Nabi Yang Lebih Utama
Imanmu tidak akan sempurna kecuali kamu mencintaiku (Nabi) melebihi anak-anakmu

Senin, 02 Januari 2023
Aula DPR Kalibata Jakarta Selatan (MT. Daar Aisyah)
Ustadzah Syarifah Aisyah Farid BSA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Dikatakan bahwa Nabi laksana gesper yang menarik celana anak-anaknya agar tidak tergelincir dan tersungkur dalam jeratan api neraka, diri kita yang mau dekat dengan api hari demi hari. Tapi lagi-lagi Nabi lah yang menarik kita. seperti halnya hari ini kami ditarik untuk hadir maulid, walaupun beliau sudah tiada tapi penjagaannya selalu ada. beruntung bagi mereka yang selalu menghadirkan Nabi di hatinya.

Allah SWT berfirman : “Nabi itu lebih utama dari semua orang-orang yang beriman dan diri kita sendiri”.

Setiap diri kita punya ambisi atau keinginan, sekarang kita koreksi apakah ambisi kita sejalan dengan Rasul?  karena Allah sudah mengingatkan bahwa posisi Nabi harus lebih unggul. Ketika kamu lihat apapun  yang berkaitan dengan kepribadianmu tidak sesuai dengan Nabi maka tinggalkan.

Kata Nabi  : “Demi jiwa ruh yang ada di genggaman Allah, sesungguhnya tidak ternilai kecuali yang dicintai diriku (Nabi)”.

Kata Nabi  : “Imanmu tidak akan dianggap sempurna kecuali kamu mencintaiku (Nabi) melebihi nafsi dan hartamu”.

وَّتُحِبُّوۡنَ الۡمَالَ حُبًّا جَمًّ
Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.

Kita lihat sahabat Nabi, mereka tidak takut berderma, tapi bisa kita lihat dari sejumlah sahabat yang berderma maka justru merekalah yang meninggal dengan meninggalkan harta yang lebih berlimpah, mereka meninggalkan cerita, bersedekah tanpa takut susah. Coba kita berkaca, diri kita begitu takut harta kita habis dimakan kebaikan, padahal kebaikan tidak akan menghabiskan harta.

Nabi mengatakan kembali, kata Nabi : “Imanmu tidak akan sempurna kecuali kamu mencintaiku (Nabi) melebihi anak-anakmu”.

Kisah Julaibib

Kisah Julaibib, ia tidak mempunyai suku bapak,  jadi tidak ada nasabnya dan ditambah lagi fisiknya yang tidak sempurna, pendek, dekil, dan setiap orang yang lewat di dekatnya akan mencium aroma menyengat.  Tapi jangan lupa, ia sahabat Nabi.

Tidak ada yang mau dekat sama Julaibib, baik sahabat ataupun orang Madinah kecuali Nabi Muhammad SAW. Tapi, kekurangan beliau tidak membuat ia mundur dari mendekat kepada Nabi Muhammad SAW. Ia selalu berada di barisan shaf terdepan sholat.

 “Untuk dekat sama Nabi ia percaya diri, tapi untuk dekat sama orang Ia tahu diri”.

Julaibib Menikah

Suatu hari  Nabi bertanya Kepada Julaibib “Kamu nggak mau nikah Julaibib?”. Julaibib bingung,  pertanyaan ini terus berulang, sampai di hari ketiga ditanya seperti itu terus, lalu ia menjawab “Mau ya Rasul, tapi siapa yang mau sama saya?”. Digandeng langsung sama Rasul dibawa ke rumah salah satu sahabat Anshor yang memiliki putri cantik.

Kala itu sahabat (tuan rumah)  begitu kaget ketika tahu kedatangan Nabi.  Sontak Nabi mengutarakan maksud kedatangannya. Kata Nabi : “Kedatangan kami ke sini bermaksud meminang putrimu”.  Mendengar hal itu, Sahabat sangat senang seraya berkata dengan penuh semangat “Tentu saja kami terima dengan tangan lebar dan terbuka”. Namun raut wajahnya berubah kaget dan pucat seketika tahu jika ternyata putrinya  mau dijodohkan sama Julaibib. Abah dan uminya tidak setuju, tapi putrinya dari balik kamar berkata “Tunggu Umi, Abi, bukankah kalau Nabi sudah membuat keputusan kita harus mengikuti? Tolong katakan  sama Nabi bahwa aku menerima lamarannya untuk Julaibib”.

ما شاء الله Allah, pernikahannya langsung di doakan sama Nabi “Semoga Allah memberkahi rumah tanggamu,  dijauhkan dari kesusahan, dan diliputi keberkahan”.

Panggilan Jihad! Nabi Yang Lebih Utama

Baru saja Julaibib masuk ke dalam kamar ternyata ada panggilan jihad, ia rela meninggalkan perempuan cantik itu yang tawarannya tidak datang dua kali, Karena menurutnya  Nabi tetap yang utama. Seperti biasa, ia berada di barisan terdepan pada perang yang berkecamuk.

Setelah perang berlangsung, Nabi bertanya pada  para sahabat, “Tidakkah kau merasa kehilangan?”.  jawab sahabat  “Tidak Nabi”. Berkali-kali Nabi bertanya dan sahabat tetap dengan jawaban yang sama,  tidak menyadari.

Lalu Nabi berkata “Di mana Julaibib?”. Akhirnya sahabat berpencar mencari,  dan ditemukan Julibib sudah syahid dengan tujuh lawan yang berhasil ia hadapi di depannya.  Kala itu Nabi langsung mengangkat Julaibib. Nabi sendiri yang mengantarkan ke peristirahatan terakhir sambil berkata  “Julaibib bagian dariku dan diriku bagian dari julaibib”. Kematian indah yang mengantarkan Julaibib, pengakuan Nabi yang mahal dan berhasil ia dapati, tidak sampai disitu, Nabi berkata “Telah berbondong-bondong bidadari surga yang merindukan Julaibib melebihi istrinya“.

Kisah ini begitu meninggalkan cerita kebaikan, bahwa Tidak ada yang lebih indah dari hidup kecuali dirangkai dengan cintanya Nabi Muhammad SAW ❤.

والله أعلم بالصواب