Hadroh vibes
Makna keburukan diganti dengan kebaikan dengan cara Allah mengubah sikapmu yang tadinya kurang baik menjadi baik

Shohibul Hadroh berkata, “Hadroh ini tatakala dibaca sama orang , maka dirinya (yang membaca Hadroh) akan mengeluarkan aroma wangi yang semerbak. Maksud dari aroma wangi itu bukan badannya, tapi perumpamaannya wangi adalah kebaikannya. Yang terlihat, yang diamati dari dirinya adalah kebaikan, kemanfaatan, keridhoan, keberkahan, ampunan. Yang baik-baik semua akan nampak. Dan tidak hanya nampak pada diri kita, kita juga membawa hajat, ingat orangtua, suami, anak, sahabat, maka ingtanmu padanya akan membawa keberkahan disini. Walaupun hakikatnya jasadnya belum sampai, tapi diniatkan (doanya) untuk anak agar dilindungi dari kejahatan, itu semuanya sampai.

Jangankan orang sebanyak ini (ratusan), empat puluh jamaah yang berkumpul di hadroh saja, maka malaikat diutus sama Allah untuk mencari dari siapa yang dari kita punya hajat. Bahkan dikatakan dalam sebuah hadits, “Paling sedikit, ketika kamu bangun dosamu terampuni. Semua keburukan kamu diganti dengan kebaikan“.

Keburukan Diganti Dengan Kebaikan

Maknanya apa? Keburukan tidak selalu maksiat, tapi keburukan itu bisa jadi tingkah laku kita sendiri. Sikap kita yang sepenuhnya tidak baik. Cara kita mengomentari orang, berbicara dengan orang ada kurangnya. Ada yang kalau “ngomong nyelekit”. Dan kalau ditanya terkadang mereka tidak sadar kalau omongannya, menyinggung orang lain, menyakiti orang lain. Entah itu cara ucapan, cara pandang dll.

Dan sebagian Ulama mengatakan “diganti”, yang diganti itu keburukan menjadi kebaikan. Makna keburukan diganti dengan kebaikan adalah, akhlak, budi pekertimu yang buruk berubah, berkurang sampai sama sekali tidak ada (keburukan dalam dirimu).

Begitu juga keburukan dari cara pandangmu, yaitu “Mata lalat“, waktu dia melihat orang dengan mata lalat, dia tidak sadar mungkin, dia perlu diingatkan. Kadang-kadang dia lihat dengan mata lalat tidak sengaja. Lalu bagaimana cara pandang ini bisa berubah? Salah satunya adalah dengan bantuan Allah, tuntunan Allah, bimbingan Allah. Tidak mungkin kita berubah kecuali dorongan yang datangnya dari Allah. Kalau kita lihat semua buruk, dengan kita datang ke majelis ilmu, hadir di Hadroh, mata ini mulai mencari bunganya, bukan mencari sampah.

Perubahan itu bisa jadi, tadinya melihat suami kesal, melihat anak kesal, dilihatnya yang tidak enaknya aja, akhirnya Allah mengubah sikapmu yang tadinya kurang baik menjadi baik. Cara bicaramu terhadap suami, anak berubah menjadi baik. Hingga buah dari itu semua, rumah tanggamu berubah menjadi baik. Dan banyak membawa perubahan, dampak yang baik untuk dia dan keluarganya.

Burdah, maulid, hadroh bagus luar biasa manfaatnya, keutamaan dzikir, tapi dari itu

semua Ilmu yang paling bagus, kalau bukan karena adanya kajian, ilmu yang kamu dengar, obat yang kita minum lama sembuhnya.

Orang yang memiliki penyakit hati lebih banyak dari penyakit zahir . Penyakit hati yang lebih bahaya tanpa disadari orang. Kalau kamu membaca burdah, kamu diobati, diolesin. Tapi dari semua obat, ada obat utama, obat inti , yaitu antibiotik, yaitu sama seperti علم (Ilmu). Kalau tidak punya علم (penyakit hati) pulihnya lama. Tapi kalau dikasih علم (antibiotik) sembuhnya cepat.

Bagaimana kamu mau merasakan lezatnya munajat pada Allah kalau ilmunya aja tidak punya?

Ibaratnya orang makan sushi, ada teknik cara makannya. Kalau asal ditaro makannanya, rasanya tidak enak.

Begitu juga dzikir ada tekniknya, bukan asal dzikir. Selain kamu harus tahu tekniknya, kamu juga harus tau bagimana cara menikmati dzikir. Dan itu tidak bisa diraih kalau kamu tidak punya ilmunya.

Ilmu Vs Dzikir

Persentase ilmu dan dzikir berapa? 75 persen dari ilmu, 25 persen dari hadroh, burdah atau maulid, untuk mendapatkan perubahan hidup.

Kalau kamu kehilangan ilim seharusnya lebih nangis daripada kamu kehilangan wirid.

Habib Aburrahman Assegaf mengatakan, “Orang tidak punya wirid tidak ada bedanya dengan monyet.”

Allah menyinggung orang yang tidak berilmu sama seperti dengan orang yang sesat, mereka seperti binatang ternak, bisanya tidur, makan, beranak, tapi Allah sebut lebih sesat dan parah dari binatang ternak.

وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ …
… dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.
[ QS. Al-A’raf Ayat 179 ]

Maka kalau belajar harus konsisten, menyimak dengan baik. Karena porsi terbesarnya ada pada ilmu. Meski baca Hadroh dua jam, dan porsi (belajar) ilim cuma 1 jam (lebih sedikit), tapi efeknya bukan main, dampaknya hebat luar biasa. Pelihara dan jaga sebaik-baiknya supaya kita selamat.