Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam

MT. Nurul Huda
Kamis, 13 Februari 2020
Kajian Hadits Arba’in Nawawi
Ustadzah Aisyah Farid BSA

بسم الله الر حمن الر حيم

◾️Hadis ke 15

Berkata baik atau diam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)”

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Huraira.

Allah mengatakan Iman kepada Allah itu, ada kaitannya dengan hari Akhir. Barang siapa yang tidak percaya kepada hari Akhir, berarti imannya itu cacat.

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ

Tanda-tanda iman itu yakin pada hatinya, akan tetapi, itu juga harus disertai dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.

Kalau benar kamu percaya kepada Allah dan hari akhir. Maka berkatalah yang baik.

Dari lisan, orang yang kafir bisa jadi muslim (mengucap syahadat). Orang yang tidak halal, bisa menjadi halal (mengucapkan ikrar saat akad nikah). Dari lisan ini juga, orang bisa masuk syurga (mengucapkan kalimat lailahaillah saat akhir hayatnya). Dari lisan ini juga, orang bisa mendapatkan amal yang paling berat timbangannya (subhanallah wabihamdih subhanallahhil adzim).

Lisan ini bukan hanya membawa banyaknya kebaikan, namun juga bisa membawa keburukan.

Dari lisan ini, kamu bisa makan bangkai saudara mu sendiri (ghibah, menjelekin orang, dll). Dari lisan ini, kamu juga bisa mendapatkan adzab kubur (suka mengadu domba).

Banyak orang termakan dengan kata-katanya sendiri.

Misal, ada orang yang memfitnah dengan kata-kata yang (sebenarnya) tidak (pernah) dilakukan oleh yang difitnahnya itu. Bisa dipastikan, sebelum meninggal dia (orang yang memfitnah) akan mengerjakan apa yang dia tuduhkan itu.

“Tidak ada diantara kita yang mengucap satu kata sekalipun, kecuali dicatat oleh Malaikat Raqib dan Atid”.

Paling banyak amal ibadah adalah melalaui lisan.

  • Jika tidak bisa berkata yang baik-baik, maka أًوْ لِيَصْمُتْ (diam)
  • Pilihannya cuma 2, berkata baik atau diam.
  • Diam itu emas.
  • Kalau hati kita baik, maka yang keluar dari mulut kita itu yang baik baik. Tapi jika hati kita busuk, maka yang keluar dari mulutnya pun yang buruk-buruk.

Dari lisan ini, kita bisa menggembirakan hati orang dan juga bisa menyakiti hati orang.

Kenapa saat kita mendengarkan suatu nasihat, tetapi mencari cari kesalahan orang lain? Kenapa kita tidak menyadari kesalahan kita sendiri. Menujukan nasehat itu (seharusnya) untuk diri kita sendiri.

Berusahalah untuk selalu mengontrol diri, karena kadar keimanan kita itu tergantung oleh lisan seseorang.

Siapa orang yang berpisah dengan dunia, lisannya basah karena banyak berdzikir kepada Allah. Maka akan masuk syurga

Setiap kali kita belajar, jadikanlah nasehat itu untuk diri kita. Bukan menunjuk-nunjuk orang lain.

Maka selalu berkata yang baik, jika tidak bisa bagaimana? Diam. Jangan bertengkar atau membalas cacian.

Diamnya seseorang, sudah menandakan segala-galanya.

Maka dari itu, di hadits ini Nabi menghimbau kepada kita. Bahwa beriman itu, percaya kepada Allah dan hari akhir, serta ada tolak ukurnya yaitu lisannya.

Semakin baik yang diucapkan oleh lisannya, maka semakin baiklah keimanannya.

Karena lisan itu tolak ukur nya adalah dari hati seseorang.

Jika saat (ingin) berkata, kita memikirkan (perasaan) hati orang lain, berarti iman kita baik.

Jika kita ingin bercanda, maka itu diperbolehkan. Asalkan tidak membawa-bawa agama. Jangan jadikan agama sebagai bahan becandaan (olok-olok).

Menghormati Tetangga

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

Barang siapa diantara kalian yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka hormatilah tetangga.

Atau maksudnya disini adalah memuliakan tetangga.

Jangan terlalu pelit dengan tetangga

Rasulullah berkata “saya diwasiatkan tentang tetangga kepada Malaikat jibril, sampai saya mengira tetangga itu dapet warisan” saking malaikat jibril itu selalu mewasiatkan tentang tetangga.

Tetangga menurut islam adalah 40 rumah ke depan, 40 rumah kesamping kanan, 40 rumah kesamping kiri, 40 rumah kebelakang. Jadi kita harus berbaik hati kepada tetangga-tetangga kita yang disebutkan itu.

Maka dari itu, berbuat baiklah kepada para tetangga kita. Karena kitapun akan membutuhkan bantuan dari mereka(tetangga).

Mulailah dari hal hal kecil. Jika sedang memasak, bagi ke tetangga. Jangan sampai tetangga mu, mencium bau masakan mu namun tidak mencicipi masakan mu itu.

Islam menjadikan perilaku kita kepada tetangga, sebagai tolak ukur keimanan kita.

Baik-baiklah kepada tetangga, kalau ada rezeki lebih bagi-bagi kepada tetangga.

Memuliakan Tamu

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu.

Habib Zein bin Smith, berkata “Ambil nih kabar gembira. Apa tuh kabar gembiranya? Tamu itu membawa kepada kita bawa rezeki, begitu tamu itu pulang, dia bawa dosa-dosa seluruh penghuni rumah” Maksudnya bagaimana? Maksud dari membawa rezeki itu adalah tamu itu membawa keberkahan kepada rezeki ahlul baitnya.

Tolak ukur kita dalam memuliakan itu adalah hati kita. Ramah tamah kita dalam menyambut tamu.

Orang yang Dermawan

Orang yang dermawan itu, bukanlah dinilai dari berapa banyaknya kita memberi. Namun dari apa yang mereka berikan lebih banyak dari pada yang ditinggalkan untuknya itu.

Jika seseorang kedatangan tamu yang dia kenal, lalu disuguhi (dijamu). Maka hal itu seperti dia sedang menjamu Rasulullah.

Jika seseorang kedatangan tamu yang tidak dikenalnya, lalu disuguhi. Maka sesungguhnya dia sedang didatangi Allah.

Maka dari itu, tidak ada kerugian saat menjamu tamu.

Tidak ada kerugian saat kita berbagi kepada orang. Maka jagalah mulut kita, jagalah hubungan kita dengan tetangga, dan muliakanlah tamu.

Sifat dermawan ini mahal. Sifat ini melekat pada diri Nabi, Sahabat, dan para orang orang sholeh. Maka kalau kita ingin mencontoh Nabi, sahabat, dan orang-orang sholeh, sifat ini (memuliakan tamu) harus melekat pada diri kita.

Karena hakikatnya, orang yang selalu memberi, tidak akan rugi. Dia akan memiliki kaya hati, yang sangat mahal.

Jika hati sudah kaya, nikmatnya luar biasa.

Perempuan banyak yang masuk neraka karena lisannya, namun bisa dibentengi dengan sedekahnya.

Sayyidah Khodijah itu sangat luar biasa. Karena sayyidah khodijah adalah orang yang sangat dermawan, sangat sabar, sangat mendukung Rasulullah, dan satu satunya istri Nabi yang mendapat salam langsung dari Allah.

بسم الله الر حمن الر حيم