْ اَنْ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوٰىكُمْ صَدَقٰتٍۗ فَاِذْ لَمْ تَفْعَلُوْا وَتَابَ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Kata Allah SWT, Apa kamu takut miskin? Apa kamu takut dengan apa yang kamu keluarkan sedikit itu? Apakah kamu takut akan menjadi miskin karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? maka kalau kamu tidak berbuat hal demikian, maka Allah SWT akan memberikan taubat padamu.
Jika kamu mundur karena kamu takut miskin, kamu salah. Tapi jika kamu mundur karena kamu memang tidak mampu, maka Allah memaafkan kamu. Kamu boleh bicara berdua dengan Rasulullah tanpa bayar, tapi syaratnya dirikan sholat, tunaikan zakat, taati Allah dan Rasulullah. Sesungguhnya Allah Maha Tahu atas segala yang kalian perbuat (anjuran ini untuk orang kaya dan orang miskin).
Maka perintah sedekah tadi dihapus (Ayat Al Mujaddalah : 12). Sebagai gantinya Allah SWT memerintahkan, “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jadilah orang yang mengikuti semua perintah Allah dan RasulNya. Dan Allah Maha Tahu atas segala apa yang kamu perbuat” (Al Mujaddalah : 13).
Pandangan Ulama
Pandangan orang-orang soleh menyikapi kejadian ini (Al Mujaddalah ayat 12-13), Ulama tidak menganggap ayat ini terhapus begitu saja perintahnya, tapi mereka merasa ini pernah menjadi perintah. Artinya sepatutnya kalau kita merasa mampu dan sanggup (untuk bersedekah), kenapa tidak melaksanakannya?
Orang-orang yang punya iman lebih, mereka tetap sedekah. Mereka tetap mengeluarkan apa yang harusnya mereka keluarkan. Sayyidina Ali, Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, sebisa mungkin mereka berinfak, maka mereka berinfak.
Itulah yang seharusnya kita terapkan dalam kehidupan kita terkhusus saat kita ingin datang ke tempat-tempat yang sekiranya (ruh) Rasul hadir disitu. Misal, Maulid Nabi SAW.
Ulama menambahkan, itupun sepatutnya kalian lakukan saat kalian ingin konsultasi kepada guru-guru kalian. Kalau kita ingin bertemu guru-guru kita, ada hal privat yang ingin kita sampaikan, maka siapkan sedekah yang akan kamu sedekahkan.
Imam Nawawi ketika ingin bertemu dengan Gurunya, sudah menyiapkan apa yang perlu dia berikan, apa yang perlu dia hadiahkan. Ia lakukan dulu apa yang bisa ia lakukan sebagaimana yang diajarkan, baru ia bertemu dengan Guru. Karena dia tidak mau hanya datang dan membiarkan Gurunya hanya mendengarkan keluh kesahnya.
Lakukan ini juga kepada Guru-Guru kita. Kalau ada anak kita yang ingin didoakan, atau diri kita punya hajat, aqiqah, tahnik atau apapun itu, itu semua berkenaan dengan menyita waktu sang Guru. Itu semua kita ingat ada pesan dari Allah, dari Ulama kita, sediakan sedekah kita. Berapa sedekah kita untuk kita sedekahkan di jalan Allah SWT. Mau kita kasih ke Guru kita, atau ke orang lain itu bebas.
Saat kita sedekah memberikan kepada orang yang tepat, orang yang tepat tidak akan memakan uang kita dengan cara yang salah.
Kata Ulama, sedekah yang utama itu adalah kepada keluarga. Tapi sebelum itu ada sedekah yang paling utama, yaitu kepada Ulama. Karena jika kamu sedekah kepada Ulama yang tepat, Ulama yang tepat itu tidak akan menyalahgunakan sedekahmu. Dia akan gunakan kemana yang lebih membutuhkan.
Tidak ada angka yang mampu menyamai waktu mereka (Ulama, Masyaikh, Guru). Karena waktunya para Ulama itu berharga, ibadahnya mereka kepada Allah, dzikirnya, sholatnya kepada Allah, dan ilmu yang mereka ajarkan untuk kita, belum lagi masalah pribadi hidupnya, tapi masih mau mendengarkan curhatan orang lain.
Anjuran Ulama Ketika Berziarah Ke Maqam Nabi
Ulama menganjurkan, sebelum kita ziarah ke maqam Nabi SAW, sedekah terlebih dahulu. Misal, bertemu dengan tukang sapu di masjid Nabawi, orang yang membersihkan masjid Nabawi, maka kita sedekah dulu kepada mereka. Siapkan 10 real, 20 real atau berapapun seikhlasnya kita berikan ke mereka.
Hai kalian bagi yang mampu, kalau kamu bisa berinfak, bisa bersedekah, bisa membantu orang, sebelum kamu mendatangi maqam Rasulullah SAW, maka lakukan segala hal yang dapat menyenangkan hati Rasulullah SAW.
Walaupun perintah ayat 12 itu terhapus, tapi sepatutnya kita sebagai orang yang beriman, sebagai orang yang mengaku cinta kepada Rasulullah SAW, kita mau menunjukkan kebahagiaan dulu untuk hatinya Rasul SAW, memberikan kesenangan kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW itu paling peduli dengan orang susah. Dan kalau kita menyenangkan orang susah, Rasulullah SAW akan senang dengan kita.
Kalau kamu tidak bisa melaksanakan (perintah sedekah) karena kamu benar-benar tidak punya, maka cari perbuatan baik lainnya yang Rasulullah (pernah) perbuat. Contoh, menyingkirkan batu di jalan yang menggangu orang jalan. Membantu orang tua yang susah jalan. Paling tidak jangan menghilangkan pahala sodaqoh.
Mengucapkan Tahlil “Lailahaillallah” bagian dari sedekah, mengucapkan “Subhanallah” bagian dari sedekah, mengucapkan “Alhamdulillah” bagian dari sedekah. Jika kamu tidak bisa memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan, maka lakukan bentuk sedekah dari sisi yang lainnya. Lakukan apapun yang dapat menyenangkan hati Rasulullah SAW.
Anjuran Ulama Lainnya
Ini sangat dianjurkan juga kita lakukan kepada Guru-guru kita. Jangan pernah berbicara/ngobrol/curhat pada Guru ketika Guru sedang makan.
Contoh, Guru sedang sendirian, lalu kita ingin curhat. Bagaimana sepatutnya etika seorang murid kepada guru?
Etikanya bertanya, “Ustadzah ada hal yang ingin saya bicarakan, apakah Ustadzah berkenan jika saya berbicara sekarang?”
Keputusan bukan ada di kamu. Guru yang memutuskan mau berbicara saat itu denganmu atau tidak. Dan kamu sebagai murid harus menerima apapun keputusan guru. Ini bagian dari adab.
Kedekatan dengan guru bukan tentang seberapa sering kamu menghadapkan wajahmu ke guru. Kedekatan dengan guru, bukan tentang seberapa sering kamu ada di depan wajahnya, sering mengajaknya berbicara, atau dan lain sebagainya. Tapi hakikatnya kedekatan dengan guru itu hal-hal yang dijalin melalui hati. Pengakuan itu bukan dipaksa, pengakuan itu akan apa adanya.
Tanamkan di hatimu tentang ikatan hatimu dengan Guru, bukan tentang seberapa dekatnya kamu dengan Guru.
Jika kita orang yang sudah sering bertemu Guru, semestinya kita yang paling mengerti, yang paling memahami, yang paling bisa memberikan keleluasaan untuk Guru istirahat, untuk guru berbincang atau bertemu dengan orang lain.
Manusia itu kalau sesuatu yang dilakukan dengan “bayar“, dia akan berpikir, dia tidak akan mengeluarkan sesuatu kecuali benar-benar penting.
Allah swt berfirman, ذٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَاَطْهَرُۗ
“Perbuatan ini baik bagimu bahkan lebih mensucikan ..” (Al Mujaddalah ayat 12).
Orang bersedekah itu mensucikan hati, mengajarkan diri jauh dari sifat kikir, dan mengajarkan arti peduli.
Bagi yang tidak punya rezeki, tidak punya uang, tidak bisa memberikan apa-apa untuk Guru, paling tidak melakukan hal-hal yang membuat Guru senang.
Kita patut menghargai para Masyaikh, para alim Ulama, para Guru, agar kita sama-sama tahu nilai dan kedudukan mereka, terkhususnya nilai dan kedudukan Baginda Nabi Muhammad SAW, para Masyaikh, para Alim Ulama, para Guru semaksimal mungkin melakukan apapun yang bisa membuat hati Nabi Muhammad SAW bahagia.
InsyaAllah mudah-mudahan jiwa-jiwa kita disucikan oleh Allah SWT. Sehingga kita ini terbangkit menjadi orang yang cenderung memberi daripada berharap diberi.
Kita ingin menjadi orang yang senang memberi, bukan diberi. Maka yang muncul di dalam diri kita adalah kemuliaan. Tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah.
Saat kita menjadi tangan dibawah, maka saat kita meminta jadilah orang yang punya iffah, tidak gampang untuk menadah kecuali dalam hal yang memang kamu sudah tidak mampu lagi.
Adab Yang Diajarkan Rasulullah
Diantara bagian dari adab yang diajarkan oleh Rasulullah saw. jika kamu datang ke suatu majelis, jangan duduki tempat duduk yang orang sudah di duduki. Di hadromaut, sekelas siapapun, Habaib, Ulama, jika datang terlambat ke suatu majelis, mereka tidak akan ngotot untuk sampai ke depan. Duduk dimana saja.
Di dalam majelis berusahalah untuk santun, berbudi pekerti luhur, bukan yang “mentang-mentang”, bukan yang sok tahu, bukan merasa ingin dihargai dan dihormati, tapi semua saling menghormati dan menghargai.
Mudah-mudahan ini semua bermanfaat untuk kita semua. Mudah-mudahan kita senantiasa berada di dalam lindungan Allah SWT, dalam inayahnya Allah SWT, dalam pemeliharaannya Allah SWT, InsyaAllah kita semua berada di dalam jalur kebaikan sampai ajal datang menjemput kita semua, Aamiin Ya Rabbal Alaamiin ..
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ