Tanggal : Senin, 13 Februari 2023
Kitab : Al Aham
Karya : Al Habib Hasan bin Ahmad Al Kaff
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Al Humairo
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
PENDAHULUAN
Majelis-majelis kebaikan seperti ini adalah majelis yang disebut sebagai majelisnya Allah, majelisnya Rasulullah SAW. Maka setiap orang yang diperkenankan untuk sampai dan tiba di tempat ini, mereka adalah tamu-tamunya Allah.
Setiap tempat yang kita datangi, langkah-langkah kita semua ini dicatat dan diganjar oleh Allah dengan pahala yang berlipatganda, pahala yang luas, pahala yang besar, dan inilah adalah besarnya anugerah dan rahmatnya Allah kepada kita.
Allah memberikan kepada kita sebuah ingatan agar kita dapat mengingat setiap kegiatan baik. Ingat sholat, ngaji, ta’lim, hadir undangan, orang tua, anak. Ingatan-ingatan itu adalah nikmat dari Allah. Ditambah lagi, Allah juga yang memberikan taufiknya, anugerahnya sehingga Allah menggerakan langkah kita untuk kita bisa sampai ditempat ini. Allah juga masih tetap memberikan ganjaran pahala saat kita pulang dari tempat ini.
Pahala yang diberikan oleh Allah sesuai dengan kadar niatnya masing-masing. Ada pahala yang dipukul rata dan ada pahala yang diberikan lebih. Pahala yang dipukul rata bagi semua orang yang datang adalah mereka mendapat karunia dan rahmat Allah. Rata untuk yang belajar, tidur, dan sebagainya. Sedangkan, pahala yang diberikan lebih bagi mereka yang datang dengan susah payah. Ada pekerjaan yang harus ditinggal, ada yang punya tanggung jawab didalam rumah tangganya, ada yang mencuri waktu (misalnya saat anak sekolah dan tidur), dan ada yang datang dari tempat yang jauh. Semakin jauh jarak tempuh ke tempat ini, maka semakin besar pahala yang dia dapat. Pahala ini dikumpulkan untuk nanti kita layak masuk surga.
Satu nikmat datang ke kajian, kita tidak akan mampu mensyukuri nikmat ini kepada Allah sampai kapanpun.
Pahala ini dihitung untuk kita nanti agar bisa mendapat rahmatnya Allah masuk kedalam surganya Allah.
Jika kita datang ke kajian, yang kita rasakan adalah hati menjadi tenang.
“Hai orang-orang yang galau, sebenarnya kamu tahu obatnya tenang, tahu tempat mendapat ketenangan, tapi kenapa kamu masih jarang datang kajian?”
Seperti orang yang sakit gigi tapi tidak mau diobati karena menikmati sakitnya. Padahal, tidur tidak bisa, kemana-mana tidak tenang. Jika sakit, maka cari caranya agar hilang sakitnya. Jika dengan kamu menikmati rasa sakit membuat semakin dekat dengan Allah, tidak apa-apa.
Jika ada orang sakit tapi dia tetap membiarkan sakitnya, maka itu sebenernya dia tidak waras. Karna sifatnya manusia itu tidak suka dengan rasa sakit.
Perumpamaan orang itu tidak jauh berbeda dengan orang yang tahu didalam jiwanya dia selalu menemukan ketidaktenangan, selalu menemukan kepanikan, kesuraman, dia tidak pernah benar-benar merasakan arti sebuah kehidupan karena ada rasa sakit yang mengganggu.
Itulah perumpamaan kenapa ada orang didunia ini dia tidak benar-benar menikmati nikmat, karena ada masalah dengan hatinya. Karena jika hatinya tidak bermasalah, maka dia akan menikmati setiap inchi dari proses hidup yang dia raih. Semuanya akan merasakan nikmat. Masalahnya sumbernya harus dari jiwa yang sehat. Jika jiwanya tidak sehat, hatinya tidak tenang, maka itu semua tidak akan bisa mengantarkan dia pada kenikmatan yang hakiki.
Kisah Orang yang Mempunyai Masalah dengan Uang
Habib Umar bin Muhammad bin Hud Al Athos pernah suatu ketika didatangi seseorang. Datang dengan membawa berita tentang suramnya masalah hidup yang diderita.
Subhanallah, Habib Umar tidak menjawab apa-apa tapi hanya tersenyum. Lalu beliau mengatakan ke anak muridnya “Tolong ambilkan dompet saya yang ada disitu“
Hati orang itu berpikir mau dikasih, ada sesuatu yang mau dikeluarkan oleh Habib Umar.
Kemudian beliau mengeluarkan dolar tapi hanya ditempel di jidatnya. Beliau berkata, “Kamu mau senang? Cari ini nanti kamu senang”
Karena masalah dia ada pada uang. Saat dia punya uang, masalahnya selesai sehingga dia senang.
Habib Umar tidak memberikan uang walaupun orang itu datang menangis punya masalah karena orang itu masih sehat, kuat, sanggup mencari, bisa kerja.
Itulah manusia jika mencari senang hanya sebatas materi.
Orang punya uang atau tidak punya uang itu nikmat dari Allah.
Manusia itu senang dengan sesuatu yang lebih. Jika kamu ingin lebih maka usaha lebih.
Masalah mau datang, katakan padanya “ahlan wa sahlan“, karena setiap masalah yang datang selalu akan ada jalan keluar baginya. Setiap kesulitan, Allah janjikan dua kemudahan. Bagaimana bisa kesulitan datang kau menangis dihadapannya, sementara Dia yang menjanjikan dua kali kemudahan untukmu?
Boleh tidak menangisi kesusahan hidup kita? Boleh. Tapi jika kamu ngaji yang benar, maka kamu akan malu menangisi kesulitan yang kamu hadapi karena bagaimana kamu menangisi sesuatu yang sudah Allah janjikan dua kemudahan setelahnya?
Saat menghadap kepada Allah, jangan hanya yakin datangnya masalah dari Allah, tapi datangi dan yakini juga dalam hati kita bahwa jalan keluar pun ada pada Allah, Allah juga yang akan berikan jalan keluarnya.
Inilah nikmat Allah yang sangat luas, kasih sayang Allah yang tidak terbatas, yang selalu mengingatkan kita kebaikan tapi kita adalah manusia yang sering mengandalkan, manusia tempatnya lupa, manusia tempatnya salah.
Hati-hati dengan lupa, walaupun itu sifatnya manusia tapi lupa dari kebaikan terkadang membuat kita kehilangan pahala.
Tapi saat Allah ingatkan kita, kita dapat pahala. Kita datang diberikan anugerah, pulang diberikan pahala, dan diakhirat kita dibalas dengan balasan yang pantas dari-Nya.
Mudah-mudahan kita semua menjadi orang yang beruntung didunia dan diakhirat. InsyaAllah didunia kita menjadi orang yang pandai bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita sehingga kita diberikan kebahagiaan didunia, dibarzakh, dan juga diakhirat. InsyaAllah, aamiin aamiin ya robbal ‘alamin.
KAJIAN KITAB AL AHAM
Urutan sholat yang paling utama dari sholat-sholat berjama’ah
- Sholat Jum’at
Sholat Jum’at itu yang paling utama karena menyatukan semua umat. Saat sholat biasa, kita lihat di masjid-masjid sepi, tapi saat sholat jum’at semua masjid membludak.
Perempuan hukumnya boleh sholat jum’at dan tidak wajib untuk sholat dzuhur jika sudah mengerjakan sholat jum’at. Tapi tempat sholatnya itu harus menjauhkan diri kita dari fitnah dan harus benar-benar jelas (perempuan semua, tidak gabungan dengan laki-laki).
- Sholat Jama’ah Shubuh
Saat seseorang sholat shubuh berjama’ah, maka sholat shubuhnya itu adalah jama’ah yang paling utama kedua.
- Sholat Jama’ah Isya
Nabi Muhammad SAW mengatakan,
“Dua sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat isya dan shubuh”.
Sholat shubuh dan isya adalah dua sholat yang melekat pada jiwanya orang munafik.
Jika seseorang terlihat malas mengerjakan sholat shubuh dan isya, maka dia termasuk orang munafik.
- Sholat Jama’ah Ashar
Sholat ashar punya keutamaan, waktu yang utama apalagi jika pada Ashar di hari Jumat. Jum’at Ashar adalah waktunya Sayyidah Fathimah memilih untuk ibadah. Ashar punya waktu spesial, waktu yang mustajab. Maka sholat berjama’ah di waktu ashar pahalanya besar.
- Sholat Jama’ah Dzuhur
Sholat ashar berjama’ah lebih berat daripada daripada sholat dzuhur berjama’ah. Oleh karena itu pahalanya lebih besar sholat ashar.
Shubuh, orang mulai beraktivitas, tapi berat dari sisi mengantuknya orang. Isya, waktu mengantuknya orang memulai istirahat.
Ashar waktu orang pulang kantor, selesai dari kerjaannya. Maka untuk mereka memikirkan sholat di masjid itu sedikit. Ashar “bubaran” orang pulang, mereka tidak akan fokus dengan masjid, dengan ibadah. Mereka buru-buru untuk sampai pulang (kerumah). Karena sebab itu kenapa ashar derajatnya lebih tinggi daripada dzuhur.
- Sholat Jama’ah Maghrib
Sholat maghrib ada diposisi paling terakhir karena orang-orang itu sudah terdoktrin maghrib adalah waktu yang baik sehingga banyak orang berlomba-lomba hanya di waktu maghrib. Seakan-akan waktu yang lain tidak penting.
Kita harus menjadi orang yang benar-benar mengutamakan pahala yang lebih daripada pahala yang sedikit.
Kita ini orang yang mau cari untung di akhirat bukan cari untung di dunia. Jika saat jualan, walaupun untung tipis kita kejar. Apakah kita melakukan hal yang sama untuk akhirat? Sementara disitu Allah selalu menyisipkan keuntungan yang besar. Pahala yang berlipatganda keuntungannya tidak tanggung-tanggung. Balasan Allah tidak tanggung-tanggung.
Bagaimana orang bisa menganggap, “Ah cukup yang wajib, jangan ribet-ribet. Sudah sholat saja sudah untung”
Itu perumpamaannya seperti orang jualan tidak dapat untung tidak apa-apa yang penting balik modal.
Perkara wajib yang kita lakukan itu adalah modal. Saat kamu mengerjakan perbuatan itu, kamu balik modal dulu. Kamu dapat untung saat mengerjakan qobliyah, ba’diyah, bersiwak, dan berjama’ah. Maka yang kamu kerjakan tadi dari modal, dia dapat untungnya.
Kita diperintahkan oleh Allah untuk berpikir seperti itu agar kita tidak menjadi orang yang pelit dalam hitungan akhirat. Allah memberikan pahala tidak tanggung-tanggung, maka kamu jika memberikan Allah jangan pernah tanggung. Allah tidak pernah memberikan pahala sedikit. Tidak akan pernah kamu temui, Allah memberikan pahala sembarangan. Maka jika kita menemukan tidak ada pahala sembarangan dari Allah, bayangkan orang hanya sholat shubuh lalu dzikir dan wirid sampai matahari naik kemudian dia sholat dua rakaat maka Allah berikan pahala haji dan umroh, ditambah dengan stempel “sempurna, sempurna, sempurna“.
Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Barangsiapa orang yang sholat subuh berjama’ah maka bagi dia pahala bangun separuh malam.”
Dalam riwayat lain,
“Barangsiapa yang sholat isya berjama’ah, maka bagi dia pahala separuh malam, dan yang sholat subuh berjama’ah bagi dia pahala bangun semalaman penuh.“
Kisah Perempuan Datang kepada Nabi Muhammad SAW ingin Menikah
Seorang perempuan datang kepada Nabi dan tiba-tiba mengatakan “Ya Rasulullah, saya ingin menikah. Tolong nikahi saya”
Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat,
“Siapa dari kalian yang ingin menikah dengan perempuan ini?”
Kemudian ada seorang sahabat yang mengajukan diri,
“Saya wahai Rasul, akan menikahi dia”
Perempuan itu mengatakan “Rasul, saya mau menikahi dia asalkan dengan syarat”
Rasul bertanya, “Apa syaratnya?”
Perempuan itu menjawab, “Ada tiga syarat yang ingin ku ajukan, wahai Rasul. Jika dia menepatinya maka aku akan menikah dengannya. Aku ingin orang ini setiap minggu bisa sedekah unta”
Sahabat itu mengatakan, “Saya sanggup, Yaa Rasulullah”
Rasullulah bertanya kembali, “Apalagi syarat yang kedua?”
Perempuan itu mengatakan kembali, “Saya ingin dia banyak bangun malamnya”
Sahabat itu menjawab “Siap, Rasul”
Rasullulah bertanya kembali, “Apalagi syarat yang ketiga?”
Perempuan itu menjawab, “Saya ingin dia sesering mungkin bahkan jika bisa setiap hari khatam Al Qur’an”
Sahabat itu menjawab kembali, “Siap, Rasul”
Subhanallah, akhirnya keduanya menikah.
Setahun kemudian perempuan itu datang kembali menemui Rasulullah SAW dan mengadukan perihal suaminya,
“Dari awal dia menikah sampai sekarang, tiga syarat itu tidak ada yang dikerjakan”
Kemudian sahabat itu dipanggil oleh Rasulullah SAW, dan beliau mengatakan,“Istrimu mengeluh, katanya dari awal nikah persyaratan yang diberikan kepadamu tidak ada yang kamu kerjakan. Bagaimana tanggapanmu?”
Sahabat itu menjawab, “Yaa Rasulullah, semua persyaratan yang dia berikan sudah saya kerjakan”
Rasulullah SAW berkata kepada perempuan itu “Ini jawaban suamimu, semuanya sudah dikasih”
Perempuan itu menjawab “Buktinya tidak, Rasulullah. Saya tidak pernah melihat dia sedekah, bangun malam, baca Al Qur’an. Jikapun dia bangun malam, dia hanya sholat tahajud lalu tidur kembali. Jika dia baca Al Qur’an, tapi saya tidak pernah melihat dia khatam”
Rasul menjawab, “Apa jawabanmu untuk istrimu?”
Sahabat menjawab, “Rasul, syarat pertama yang dia katakan untuk sedekah unta sudah saya lakukan. Bukankah Engkau bersabda barangsiapa orang yang datang untuk sholat jum’at yang pertama dapat pahala sedekah unta? Saya sudah mengerjakan itu. Setiap Jum’at saya yang pertama masuk masjid.”
Rasulullah SAW menjawab, “Apa yang dilakukan suamimu, benar. Lalu bagaimana dengan bangun malam?”
Sahabat itu menjawab kembali “Rasul, saya setiap malam selalu mengerjakan isya dan shubuh berjama’ah denganmu. Bukankah engkau juga bersabda bahwa orang yang sholat isya dan shubuh berjama’ah dia bangun sepanjang malam?”
Rasulullah menjawab kembali, “Kamu benar. Dan bagaimana untuk khatam Al Qur’an sesering mungkin?”
Sahabat itu menjawab, “Sudah saya lakukan. Bukankah engkau bersabda, surat al ikhlas sama pahalanya seperti 1/3 Al Qur’an? Setiap hari saya baca tiga kali. Tidak ada yang saya langar dari persyaratan-persyaratannya. Bagaimana menurutmu, Wahai Rasul?”
Rasul menjawab, “Kamu benar. Sudah kamu pulang kerumah, bicara dengan istrimu.”
Itulah karunia Allah yang Allah berikan bagi semua yang Allah kehendaki. Jika kita melihat balasan rahmat Allah yang Allah berikan kepada kita, itu tidak pernah tanggung-tanggung. Tinggal kitanya saja, pintar tidak mengelola dari apa yang Allah berikan kepada kita.
Orang diberikan pahala yang besar, sukanya yang biasa-biasa saja. Diberikan pahala dengan ganjarannya yang berlipatganda, dia anggap ganjaran itu yang ribet. Diberikan pahala siwak, siwak yang ribet. Diberikan pahala berjama’ah, berjama’ah yang ribet. Padahal itu semua letak keuntungannya. Untung yang besarnya ada disitu tapi banyak orang yang menyepelekan dan mengabaikannya.
Kita jangan menjadi bagian itu. Sudah sepatutnya kita sebagai orang yang beriman, yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul, juga kita sebagai orang yang mengimani ajaran Allah dan Rasul, kita sudah sepatutnya menjadi orang yang setiap kali mendengar satu kebaikan dan disitu terletak banyaknya limpahan pahala yang ada dibaliknya. Kita harus menjadi orang yang paling depan dalam mengerjakannya. Walaupun sedikit tapi kita mengerjakan. Dan kita mencari mana perbuatan sedikit yang disitu mengantarkan kita pada pahala yang besar. Karena orang-orang sholeh terdahulu mereka sering mengerjakan perbuatan kecil tapi besar pahalanya.
Contohnya Ratib Haddad, Ratib Al Athos itu jika kita kaji, masing-masing ada haditsnya. Semuanya isinya dzikir, ada haditsnya, sumbernya, riwayatnya. Mereka menyusun itu amalan sedikit tapi bisa mendapat pahala yang besar.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Dua kalimat yang ringan di lisan tapi berat di timbangan juga dicintai oleh Allah, سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيْمِ“
Kecil tapi manfaatnya yang besar.
Dalailul khoirot itu panjang dan dalam mengamalkannya butuh waktu satu minggu. Subhanallah, datang Habib Salim As Syatiri, dia melihat dalailul khoirot dengan burdah dengan pandangan bashirohnya. “Satu burdah yang kamu baca, lebih utama dari 70x kamu baca dalailul khoirot”
Burdah satu jam, dalailul khoirot satu minggu. Tapi yang dipilih yang ringan, karena sifat manusia mudah jenuh, bosan.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Allah itu tidak akan pernah bosan kepada orang-orang sampai dia yang bosan sama Allah.”
Amalan sedikit tapi dibaliknya pahala yang besar, itulah karunia Allah yang Allah berikan bagi hamba-hambanya yang juga diberikan hidayah olehNya untuk mengamalkannya. Maka jangan sampai kita tidak termasuk golongan orang-orang yang dipilih oleh Allah. Kerjakan sekecil apapun amal perbuatan baik. Berat untuk diawal, tapi jika sudah rutin tidak akan lagi ada kata berat.
والله أعلم بالصواب