MQ EPS 59
Sejatinya sifat kikir itu tidak baik. Siapa dari kita yang menyimpan sifat kikir, maka buruk baginya

Tanggal      : Selasa, 7 Juni 2022
Kitab          : Mukasyafatul Qulub
Karya         : Syekh Imam Ghazali
Guru           : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat       : MT Banat Ummul Batul

بسم الله الرحمن الرحيم

Hadir dimajelis seperti ini adalah jawaban kontan dari Allah, terjawabnya doa-doa yang kontan dari Allah. Setiap orang-orang yang hadir disini dengan hati yang sungguh-sungguh, maka dia kembali kerumahnya membawa hajat yang diminta.

Shohibul hadroh mengatakan,

“Siapa yang datang ke hadroh dengan membawa niat, hajat, dan harapan yang sungguh-sungguh, maka dia pulang akan membawa yang diniatkan tadi dengan bantuan Allah”

Bukan hanya jawaban kontan, tapi Allah juga mengubah perilakunya perlahan-lahan. Orang-orang yang sering mendekatkan dirinya ke tempat-tempat baik, tanpa dia sadari ada perubahan yang tiba-tiba Allah ubah didalam dirinya.

Ada hadits yang menyebutkan,

Dengan kita datang ke majelis seperti ini, malaikat berseru “Allah berseru kepada kalian Hai orang-orang yang duduk dimajelis, bangunlah kamu seraya Allah mengampuni dosa-dosa kamu. Allah telah mengganti keburukan-keburukan mu dengan kebaikan”

Artinya jika sebelumnya kita mempunyai perilaku-perilaku yang tidak baik, dengan kita duduk di tempat seperti ini, maka Allah ganti dengan perangai yang baik.

Jika ada orang yang duduk di pengajian tapi bahasanya belum tertata, jangan kamu cela dengan kata-katanya yang belum tertata itu, tetapi lihat lebih dalam lagi bahwa Allah sedang membimbingnya.

Temanmu didalam majelis akan jauh lebih baik daripada temanmu diluar majelis.

Karena disini Allah sendiri yang mengubahnya. Adapun orang yang diluar, mereka berusaha dengan perubahan diri mereka sendiri. Kalau disini, sudahlah hatinya ingin berubah, Allah ikut serta dalam menuntut dan membimbingnya.

Tata krama, adab, sopan santun tidak bisa diperjual belikan. Orang tidak bisa berpura-pura dengan adab karena sejatinya itu adalah sesuatu yang melekat dihati.

Sejatinya inginmu beradab dihadapan seseorang, datangnya dari hati yang tidak memilih-milih kepada siapa kamu beradab. Ketika kamu bertemu orang yang patut beradab dihadapannya (seperti orang tua, guru), maka kamu akan lebih beradab lagi dihadapannya.

Kenapa harus didik anak kita berakhlak dari kecil?

Karena menjadikan orang punya tabi’at harus dari kecil. Jika dari kecil dibiarkan saja, maka yang timbul adalah tabi’at ibu dan bapak nya yang mengalir kebadannya.

Kita harus sadar bahwa kita bukan orang tua yang baik dan benar sehingga tabi’atnya bisa membuat anak kita menjadi anak sholeh. Jika hanya mengalir tabi’at dari darahnya seorang orangtua sudah cukup, maka tidak akan kita jumpai anak-anaknya nabi yang bertentangan dengan ayahnya.

Kisah Kehidupan Imam Haddad

Habib Abdullah Al Haddad sejak kecil hidup dilingkungan orang-orang sholeh, akan tetapi di usianya yang kecil itu Allah ambil pandangannya. Apa dengan kebutaannya lalu ibunya berhenti mendidiknya? Tidak. Justru dengan kebutaannya, ibunya membawa beliau ke rumah wali untuk dibimbing walaupun ibunya orang sholeh.

Habib Abdullah tumbuh menjadi seseorang yang terus dihatinya ada ketakwaan kepada Allah. Walaupun ayahnya orang sholeh, tapi dibaliknya ada ibu yang bawa anaknya.

Jangan pernah menganggap sesuatu yang sepele dimata kita ternyata itu adalah hal yang sangat penting.

Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa orang yang menghidupkan sunnahku disaat umatku banyak yang rusak, maka baginya pahala 100 orang yang mati syahid”

Habib Abdullah Al Haddad mengatakan,

“Siapa orang yang membaca Ratib AlHaddad, maka Allah akan menjaga 40 rumah dari kanannya, 40 rumah dari kirinya, 40 rumah dari depannya, 40 rumah dari belakangnya”

Ini adalah dari penjagaan jaminan Habib Abdullah Al Haddad. Ibaratnya jika sekampung saja bisa dapat keberkahannya, apalagi anak keturunannya, saudaranya, dan keluarganya. Kuncinya apa? Saat baca, diniatkan.

Sama seperti juga ketika kita membaca hadroh basaudan,

“Bala tidak turun bagi orang yang membacanya”

Allah memberikan keselamatan kepadanya sampai ketemu selasa depannya (penjagaan satu minggu).

Habib Abdullah AlHaddad mengatakan,

“Demi Allah tidak ada satu sunnah yang aku ketahui dari sunnah Nabi Muhammad kecuali aku berusaha untuk menjadi orang yang mengamalkannya”

“Aku tidaklah menulis satu hadits disitu kecuali aku bertanya dulu kepada Rasulullah, benar tidak Engkau pernah membaca hadits ini, menulis hadits ini”

Karena sebab itulah ulama Tarim tidak pernah sibuk mempertanyakan ini hadits shohih atau bukan karena sangat yakinnya sama ulama kita. Saat baca kitab Imam Haddad, semua mengatakan bahwa haditsnya shohih karena sebelum menulis beliau bertanya ke Rasulullah terlebih dahulu.

KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB

BAB 25 Zakat dan Sifat Kikir

Zakat dan sifat kikir dikatkan karena keduanya berkenaan dengan harta. Sifat manusia yang terkadang menyayangi berlebih atas hartanya membuat timbul sifat kikir yang mana dapat membuat seseorang tidak mudah merelakan hartanya.

Zakat adalah kewajiban yang tidak sepatutnya orang yang tahu bahwa itu wajib, berbuat kikir saat melakukannya bahkan timbul bangga dan sombong.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al Imran : 180

وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya

“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allahlah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”

Orang yang dapat sesuatu itu bukan karena dia, melainkan semua karena karunia Allah.

Sekalipun kita bisa mengeluarkan zakat, bukan berarti karena kita yang hebat. Sejatinya semua itu karena Allah yang beri harta tersebut kepada kita. Namun, harta yang diberikan oleh Allah hanyalah sebuah titipan Allah yang Allah percayai kepada kita.

Semua pemberian yang Allah berikan kepada kita adalah rezeki. Didalam rezeki atau harta itu bukan hanya punya kita seorang, tapi ada harta anak yatim, janda, dhuafa, dan fakir miskin.

Sejatinya, sifat kikir itu tidak baik. Siapa dari kita yang menyimpan sifat kikir, maka buruk baginya.

Contoh
Takut makanan habis jika dikeluarkan (dibagi) saat di majelis ilmu.

Sifat kikir tidak ada baiknya jika menetap dihati. Oleh karena itu, sifat ketidakrelaan saat berbagi sesuatu harus kita lawan.

Terkadang kita sedih karena mereka tidak kikir terhadap dirinya, tapi mereka mulai perhitungan saat dirinya berbenturan dengan kebaikan. Jika kita menghadapi kondisi tersebut, maka telaah kembali diri kita. Mau perhitungan dengan agamanya Allah?

Manusia memang terkadang dibenturkan pelitnya dengan agama yang berkenaan dengan Allah dan Rasul nya. Padahal apa yang dia dapat rezekinya dari Allah dan Rasulnya.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

Setiap orang yang tidak menunaikan zakat, maka pada hari kiamat nanti akan dijelmakan kepadanya seekor ular yang kepalanya botak  kemudian ular itu dililitkan dilehernya”

Hal ini dikarenakan orang yang kikir itu adalah orang yang terbelenggu dirinya sendiri.

Allah mengatakan,

“Manusia itu mencintai hartanya berlebihan”

Jika cinta dengan harta, maka jaga hartanya. Tempat penjagaan yang paling aman adalah memberikan kepada yang Maha Menjaga. Setiap dari kita yang menitipkan titipannya kepada Allah, maka tidak akan pernah hilang titipan tersebut.

Jika kita cinta dengan harta, titip kan ke Allah. Letakan tabungan itu kepada Allah bukan kepada bank atau tempat penitipan lainnya. Cari dimana kita bisa menaruh amal disana, maka kita sedang menabung di bank nya Allah.

Sebagian ayat dan hadits mengatakan,

“Satu kebaikan dari harta yang kita infakkan maka timbul sumber rezeki sebanyak tujuh cabang. Dari tujuh cabang tersebut akan timbul sumber ganjarannya sebanyak 70 cabang”

Artinya, setiap kita melakukan satu kebaikan maka ada kemungkinan sumber rezeki dari Allah yang akan datang sebanyak 490 pintu.

Memberi atau berbagi adalah bentuk dari rasa syukur.

Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ …

Artinya

“… Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”

Allah menjamin bahwa jika kita bersyukur, maka Allah akan tambah nikmat kepada kita.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Harta yang kamu keluarkan karena sedekah tidak akan pernah berkurang. Harta yang di sedekahkan tersebut akan kembali kepadamu sebanyak tiga kali lipatnya”

Ketika Nabi Muhammad SAW bersama kaum muhajirin,

Beliau bersabda,

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

“Rasulullah SAW menghadapkan ke kami dan bersabda: ‘Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal apabila kalian mendapat cobaan dengannya, aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya.

  1. Tidaklah suatu keburukan menyebar di suatu kaum kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar di tengah mereka suatu penyakit yang sebelumnya tidak pernah ditimpakan Allah kepada yang lainnya.
  2. Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran, kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan dipimpin dengan penguasa yang zalim.
  3. Tidaklah mereka enggan membayar zakat hartanya kecuali, Allah akan berhenti menurunkan hujan untuk mereka, jika bukan karena binatang niscaya mereka tidak akan di beri hujan.
  4. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya.
  5. Tidaklah para pemimpin mereka enggan menerapkan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka dengan adanya musuh dari dalam kalangan mereka sendiri.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ