بسم الله الرحمن الرحيم
Tanggal : Senin, 15 Agustus 2022
Kitab : Al Aham
Karya : Al Habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al Kaff
Guru : Ustadzah Aisyah Farid BSA
Tempat : Majelis Ta’lim Al Humairo
SHOLAT SUNNAH WITIR
Dalam mazhab Imam Abu Hanifah (Mazhab Hanafi), hukum sholat witir yaitu wajib. Mazhab tersebut bahkan bukan mensunnahkan, tapi mewajibkan perbuatan ini. Tetapi dalam mazhab Imam Syafi’i, hukum sholat witir adalah sunnah yang perlu dipertimbangkan untuk dikerjakan. Beliau mengatakan bahwa sholat tersebut tidak sampai ke derajat wajib.
Keutamaan Sholat Sunnah Witir
Banyak riwayat dari hadits Nabi Muhammad SAW. tentang kemuliaan sholat sunnah witir, diantaranya:
“Allah itu ganjil, maka senang dengan yang ganjil-ganjil”
“Orang-orang yang mengamalkan sholat sunnah witir, mereka mendapat julukan ahli Qur’an”
Tidak mudah untuk mendapat status Ahli Qur’an. Untuk mendapat status Ahli Qur’an, kita perlu menjadi orang yang menghafal Al Qur’an dan menjadi orang yang mengamalkan Al Qur’an. Tetapi Nabi Muhammad SAW. memberikan kemuliaan panggilan tersebut untuk orang yang mengerjakan sholat sunnah witir.
“Siapa dari kita yang tidak mengerjakan sholat sunnah witir, maka dia bukanlah dari golongan Saya (Rasulullah)”
Ini adalah hadits yang paling bahaya. Nabi Muhammad SAW. mengeluarkan dia (orang yang tidak mengerjakan sholat sunnah witir) dari golongannya. Nabi tidak menganggapnya. Ini yang paling ditakuti semua umatnya Nabi Muhammad SAW.
Orang yang paling mengerti akan kedudukan Nabi, tidak ada yang mau jauh dari Nabi Muhammad SAW.
“Allah memberikan kepada kita suatu sholat yang mana kedudukan sholat itu lebih baik daripada kamu memiliki unta (kendaraan terbaik dimasa itu)”
Kalau di zaman sekarang, umpamanya seperti kita mempunyai mobil Rolls Royce yang mahal harganya, maka jika kita mengerjakan sholat witir, seumpama kita mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada mobil tersebut. Maka jaga (istiqomah mengerjakan) sholat tersebut. Karena setiap ulama pasti menjaga sholat tersebut.
Waktu Pelaksanaan Sholat Sunnah Witir
Nabi Muhammad SAW. pernah bertanya kepada Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq,
“Wahai Abu Bakar, kapan kamu sholat witir?”
Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq menjawab,
“Yaa Rasulullah, saya sholat witirnya sebelum tidur karena takut terlewat”
Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq, tingkat hati-hatinya sangat tinggi (sangat berhati-hati).
Kemudian Rasulullah bertanya kepada Sayyidina Umar,
“Jika kamu wahai Umar, kapan kamu mengerjakan sholat witir?”
Sayyidina Umar menjawab,
“Yaa Rasulullah, jika saya tidur sebentar kemudian mengerjakan sholat witir”
Kata Rasulullah, “Wahai Abu Bakar, kamu telah mengerjakan perbuatan yang teguh. Kamu orangnya penuh waspada dan teguh dalam berbuat kebaikan. Sementara kamu wahai Umar, kamu adalah orang yang kuat karena mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga yang dipunya“.
Keduanya tidak disalahkan Nabi, tapi di puji.
Untuk kita, jika mustahil bangun tengah malam maka pilihlah sebelum tidur untuk mengerjakan sholat sunnah witir. Tapi jika ingin belajar melawan hawa nafsu dan godaan syaithon maka bangun setiap malam sebelum datangnya waktu fajar untuk mengerjakan sholat witir diwaktu tersebut.
Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar merupakan dua sahabat yang menjadi contoh kita dalam waktunya mengerjakan sholat sunnah witir.
Adapun dari sisi fiqih, sholat sunnah witir dilaksanakan dari setelah sholat isya sampai terbit fajar. Lebih utamanya adalah mengakhirkan sholat tersebut menuju akhir malam (sebelum terbit fajar).
Kalau yakin akan bangun sebelum fajar maka kerjakan di akhir waktu. Tapi jika tidak yakin dapat bangun malam, maka lebih baik mengerjakan setelah sholat Isya. Namun bukan berarti orang yang mengerjakan setelah sholat Isya tidak lebih baik dari yang mengerjakan di akhir malam. Jika kita adalah orang yang susah bangun, mungkin kita lebih utama mengerjakan sebelum tidur (setelah sholat isya).
Bilangan Sholat Sunnah Witir
Sholat Sunnah witir paling sedikit dilaksanakan satu rakaat, tapi dimakruhkan jika melakukan perbuatan tersebut secara berkelanjutan tanpa udzur. Kecuali sedang udzur seperti lelah, terlalu mengantuk, dan sakit fisik sehingga tidak kuat maka boleh mengerjakan satu rakaat agar istiqomah mengerjakannya tidak terputus.
Tengah-tengah bilangan sebelum sampai ke angka yang sempurna adalah tiga rakaat. Perbuatan tersebut yang umum kita kerjakan yaitu sebanyak tiga rakaat. Jangan kita tinggalin dibawah tiga rakaat.
Tapi jika bicara tentang bilangan yang paling sempurna dalam mengerjakan sholat witir adalah 11 rakaat.
Tata Cara Sholat Sunnah Witir
Cara mengerjakan sholat sunnah witir itu ada dua:
- Washal (menyambung) : Menggabungkan (menyambung) dua rakaat dan satu rakaat diakhir dengan satu salam. Arti dari menggabungkan tersebut adalah mengerjakannya secara langsung tiga rakaat dan dengan satu salam.
- Fashal (memisahkan) : Memisahkan dua rakaat dan satu rakaat diakhir. Cara ini adalah yang lebih utama.
Karena terdapat hadits yang meriwayatkan bahwa,
“Dimakruhkan kita mengerjakan sholat yang menyerupai sholat wajib”
Jika kita mengerjakan secara langsung tiga rakaat (nyambung) akan mirip dengan sholat Maghrib sehingga hukumnya makruh.
Ulama tidak mengharamkan washal, tapi mengatakan yang lebih utama adalah perbuatan fashal. Hal tersebut berlaku untuk semua sholat sunnah.
Ulama mengatakan, “Semakin banyak menambahkan gerakan yang terdapat didalam sholat maka menambah pula banyaknya pahala.”
Bacaan Sholat Sunnah Witir
Pada rakaat pertama membaca Surah Al A’la, rakaat kedua membaca Surah Al Kafirun, dan rakaat yang satu membaca Surah Al Ikhlas dan Surah Mu’awwidzatain (Surah Al Falaq dan Surah An-Nas). Bacaan tersebut adalah yang dianjurkan (disunnahkan) oleh Nabi Muhammad SAW. Jika tidak hafal, maka semampunya saja.
Dan disempurnakan dengan doa setelah sholat sunnah witir akan lebih baik seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
SHOLAT SUNNAH DHUHA
Hukum sholat dhuha adalah sunnah. Sholat dhuha juga diberikan nama sholat Al Awwabin.
Keutamaan Sholat Sunnah Dhuha
Orang hanya mengetahui jika sholat dhuha itu hanya seputar rezeki sehingga mengira jika mengerjakan sholat dhuha maka rezekinya tidak putus. Walaupun terdapat haditsnya tentang hal tersebut, tapi kita terlalu rendah memahami kemuliaan sholat dhuha jika hanya pahamnya satu.
“Oh sholat dhuha itu hanya tentang rezeki”
Orang yang merasa rezekinya sudah banyak maka merasa tidak harus mengerjakannya. Padahal bukan hanya itu yang diminta atau yang datang tentang kemuliannya
Banyak riwayat dari hadits Rasulullah SAW. menerangkan tentang keutamaannya, diantaranya:
“Barangsiapa mendawamkan (menjaga) sholat sunnah dhuha, maka Allah akan hapuskan dosa-dosanya walaupun dosanya sebanyak buih di lautan”
Kuncinya adalah menjaga, mendawamkan, dan mengistiqomahkan. Jika sudah ditahap tersebut, maka Allah akan hapuskan dosanya.
“Barangsiapa yang mengerjakan sholat sunnah dhuha minimal dua rakaat, maka dia tidak akan tercatat sebagai orang yang lalai”
Orang lalai itu bahaya, berarti orang tersebut lupa dengan Allah (lengah dari Allah). Jika lengah, waktu yang teralalaikan tersebut nanti akan menjadi waktu penyesalan baginya. Orang-orang lalai tersebut mempunyai penyesalan tersendiri di akhirat.
Kenapa dengan mengerjakan perbuatan tersebut Allah tidak akan menganggapnya sebagai orang yang lalai?
Karena biasanya saat dipermulaan hari tersebut, banyak orang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Maka jika terdapat orang yang ditengah kesibukannya mengerjakan sholat dhuha (ingat dua rakaat tersebut), maka Allah tidak mencatatkan orang tersebut sebagai golongan orang yang lalai.
Maka sesibuk apapun kita didalam pekerjaan (diluar rumah sampai didalam rumah, )jangan pernah meninggalkan sholat dhuha.
“Tidaklah seseorang menjaga atau memelihara atau beristiqomah didalam mengerjakan sholat sunnah dhuha, kecuali orang ini awwab”
Maka kenapa sholat sunnah disebut sholat sunnah awwabin karena orang yang mengerjakan sholat dhuha adalah orang-orang yang selalu kembali taat kepada Allah.
Siapa orang-orang awwab? Orang-orang yang selalu kembali kepada ketaatan dijalan Allah.
- Nabi Muhammad SAW. bersabda dalam salah satu hadits qudsi bahwa Allah berbicara kepada kita,
“Sholat lah kalian untuk Ku dari permulaan waktu siang sebanyak empat rakaat, maka sisanya Aku (Allah) yang akan mencukupimu”
Empat rakaat aja, sisanya urusan Allah. Hal tersebut merupakan jaminan dari Allah.
Kita cukup jalani empat rakaat, sisanya Allah yang urus. Allah yang tuntasin semua yang lain, tidak usah pusing urusan dunia..
“Tidak akan kefakiran, orang yang selalu mengerjakan sholat dhuha (selamat dari kefakiran)”
“Setiap ruas dari anggota tubuh ada sedekah yang harus kita lakukan. Baca tahmid, tasbih, tahlil, dan mengajak kebaikan, dan mencegah keburukan adalah sedekah. Semua itu dapat dicukupi hanya dengan sholat dua rakaat di waktu dhuha”
Waktu Pelaksanaan Sholat Sunnah Dhuha
Waktu sholat sunnah dhuha adalah saat matahari sudah mulai naik setinggi tombak. Batasnya sampai dekat waktu adzan dzuhur (15-30 menit sebelum adzan dzuhur).
Tepatnya kapan? Setiap waktu bisa berubah-ubah.
Lihat jadwal shalat dhuha klik disini
Bilangan Sholat Sunnah Dhuha
Sholat Sunnah dhuha paling sedikit dilaksanakan sebanyak dua rakaat dan paling utama sebanyak delapan rakaat.
Dalam pengerjaannya, afdholnya adalah setiap dua rakaat lalu diakhiri satu salam.
Jika kita baru ingin memulai, mulailah dari dua rakaat. Pastikan dua rakaat tersebut tidak pernah ditinggalkan walau satu hari. Jika sudah dawam setiap hari tidak pernah meninggalkan dua rakaat, maka boleh menambahnya menjadi empat rakaat. Jadi jika memulai sesuatu maka berusahalah dari angka terkecil lalu dawamkan dan istiqomahkan.
Nabi Muhamamd SAW. bersabda,
“Amal yang paling Allah cinta itu adalah konsistennya (istiqomahnya)”
Amal yang dikerjakan sedikit tapi konsisten adalah amal yang Allah suka.
Bacaan Sholat Sunnah Dhuha
Bacaan surah pendek dalam mengerjakan sholat sunnah dhuha adalah boleh baca apa saja. Namun yang paling utama adalah Surah As Syams dan Surah Ad Dhuha atau Surah Al Kafirun dan Surah Al Ikhlas.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ