Tanggal : Selasa, 11 Oktober 2022
Kitab : Mukasyafatul Qulub
Karya : Imam Ghazali
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : MT Bannat Umul Batul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
PENDAHULUAN
Kenapa kita harus selalu mengingat nikmat? Karena jika kita tidak selalu mengingat nikmat, maka kita akan semakin menjadi orang yang lalai dan kita akan menjadi orang yang diinginkan syaithon. Syaithon ingin kita setiap hari merasa kurang, ingkar ke Allah, merasa Allah tidak adil.
Syaithon memperdaya kita agar lupa bahwa setiap hari Allah yang selalu memberikan kenikmatan. Tapi banyak dari kita yang tidak tersadarkan, karena upaya syaithon yang sangat dahsyat dan luar biasa, sampai kita sibuk mencari bahagia.
Ahli dunia sangat lalai karena mencari kebahagiaan. Bahkan ada diantara mereka menganggap dirinya bahagia padahal jika ditelaah dengan baik, mereka tidak sungguh-sungguh bahagia. Kebahagiaannya palsu. Jangankan mereka, terkadang kita juga masih berbohong kepada diri sendiri. Kita masih punya kesedihan dihati, kebahagiaan yang tertinggal, sehingga tidak benar-benar merasakan senang. Karena jika kita benar-benar merasakan senang, kita tidak akan merasa bimbang lagi jika dihadapkan antara dunia dan akhirat. Ketika kita benar-benar merasakan akhirat menyenangkan, maka kita akan memilih akhirat tanpa bimbang. Kenapa masih ragu? Karena belum merasakan nikmat (nikmat ibadah, akhirat, dan sebagainya).
Rasulullah SAW. bersabda,
“Telah merasakan kenikmatan beriman, kelompok orang yang ridho kepada Allah sebagai tuhannya, Nabi Muhammad SAW. sebagai rasulnya, dan Al-Quran sebagai kitabnya”
Kenapa diberi perumpumaan bahwa mereka merasakan kenikmatan iman? karena Iman ada rasanya.
Ahlul hikmah,
Dia bertanya dengan kebahagiaan, “ Wahai kebahagiaan, kapan kamu mau singgah dihati?”
Kebahagiaan menjawab “Jika kamu ingin kebahagiaan untuk dihati, maka kamu cukup melakukan tiga hal ini”
- Jangan pernah bersedih dengan sesuatu yang hilang
Terhadap sesuatu yang sudah hilang jangan bersedih karena setiap kehilangan, Allah pasti akan memberikan gantinya. Sesuatu yang hilang terkadang Allah segera menggantinya bahkan dengan yang lebih baik. Oleh karena itu, maka buanglah kesedihan atas apa yang hilang.
- Jangan khawatir dengan sesuatu yang akan datang
Bagaimana ingin tenang hatinya jika yang dipikirkan terkait apa yang akan datang? Padahal semua sudah dimudahkan dan dicatat berdasarkan ketentuan Allah. Kenapa kamu masih sibuk? Selama seseorang masih punya dihatinya rasa bimbang dan khawatir atas apa yang akan datang terhadap dirinya, maka dia tidak akan tenang.
- Hendaknya kamu ridho atas apa yang dibagi Allah
Sesuatu yang Allah berikan kepadamu, maka kamu harus ridho.
Jika kamu bisa melakukan tiga hal tersebut, maka kebahagiaan akan tinggal dihatimu. Tapi jika salah satu ditinggalkan, maka kebahagiaan tidak akan tinggal. Kunci kebahagiaan adalah dari tiga hal tersebut.
KAJIAN KITAB MUKASYAFATUL QULUB
Pekan lalu sudah dibahas tentang seberapa banyak nikmat yang tersembunyi di sela-sela bencana. Kita tidak sadar bahwa dibalik musibah ada nikmat. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk banyak bersabar terhadap cobaan zaman.
Kunci dalam menghadapi zaman ini adalah sabar.
Orang yang benar-benar sabar dihatinya adalah orang yang ridho. Seseorang tidak benar-benar di cap sabar dengan lisannya, karena sabar adalah perilaku. Tidak bisa orang mengaku sabar.
Rasulullah SAW di cap sabar karena tidak pernah menanggapi apa-apa keburukan yang orang lakukan kepadanya dengan kelakuannya yang buruk atau membalas dengan perlakuan yang serupa, serta tidak pernah ada amarah tersembunyi.
Sabar itu perilaku yang terwujud dalam diri seseorang karena tidak bisa dibuat-buat.
Allah SWT berfirman,
“Telah beruntung orang-orang yang beriman, mereka adalah golongan orang-orang yang sholatnya khusyuk, orang yang selalu memilih acuh atas orang-orang yang berbicara tidak penting (berpaling dari orang-orang yang berbicara sia-sia)”
Kisah Sabarnya Rasulullah SAW
Saat Rasulullah dilemparkan kotoran, mereka kafir Quraisy tidak langsung kabur tapi menertawakan Rasulullah. Isi kotoran perut binatang diletakkan dipunggung Rasulullah saat beliau sedang sujud.
Sayyidah Fatimah datang sambil menangis kemudian ia mengambil satu persatu kotoran yang ada di punggung ayahnya. Sampai selesai kotoran tersebut diangkat, beliau menangis tersedu-sedu.
Sayyidah Fatimah mengatakan “Wahai Abah, apa kamu terus diam dengan penghinaan mereka?”
Rasulullah pun menjawab “Kita punya Allah, biar Allah yang mengurusnya”
Beliau mengajarkan putrinya untuk bersabar menghadapi ujian, cobaan, dan hinaan. Tidak ditanggapi (orang-orang yang berbuat jahat itu) dan memilih kembali pulang. Akhirnya balasan Allah jauh lebih indah, Allah wafatkan mereka (Kafir Quraisy) pada saat Perang Badr. Mereka dihinakan oleh Allah.
“Kamu tidak harus menanggapi mereka, kamu cukup harus tetap menjalani dirimu sebagai seorang hamba“
“Saya hanya tetap akan menjadi seorang hamba, saya adalah hambanya Allah dan umatnya Rasulullah SAW. yang sedang ingin membenahi hati”
Imam Ghazali menyampaikan,
“Ketahuilah bahwa seseorang tidak akan dicap sebagai seorang hamba yang sempurna didalam melakukan taat, kecuali dengan cara menolak dunia”
Tidak akan pernah seseorang dicap sempurna didalam penghambaan dirinya kepada Allah kecuali dengan cara menolak dunia (acuh dengan dunia).
Biasanya orang-orang yang acuh dengan dunia adalah orang-orang yang paling didatangi oleh dunia. Tapi orang yang terlalu haus dengan dunia (terlalu mencari dunia), mereka hidup dalam lelah bahkan sangat lelah. Mereka ditipu setiap harinya oleh syaithon. Walaupun mereka di gelimangkan dengan harta, kemegahan, serta kemewahan lainnya, tapi mereka lelah. Karena mereka adalah budaknya dunia. Adapun mereka yang menolak dunia, mereka adalah budaknya Allah yang punya dunia. Tidak karena dunia, mereka meninggalkan kebaikan.
Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jangan sekali-kali kamu berpaling dari Ku karena harta dan anak”
Anak seringkali melalaikan kita dari taat. Hati-hati kita terlalu letih sehingga membuat diri sendiri meninggalkan tanggungjawab lainnya. Harta dan anak jangan membuat kita lalai dari Allah. Harta dan anak Allah yang berikan, maka jangan karena mereka kita lalai.
Dunia sangatlah gila bahkan cenderung seringkali menipu (memanipulasi) kita, maka jangan sampai terbawa.
Seseorang tidak dapat sungguh-sungguh mengerjakan taat jika dia tidak sungguh-sungguh mengacuhkan dunia dari hatinya.
Dunianya buang, jangan simpan didalam hati.
Ahlul hikmah mengatakan,
“Nasihat yang paling menyentuh hati seseorang adalah nasihat yang dihati orang tersebut tidak ada penghalang”
Bukan tentang nasihatnya yang masuk kehatimu, tapi tentang hati mu menerimanya atau tidak.
Kenapa banyak orang diberi nasihat tapi tidak masuk? Karena hatinya yang menutup. Dia hanya ingin mendengarkan nasihat dengan telinga.
Masalahnya bukan pada nasihatnya, tapi masalahnya terletak pada hati yang masih punya penghalang dari nasihat itu sendiri.
Nasihat itu mau bagaimanapun bentuknya, dia tetap nasihat. Masalah masuk atau tidaknya, hatimu yang mengizinkannya atau tidak. Jangan sampai dia menjadi penghalang. Yang biasanya menjadi penghalang adalah dunia. Maka kita perlu menyadarkan diri.
Saat kita ibadah kepada Allah, kita harus berada di level nol (tidak punya level). Kita nol dihadapan Allah, kita bukan siapa-siapa. Mau kita punya jabatan setinggi apapun, kekayaan sebanyak apapun, tapi disaat kita datang kepada Allah, menimba ilmu, atau dihadapan Guru, kita bukan siapa-siapa. Tidak bisa kita menunjukkan diri seolah berilmu. Jika seperti itu maka ilmunya tidak akan masuk.
Memposisikan diri diposisi nol (dibawah, tidak punya apa-apa) disebut dengan tawadhu. Yang rendah bukan dirinya, tapi hatinya. Tidak merasa apa-apa, bukan siapa-siapa dihadapan Allah, Guru, Ulama, dan orang yang menerima sedekah. Saat kita menjadikan diri dilevel tersebut, maka kita sedang menuju peluang yang ikhlas.
Saat kita mengosongkan hati dari semua isinya, maka ilmu Allah akan singgah. Tapi jika hati dipenuhi dengan hasud, iri, merasa bangga, maka ilmu Allah tidak akan masuk karena penghalangnya banyak. Belenggu-belenggu di hati kita perlu dimurnikan kembali sampai harus di level nol.
Ahlul Hikmah mengatakan,
“Dunia ini hanya sesaat, maka yang sesaat ini jadikan taat”
Kita benar-benar sibuk dengan taat, memperbanyak diri dalam menghabiskan sisa waktu dengan taat.
Abu Walid Al Baji mengatakan,
“Jika kamu yakin bahwa sesungguhnya seluruh hidupmu hanya sesaat, kenapa tidak kamu jadikan dirimu mengisi semuanya dengan kebaikan dan taat?”
Jika kita yakin dunia ini hanya sesaat, maka kita akan menjadikan semua dari diri kita ini hanya untuk mengerjakan ketaatan dan kebaikan.
Kisah Orang yang Takut Kematiaan
Ada orang datang ke Rasulullah mengatakan, “Saya benci dengan mati”
Rasulullah bertanya “Apakah kamu punya harta?”
Orang tersebut menjawab “Saya punya harta”
Kemudian Rasulullah menjawab kembali, “Sedekahkan hartamu itu karena biasanya seseorang hatinya dekat dengan hartanya”
Karena sesungguhnya hati kita dekat dengan harta. Saat punya harta, kita akan banyak pertimbangan. Oleh karena itu, untuk mengobati ketakutan dengan kematian, maka obatnya adalah dengan bersedekah.
Mereka akan berpikir, orang yang bersedekah mempunyai tabungan diakhirat yang nanti bisa menjadi penolongnya.
Rasulullah SAW mengatakan,
“Siapa yang bahagia ketemu Allah, maka Allah juga bahagia ketemu dia. Siapa yang benci ketemu Allah, maka Allah juga benci ketemu dia”
Sayyidah Aisyah menjawab, “Kita tidak ada yang suka dengan kematian, pasti benci dengan kematian. Jadi maksudnya bagaimana?”
Siapa yang senang ketemu Allah artinya dalam kematiannya dia mati dalam keadaan baik, maka Allah berjumpa dengannya dalam keadaan baik. Sedangkan jika tidak senang artinya dalam kematiannya dia mati dalam keadaan tidak baik, maka Allah berjumpa dengannya dalam keadaan tidak baik.
Penentu nanti bagaimana keadaan kita diakhirat adalah bagaimana keadaan kita diakhir hayat.
Diriwayatkan oleh Nabi Isa a.s., beliau berkata
Kebajikan itu ada tiga hal. Seseorang jika ingin mengerjakan suatu kebaikan dapat dilihat dari tiga hal berikut.
- Ucapan
Barangsiapa yang ucapannya selain dzikir kepada Allah atau selain kebaikan, berarti dia seperti orang yang mengucapkan kata sia-sia. Jika seseorang benar-benar berbakti, maka mulutnya pasti akan dijaga.
Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa dari kalian yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam”
Jika kita tidak suka terhadap sesuatu, maka diam saja. Karena pada umumnya, orang itu ada pro dan kontra. Seseorang yang pro dengan kebaikan, maka akan mulia.
Sesama muslim diminta Allah untuk saling bahu-membahu dalam kebaikan. Maka orang yang berbakti adalah orang yang dapat menjaga mulutnya (hanya berkata yang baik-baik).
- Penglihatan
Bakti itu dilihat dari penglihatan. Kita punya mata dilihatnya untuk kemana?
Kenapa kita diajarkan jangan menjadi mata lalat tapi diminta untuk menjadi mata lebah? Karena lalat walaupun ditaman, dia tetap mencari sampah. Tapi lebah dimana saja tempatnya, dia tetap mencari bunga.
Orang ibadah juga seperti itu. Jika melihat ada sesuatu yang negatif, kita akan melihat sisi positifnya, ambil pelajarannya (hikmahnya)
Orang disebut buruk karena melihat orang dengan pandangan buruk. Jaga mata kita, jangan melihat sesuatu yang tidak berguna dan yang haram.
Rasulullah SAW mengatakan,
“Air laut yang sangat banyak itu tidak bisa memadamkan panasnya api neraka walaupun hanya satu kerikil. Tapi satu tetesan air mata yang mengalir dan jatuh karena takut kepada Allah, itu bisa memadamkan panasnya api neraka”
Jika ada batu kerikil turun dari Neraka, maka air laut akan kering dan dunia akan terbakar.
Habib Muhammad mengatakan,
“Satu tetesan air mata karena Allah, lebih besar pahalanya dari gunung dan seisinya”
Barangsiapa orang yang menggunakan pandangannya selain untuk mengambil pelajaran, maka dia sudah lalai.
- Diam
Barangsiapa yang menjadikan diamnya itu untuk berpikir, merenung, mencari hikmah, maka dia beruntung.
Rasulullah SAW bersabda,
“Diantara bagusnya agama seseorang dilihat dari caranya dia meninggalkan perkara yang sia-sia”
Jika dia tidak bisa meninggalkan perkara yang sia-sia dan masih senang buang-buang waktu, berarti islamnya belum benar. Karena orang islam yang benar seperti orang dunia yang sungguh-sungguh dalam pencariannya.
Seorang pembisnis tidak mau bersantai dengan membuang-buang waktunya karena dia menganggap bahwa waktunya adalah emas. Tapi jika ada orang yang masih mengaku beriman tapi waktunya dibuat melakukan hal yang sia-sia, maka dia bukan orang islam yang benar-benar islam.
Barangsiapa yang tidak menjadikan diamnya sebagai berpikir maka sungguh dia telah bermain-bermain didalam nikmat yang sudah Allah limpahkan kepadanya. Akalnya tidak digunakan dengan sebaik-baiknya.
والله أعلم با لصواب