Tanggal : Selasa, 27 Desember 2022
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Banat Ummul Batul
بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAHULUAN
Ada seorang ahlul hikam (seorang bijak) mengatakan,
“Jangan pernah kamu menyesal atas hari apapun yang berlalu dalam hidupmu“
Hari yang baik, dia akan membuatmu senang. Adapun hari yang buruk, dia akan memberimu pengalaman.
Kedua hal tersebut kedudukannya penting untuk proses hidup kita. Allah itu adil, selalu memberi kita seimbang.
Tujuan adanya bahagia dan sedih adalah memberikanmu pelajaran agar kamu bisa menjalani hidupmu dengan sempurna.
Sebenarnya tidak ada orang yang mencari bahagia dalam hidup karena bahagia itu diciptakan oleh diri sendiri.
Masing-masing setiap orang memiliki kebahagiaan yang berbeda dan itu bisa dicari sesuai kebutuhannya.
Adapun hal buruk, kita sering mengaitkannya dengan takdir. Padahal mungkin hal buruk itu karena kita yang cari.
Contoh
Ada orang yang sudah diingatkan jangan tidur setelah ashar lalu saat bangun pusing. Itu bukan Allah tiba-tiba memberi kamu sakit, tapi kamu yang mencari sakit.
Terkadang kita tidak adil. Allah memberikan kita keadilan, tapi sikap kita dalam menyikapinya itu yang tidak adil. Jika bahagia, kita seolah menganggap itu adalah upaya kita, sedangkan jika buruk itu terjadi karena Allah yang menakdirkan. Padahal baik maupun buruk semua datang dari Allah dan akan mempengaruhi apa yang kamu buat.
Siapa yang mencari bahagia, maka amalnya akan tertuntun pada amal yang membahagiakan hatinya.
Jika yang kamu cari hanya bahagia didunia, maka yang kamu dapat hanya itu. Tapi jika kamu cari bahagia di dunia dan di akhirat, maka kamu dapat keduanya.
Segala hal baik dan buruk semua terjadi atas izin Allah. Allah yang memberikan senang dan juga sedih tapi itu semua yang membuat pemicunya adalah kita.
Jalaludin Rumi mengatakan,
“Jika kamu tidak ingin sakit hati, maka dimanapun kamu berada jangan mudah meletakan hati. Karena jika sudah meletakan hati, maka akan susah pergi”
Orang yang beriman akan mengartikan kebahagiaan itu adalah kebaikan dan dia juga akan mengartikan keburukan itu adalah kehilangan kebaikan.
Makanya ada ulama yang mengucapkan bela sungkawa karena seseorang tertinggal sholat berjamaah. Bagi mereka itu adalah musibah dan hari buruk.
Jika orang kehilangan kebaikan dan sedih karenanya maka dia disebut orang yang beruntung karena dia tahu nilainya suatu kebaikan.
Nabi Muhammad SAW sering menginsyaratkan tentang orang yang pandai adalah orang yang tahu jika dia kehilangan kebaikan maka dia menyesalinya.
Orang cerdas adalah dia yang bisa memilah dan memilih kepentingannya. Mana yang perlu diprioritaskan.
Semua hari yang berlalu dari kita sebenarnya tidak ada kesialan karena semuanya adalah pembelajaran yang Allah ingin kita belajar dari fungsinya hidup.
Tetapi ulama ahlul hikam lebih dalam lagi mengajari kita untuk menyikap keadaan ini bahwa jika kemarin tertinggal kebaikan, maka jangan hanya begitu saja berlalu tapi dia harus berlomba-lomba jangan sampai kehilangan kebaikan lagi.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan
“Hari raya adalah hari dimana orang terbebas dari dosa dan bisa menambahkan taat”
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
Nabi SAW mengaitkan kebaikan seseorang tergantung dari cara dia mengingat kematiannya. Karena ini menentukan seseorang bila dalam hidup memiliki ingatan dalam diri akan kematian, maka dia akan hidup dalam kehati-hatian, lebih waspada dalam perkara yang membuat dia melanggar segala perintah dan aturan.
Kita tahu, dalam hidup kita punya aturan yaitu syariat Nabi Muhammad SAW. Maka seharusnya seseorang dia mematuhinya.
Saat kamu memutuskan untuk melanggar aturan Allah, bukan hanya kamu yang terkena dampak bahayanya, tapi kamu juga membuat orang lain terkena dampak bahaya dari perbuatanmu.
Contoh
Orang pikir jika dia tidak pakai kerudung, dia saja yang berdosa. Padahal tidak seperti itu. Dia juga membuat orang lain (lawan jenisnya) yang memandang rambutnya ikut berdosa.
Yang dia lakukan menganggu ketertiban orang lain. Orang lain menjalani perintah kesulitan karena kita yang belum mau mematuhi perintah.
Seperti halnya ada satu orang yang memutus silaturahmi dampaknya adalah Allah menahan turunnya rahmat untuk satu wilayah.
Perbuatan kamu yang melanggar itu akan mempengaruhi tatanan agama.
Tujuan mengingat kematian perlu ada di dalam diri seseorang. Bukan untuk mengingat tentang bagaimana matinya dan rasanya.
Allah memberikan aturan dan ancaman agar kita lebih waspada dan hati-hati.
Kisah murid ingin belajar ke seorang guru
Dia datang kemudian berkata, “Ya Syeikh saya ingin belajar”
Syeikhnya mengatakan “Belajar apa?”
Dia menjawab “Saya ingin belajar dengan engkau. Saya dengar engkau yang luar biasa, ilmunya luas, pandangannya banyak”
Syekh mengatakan “Yaudah, boleh. Tapi tidak ada orang yang belajar dengan saya lulus diuji. Jadi kamu jika mau bersedia belajar dengan saya, saya harus menguji kamu dulu. Kamu siapa tidak?”
Dia menjawab “Saya siap diuji”
Keesokan harinya, Syeikhnya membawa dia berjalan dibelakang halaman tempatnya. Disana ada danau buatan yang ditengahnya ada jembatan kecil.
Syeikhnya mengatakan “Ujian kamu adalah melewati jembatan itu. Jika kamu lulus kamu bisa menjadi murid saya. Tapi permasalahannya hati-hati jangan kena air itu karena itu air asam. Jika kamu menyebur kesana, lihat saja itu tulang-tulang disana. Itu mereka semua yang ingin belajar dengan saya tapi tidak lulus. Tapi tenang, saya tidak menguji kamu sekarang. Saya kasih waktu kamu satu minggu untuk latihan. Nanti didepan halaman tempat saya, saya sediakan satu papan seukuran jembatan itu untuk kamu latihan sampai kamu bisa”
Subhanallah dia latihan setiap hari sehingga dia mahir melakukannya. Saat datang waktu ujian, dia jalan semakin gemetaran dan akhirnya tidak sampai lima langkah dia tercebur. Tapi dia bangun tidak kenapa-kenapa karena itu air biasa.
Syeikhnya mengatakan “Kamu ini sangat bodoh. Kan kamu sudah latihan satu minggu, kenapa bisa nyebur?”
Dia mengatakan “Saya tidak tahu”
Dia tidak tahu kenapa dan akhirnya gurunya menjawab yang menyebabkan adalah rasa takutnya. Rasa takutnya yang mempengaruhinya sehingga kamu tidak bisa melakukan tugasnya.
Rasa takut berlebihan dapat mengganggu kita dalam menjalankan segala kegiatan. Orang yang takut mati misalnya. Dia tidak bisa menjalankan kegiatan. Rasa takut yang seperti ini adalah rasa takut yang salah.
Kita dalam hidup, rasa takut harus ada. Allah mengatakan rasa takut itu wajib.
“Takutlah pada Saya jika kamu orang beriman”
Tapi rasa takut yang bagaimana?
Orang jika mengingat mati, dia takut. Tapi yang dikatakan Rasul, ingat mati untuk mengembangkan alarm hidup. Jadi orang hidup jangan berlebihan, tahu mana aturan, mana yang harus dilakukan, agar punya rem didalam semua perbuatan.
Mengingat Kematiaan bisa Menghapus Dosa
Nabi SAW bersabda
“Ingat banyak-banyak tentang kematian karena sesungguhnya dia bisa menghapus dosa-dosa”
Setiap kali kita ingat kematian, dosa kita dihapus oleh Allah.
Mengingat Kematian bisa Membuat Zuhud
Mengingat kematian bisa membuat kita zuhud di dunia. Zuhud adalah hidup dengan cukup.
Nabi SAW mengingatkan kepada kita,
“Hartamu itu adalah harta yang kamu sedekahkan. Adapun hartamu yang sekarang ini adalah harta warisan anak-anak keturunanmu”
Yang menjadi punya kamu adalah yang kamu belikan sesuatu, belanjakan sesuatu, dan yang kamu gunakan. Yang kamu sedekahkan menjadi tabunganmu. Adapun yang kamu tinggalkan direkeningmu itu menjadi milik anak-anakmu. Pada akhirnya bukan menjadi hartamu.
Jika orang punya alarm tentang hidup, dia tidak akan berlebih-lebihan dalam segalanya, dia akan berada di titik cukup.
Coba jika setiap orang punya mindset seperti ini. Saat kamu berinfaq dan bersedekah, kamu bukan sedang membuang uang tapi kamu sedang transfer hartamu ke rekeningnya Allah. Lebih terjaga, tidak akan hilang, akan selalu ada.
Janjinya Allah, “Paling enak berniaga dengan saya karena sudah pasti untung”
Banyak orang ketakutan dengan mati karena tidak paham tujuan daripada mengingat mati itu apa. Dengan mengingat kematian, kamu didunia jadi hidup lebih cukup.
Kematian sebagai Pemisah
Nabi SAW mengingatkan kepada kita
“Cukuplah kematian sebagai pemisah”
Memisahkan kita dengan semua yang ada, seperti harta, anak, keluarga, dan lain sebagainya.
Kematian sebagai Nasihat
Dan Nabi SAW mengingatkan kepada kita
“Cukuplah kematian bagi kita sebagai nasihat”
Datang takziyah itu nasihat untuk kita. Nasihat yang mengingatkan kita, memberikan alarm pada diri kita, semakin membuat kita mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah SAW, dan nasihat yang mengingatkan kita untuk mau berbuat taat dijalan Allah. Jadi bukan tentang bagaimana matinya.
Kisah Rasulullah SAW bertemu dengan perkumpulan Canda Tawa
Suatu ketika Rasul SAW keluar dari rumah menuju masjid. Kemudian beliau dapati ternyata banyak orang sedang bicara dan tertawa.
Nabi Muhammad SAW berkata
“Ingatlah kematian. Demi Allah yang jiwaku berada didalam tangannya. Jika kamu tahu apa yang aku ketahui, maka kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis”
Nabi mengingatkan mereka agar mereka lebih waspada.
Nabi tidak pernah membubarkan orang yang hanya ngobrol, tapi beliau ingin perkumpulan itu baik bukan hanya isinya mengobrol tapi harus diisi kemanfaatan dan kebaikan.
Kisah Sahabat yang Memuji Seseorang
Nabi SAW sedang duduk lalu ada sahabat yang sedang memuji tentang seseorang.
“Orang ini baik, ibadahnya masyaAllah, orangnya santun,…”
Lalu Nabi bertanya
“Bagaimana kabarnya orang yang kamu puji itu tentang dia mengingat kematian?”
Sahabat menjawab, “Kami tidak banyak mendengar dia mengingat kematian, Rasul”
Maka Nabi mengatakan “Berarti dia tidak sebaik yang kamu ucapkan”
Nabi seolah menjadikan segala kebaikan itu tertumpu dari bagaimana cara kita mengingat kematian. Semakin kita mengingat kematian, maka semakin kita menjadi orang yang lebih baik lagi, lebih waspada, lebih berhati-hati.
Kenapa jika mengingat kematian yang diingatkan adalah tentang rasa ketidaknyamanannya? Karena tidak semua dari kita tahu rasanya kematian yang sebenarnya.
“Kematian adalah misteri maka yang paling indah adalah memasrahkan diri”
Jika kamu tidak pandai menyandarkan dirimu kepada Allah, maka kamu hancur, rapuh, dan menjadi orang yang tidak terarah hanya karena hantaman suatu kematian.
Kematian menjadi Pembelajaran
Tapi Nabi menyuruh kita belajar, bukan menyuruh jatuh karena mengingat kematian.
Nabi SAW mengatakan,
“Cukup kematian menjadi pembelajaran”
Belajar agar kita menjadi orang yang kuat, siap, sanggup dalam menghadapi segala bentuk apa yang akan terjadi.
Mengingat kematian bukan tentang takutnya tapi tentang actionnya apa. Bekalnya menjemput kematian itu adalah action nya, amal sholehnya, dan persiapan kita.
Nabi SAW mengatakan,
“Orang yang paling cerdas adalah mereka yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling siap untuk menghadapinya”
Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya adalah orang yang paling cerdas. Sehingga mereka keluar dari dunia dengan penuh hormat dan mendapat kemuliaan akhirat.
والله أعلم بالصواب