Adab makan
Rasulullah makan karena 2 hal, yang pertama, sumbernya halal. Kedua, toyyib (makanan yang baik) untuk tubuh.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Tanggal : Senin, 27 September 2021
Kitab : Adab (50 Adab, 50 Keadaan)
Adab Makan – Part 2
Karya : Syekh Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA

Pendahuluan

Kebanyakan dari kita, mata kita melihat, tetapi mata hati kita tertutup oleh kecintaan kita kepada dunia. 

Berapa banyak kebaikan yang bisa kita tinggalkan? Maka jika kita sadar kebaikan belum bisa kita tinggalkan, maka jangan meninggalkan diri kita dari kebaikan. InsyaAllah kita bisa perlahan-lahan mengamalkan kebaikan-kebaikan yang ditinggalkan oleh orang baik, kita bisa meniru jejak-jejak mereka, amalan-amalan mereka, sehingga kelak kita bisa bersama dengan mereka.

Kajian Kitab

Penting seseorang itu belajar tidak hanya belajar berdasarkan buku yang dibaca, tetapi perlu dikaji. Agar tidak ada dari kita yang pahamnya menyimpang. Buku kitab adab ini yang kita pelajari, pengarangnya adalah salah seorang murid dari guru besar Al Habib Zein bin Ibrohim bin Smith yang ada di Madinah. Jadi bukan sembarang ulama, ilmunya tidak diragukan lagi.

Tubuh manusia butuh asupan, butuh makan dan minum. Rasulullah pun begitu, Rasulullah manusia, dan beliau pun makan dan minum. Namun ada yang berbeda dari makan dan minum beliau, beliau tidak akan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, kecuali yang halal.

Rasulullah bukan asal lapar lalu makan. Kuncinya pertama, sumbernya halal. Kedua, toyyib (makanan yang baik). Porsi yang Nabi makan menjadi pelajaran untuk kita. Cara Nabi makan menjadi pelajaran untuk kita. Berikut adab makan yang diajarkan Rasulullah saw yang dapat kita amalkan :

  • Membaca Basmallah
  • Membaca do’a makan
  • Jika lupa baca basamllah atau lupa baca do’a makan, maka baca do’a Bismillah Awwalahu Wa Akhirohu
  • Tidak makan dengan tangan kiri, kecuali ada udzur (tangannya patah)
  • Sisa makanan yang sudah dimasukkan mulut jangan dikeluarkan kembali di tempat makanan yang sedang dihidangkan
  • Mendahulukan makan buah-buahan sebelum memakan makanan yang lainnya
  • Mendahulukan orang alim atau yang lebih tua untuk memulai mengambil makanan
  • Tidak mencaci makanan yang tidak disukai
  • Disunnahkan untuk mencicipi garam terlbih dahulu sebelum makan dan juga setelahnya
  • Membaca doa setelah makan
  • Dianjurkan untuk berbicara saat makan (membicarakan hal-hal yang mengandung unsur kebaikan, contoh kisah hidup orang soleh dan tidak menggunjing orang lain)
  • Menggunakan 3 jari (ibu jari, jari telunjuk, jari tengah) jika memungkinkan
  • Mengecilkan suapan terutama jika makan di rumah orang lain atau makan dengan orang lain, atau makan di tempat umum
  • Tidak mengambil makanan lain kecuali makanan yang di mulut sudah ditelan
  • Mengunyah makanan hingga lembut
  • Mengambil makanan yang dekat dengan posisi duduknya
  • Mengambil makanan dari arah samping piring
  • Tidak menggunakan pisau saat memotong daging yang akan dimakan. (Anjuran makan daging dengan memegangnya lalu mengigitnya)
  • Membersihkan sisa makanan pada piring dengan menggunakan jari-jarinya sampai bersih. Itu dilakukan agar piring tersebut beristighfar untuknya.

Di dalam Ihya Ulumuddin – Imam Al Ghazali, “Diantara adabnya makan, di tengah makan memang dianjurkan untuk saling bicara kebaikan.”

Makanan yang kita makan layaknya air. Saat kita untaikan kata-kata yang baik, maka molekul air berubah, energinya berubah. Makanan pun demikian.

Makanan yang dimakan dengan niatan atau yang dimasak dengan niatan kebaikan, maka makanan itu energinya berubah menjadi makanan yang energinya baik, makanan yang berkah.

Nabi saw mengajarkan kepada kita untuk tidak mencela makanan karena khawatir makanan yang dicela itu mempengaruhi efeknya pada tubuh.

Apapun yang kita makan, jangan bicara hal yang tidak baik. Ungkapkan syukur kita kepada Allah swt atas makanan yang kita makan dan petiklah hikmah-hikmahnya orang soleh dalam kisah hidupnya mereka agar itu menjadi inspirasi kita saat hidup dan InsyaAllah makanan yang telah diceritakan akan kebaikan menjadi energi baik untuk tubuh kita.

Sejatinya saat kita makan dengan jari yang banyak, yang terlihat dari kita adalah rakusnya.

Untuk makan jangan pernah dibiasakan tangan kiri, karena yang makan dengan tangan kiri itu syaithon.

Dari sahabat Ka’ab bin malik, “Cara Rasulullah makan adalah dengan 3 jari. Dan setelah selesai makan, beliau mengemut jari tangannya sebelum beliau mencucinya.”

Apa yang berasal dari Allah swt itu yang paling baik, apa yang diajarkan Nabi saw itu yang paling baik.

Nabi saw bersabda, “Siapa yang masih terus menghidupkan sunnah-sunnahku di saat rusaknya generasi umat, rusaknya akhir zaman, maka baginya pahala 100 orang yang mati syahid.”

Kamu bisa menjaga diri dengan ketamakan rasa rakus atau rasa yang begitu besar dalam soal makanan, akan terlihat bagaimana dirimu.

Di dalam kitab Ihya Ulumuddin – Imam Ghazali, “Hendaknya kamu mengecilkan suapan, dan haluskan gigitan makanan, jangan kamu telan, selama kamu belum menelannya jangan kamu ambil makanan yang lain, kecuali kamu telah menelannya.”

Kata Nabi saw, “Tergesa-gesa, terburu-buru itu upaya dari syaithon.”

Dalam ibadah tidak ada ketergesaan. Ketergesaan hanya milik syaithon. Termasuk dalam makan. Islam mengajarkan proses. Yang berproses itu yang paling awet, yang instan hanya numpang sesaat.

Diantara hikmah orang yang mengunyah makanannya hingga lembut :

  • Melancarkan proses pencernaan
  • Mencegah diabetes
  • Menghilangkan bau mulut
  • Menghindari iritasi-iritasi sekitar tenggorokan dan lambung
  • Menekan nafsu makan berlebih
  • Menurunkan berat badan
  • Mengurangi gas dan sendawa
  • Merasa kenyang lebih lama
  • Menghindari resiko keracunan

Menurut dokter gizi, saat kita makan sebenarnya kadar kenyang tidaknya bukan lambung yang memberi sinyal. Yang memberi sinyal itu otak. Otak dapat sinyal dari gigitan. Kenapa kita disuruh mengunyah yang lama? Karena sinyal sampai ke otak itu butuh waktu kurang lebih 10-15 menit. Kalau kita mengunyah pelan-pelan, makan sedikit, sinyalnya sudah dapat sudah kenyang. Tapi kalau kita makannya cepat-cepat, sinyal yang sampai ke otak terlambat, maka seringkali perut terasa begah bahkan sampai tidak bisa bergerak.

Nabi saw berdabda, “Berkah itu turun di pertengahan makanan. Maka makanlah dari bagian samping terlebih dahulu. Dan jangan kalian makan dari bagian tengahnya, agar keberkahan tersebut mengalir terus ke bagian sampingnya.”

Nabi saw bersabda, “Jangan kalian memotong daging dengan pisau, karena sesungguhnya perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang a’jami (orang selain suku arab, orang barat), akan tetapi cara yang paling utama adalah gigitlah daging tersebut karena sesungguhnya hal itu lebih nikmat dan lebih baik.”

Di zaman sekarang jika ingin makan daging steak, potong-potong dahulu dagingnya, lalu taruh pisaunya, lalu makanlah dagingnya menggunakan garpu dengan tangan kanan. Jangan makan menggunakan dua tangan.

Nabi saw bersabda, “Barang siapa yang makan dengan menggunakan piring/mangkok, kemudian sisa makanan di piring tersebut dibersihkan dengan jari-jarinya, maka piring tersebut akan beristighfar untuknya.”

InsyaAllah untuk adab makan berikutnya dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. InsyaAllah kita sudah jauh lebih baik dapat mensyukuri nikmat makanan yang Allah swt anugerahkan kepada kita semua. Aamiin Ya Rabbal Alaamiin ..

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ