Tidak ada cinta yang sempurna dan indah lebih dari cinta kita kepada Allah dan Rasulnya.

Kitab Mukasyafatul Qulub
Episode 9 – Cinta

Karya Syekh Imam Ghozali

Kamis, 25 Juni 2020

Ustadzah Aisyah Farid BSA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Kisah

Dikisahkan ada seorang anak laki-laki melihat ada penampakan yang sangat buruk dihutan. Lalu dia bertanya, siapakah kamu ?

Maka siburuk menawab, “Saya adalah amalmu yang buruk”. Setiap insan yang memiliki amal yang buruk (seperti maksiat dll), maka perbuatan tersebut akan berubah menjelma menjadi rupa yang buruk.

Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, “Bagaimana saya bisa selamat darimu?”. Karena terkadang kita belum bisa memperbaiki diri, masih berdiam dari dosa-dosa yan glalu, mengerjakan hal-hal yang tidak baik.

Maka dijawab oleh siburuk rupa “Membaca shalawat kepada Muhammad SAW ” sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya, “Shalawat kepadaku adalah cahaya diatas shirath“.

Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad, membuat kita mendapatkan cahaya diatas shirat.

Kita tidak tahu bagaimana gambaran melintasi shirat yang sebenarnya. Namun yang kita ketahui adalah dibawah jembatan shirat, sudah siap makhluk-makhluk ciptaan Allah dari api neraka yang akan melahap kita. Dari kegelapan api neraka itu, dan dengan shalawat kita kepada Nabi Muhammad SAW, Allah menuntun kita dengan cahaya shalawat hingga kita bisa sampai ke pintu surganya Allah SWT.

Kembali lagi menyelamatkan kita dari dosa dan segala keburukan adalah Shalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW. Maka hendaknya kita sebagai seorang mukmin yang beriman, yang mengaku kita adalah umatnya Nabi Muhammad SAW, bagaimana jatah kita dengan Nabi Muhammad SAW ?.

Diriwayatkan Imam Thabrani,
“Barangsiapa yang bershalawat setelah Asar hari Jumat, 80 kali, dosanya akan diampuni selama 80 tahun.”

Shalawat yaumul jumah dibaca pada waktu ashar.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم تَسْلِيْمَا

“Ya Allah, limpahkan selawat atas Penghulu kami Nabi Muhammad, hamba-Mu, Nabi-Mu dan Rasul-Mu. Nabi yang ummi dan juga kepada keluarga dan para sahabatnya limpahkan pula salam sejahtera padanya.”

Ada seorang laki-laki yang lalai (lupa) dalam bershalawat. Pada suatu malam dia bermimpi melihat Nabi, tapi Nabi tidak melihat kepadanya, kemudian dia memanggil-manggil Rasulullah “Ya Rasulullah.. Ya Rasulullah ..”, tapi Nabi tetap tidak menoleh, kemudian dia mengejar Rasulullah dan bertanya “Ya Rasulullah apa engkau marah kepadaku ? Apa yang membuat engkau tidak mau memandangku ya Rasulullah”.

Kemudian dijawab oleh Nabi”Tidak, bagaimana aku marah padamu sedangkan aku tidak mengenalmu“.

Seseorang yang tidak dikenal Nabi, kira-kira kerugian apa yang didapat ? Kemulian yang hakiki bukanlah ketika kita dikenal oleh Presiden, gubernur, atau orang-orang penting lainnya, dan kerugianlah ketika kita dilupakan oleh manusia yang paling sempurna dimuka bumi, kekasih Allah SWT.

Ditanya lagi oleh pemuda tersebut “Bagaimana engkau tidak mengenalku wahai Rasul, seseungguhnya aku adalah salah satu laki-laki dari ummatmu.”

Kemudian pemuda tersebut bertanya lagi “Bukankah para ulama mengatakan Nabi Muhammad lebih mengenal kepada kita (ummatnya) melebihi mengenal seorang ibu kepada anaknya?“.

Dijawab oleh Nabi Muhammad SAW “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan membaca shalawat“.

Cara kita mengingat Nabi dengan membaca shirah itu benar. Cara kita mengingat Nabi dengan mengenang kisah Nabi itu benar. Tapi yang lebih tepat lagi adalah dengan bershalawat kepada Nabi kita Muhammad SAW.

Kata Nabi SAW “Sesungguhnya, aku mengenal (mengetahui) ummatku adalah dengan kadar bacaan shalawat mereka kepadaku“.

Semakin kita menambah shalawat kita kepada Nabi, maka yang akan kita dapat bukan hanya pahala dan pengampunan, tapi hakikatnya yang kita dapat adalah kita dikenal oleh Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada lagi kenikmatan melebihi kenikmatan dikenal oleh Nabi Muhammad SAW.

Maka terbangunlah laki-laki tersebut, pada saat terbangun, maka dia mewajibkan dirinya untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW 100x setiap hari.

Bilangan 100 memang terlihat sedikit, namun untuk mendawamkan setiap hari butuh perjuangan yang luar biasa. Kedudukan shalwat ia setarakan dengan shalat wajibnya. Seperti halnya orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah tidak akan meninggalkan shalat wajibnya. Krena dia tahu hukumnya adlah wajib. Maka dia membuat kewajiban untuk dirinya sendiri, “Aku akan membaca shalawat kepada Nabi 100x”.

Amal yang paling Allah cintai bukan yang banyak, tapi yang sedikit namun konsisten.

Tidak pernah ia (pemuda itu) meninggalkan setiap harinya bershalawat kepada Nabi 100x.

Maka wajibkan atas diri kita sendiri untuk bershalawat. Apa artinya jika kita tidak mengenal Nabi atau sebaliknya Nabi tidak mengenal kita.

Kemudian pemuda tersebut diberi kenikmatan dapat bermimpi Nabi lagi. Karena pemuda ini adalah pemuda shaleh (sedikit maksiat, hatinya bersih) dan hanya memiliki kekurangan jarang bershalawat sehingga diberi kenikmatan dapat bermimpi dengan Nabi. Karena tidak mudah dapat bermimpi Nabi SAW.

Ketampanan beliau (Nabi Muhammad SAW) bulan pun minder akan sinar wajahnya. Sahabat Nabi memberikan perumapaan “Jika aku melihat bulan yang sedang terang benderang, kemudian aku menengok kepada Nabi Muhammad SAW, kembali lagi aku melihat bulan, aku lihat lagi wajah Nabi Muhamamd, Wallah wajah Nabi Muhammad lebih indah dan lebih terang daripada bulan purnama”.

Kemudian Nabi berkata kepadanya “Aku mengenalmu sekarang, dan aku akan memberikan syafaat kepadamu”.

Dengan membaca shalawat kepada Nabi, tidak hanya dikenal, tapi Nabi juga kelak akan memberikannya syafaat.

Kenapa demikian ? Imam Ghozali berkata, “Karena orang yang sudah melazimkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, maka dipastikan didalam dihatinya akan tumbuh kecintaan kepada beliau (Nabi Muhammad SAW).

Seiring dengan shalawat yang dia baca, bertambah kecintaannya kepada Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Cinta Allah Cinta Nabi

Suatu ketika Rasulullah pernah mengajak seorang Ka’ab bin Al Asyraf (pemuda yahudi) untuk masuk kedalam islam.

Namun mereka menjawab” Kedudukan kami seperti anak-anaknya Tuhan, berarti kami lebih mencintai Allah daripada kalian.

Maka Allah menurunkan ayat lanjutan, “Katakan Wahai Muhammad, jika mereka benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad),dan berimanlah kepadaku secara lahir dan batin, niscaya Allah akan mencintai kalian, dan akan menghapus dosa-dosa kalian“.

فَٱتَّبِعُونِى

Mengikuti siapa ? Mengikuti Nabi Muhammad SAW.

Bagaimana bisa seseorang dikatakan mencintai Allah tetapi sedangkan dia tidak mau mengikuti syariat Nabi, ajaran agama yang dibawa oleh Nabi.

Padahal, Nabi yang telah menyampaikan risalah kepada kita semua, ajaran yang telah Allah wajibkan atas kita semua.

Dengan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, apa ganjarannya ? maka kita bisa meminta syafaat dari Nabi Muhammad SAW.

Orang yang mengaku menghamba kepada Allah tapi tidak mengikuti syariatnya Rasulullah, tidak mengikuti sunnahnya Rasulullah, bahkan memiliki syariat sendiri, cara menutup aurat, cara zakat, maka mereka tidak punya hujjah, pegangan dan tidak dapat ganjaran syafaat dari Rasulullah.

يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ

Dengan kita mengikuti ajarannya Nabi Muhammad, perintah dari Allah melalui lisan Nabi Muhammad, niscaya Allah akan menyayangi kita, mencintai kita. dan Allah akan menghapus segala dosa-dosa kita. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kenapa Cinta Nabi ?

Maka bagi setiap mukmin diwajibkan cinta kepada Allah, untuk mengikuti perintahNya, mengutamakan taat kepadaNya, dengan melihat perjuangan Nabi dalam menyampaikan risalah ini.

Kita mendengar perjuangan Nabi di Perang Uhud, sampai diberitakan bahwa Nabi telah wafat karena saking terlukanya beliau.

Gigi geraham beliau patah, pelipis berdarah bercucuran disekujur wajah beliau. Semua sahabat yang menjadi tameng beliau berdarah, dengan perjuangan mereka yang begitu luar biasa.

Apa yang ingin mereka sampaikan (dengan perjuangan tersebut) kepada kita? mereka ingin menyampaikan kepada kita risalah, ajaran Allah yang dibawa.

Saat beliau mencari peruntungan hijrah ke kota Thaif, ternyata kota Thaif menolak beliau. Beliau malah mendapat pukulan dari algojo-algojo yang menanti beliau, beliau mendapat hantaman yang luar biasa, beliau malah diberi penghinaan, ditimpuk, hingga bercucuran darah.

Datang pada saat itu malaikat. Malaikatul Jabal, Malaikatnya gunung Uhud seraya menawarkan Rasululah, “Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin gunung ini dihancurkan? kemudian aku telan mereka semua hidup-hidup, karena perlakuan mereka yang melampaui batas.

Tapi lihat rahmatnya Nabi kita Muhammad SAW. Cinta & kasih sayang kepada ummatnya meskipun orang itu sudah menyakiti beliau, melukai beliau.

“Allahummahdi qaumi fainnahum la ya’lamun.”.
Ya Allah, berilah hidayah pada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengerti

Beliau mengharapkan kelak dari keturunan mereka yang telah menyakiti Rasulullah, bahkan beliau doakan “Semoga dari keturunan mereka adalah orang-orang yang beriman kepadaku dan kepada Allah”.

Jika kita dimusuhi orang, apakah kita masih dapat mendokan orang tersebut? amarah kita pasti bergejolak.

Lalu rahmat apa yang dimiliki Nabi Muhammad SAW ?

Sebegitu berjuangnya Nabi, mati-matian berjuang agar ajaran, risalah, dakwah ini bisa sampai ke telinga kita. Namun, mereka yang mengaku islam, tapi mereka juga yang menjadikan islam sebagai bahan ledekan mereka.

Pada saat disuruh mengerjakan sunnah Nabi, dengan mudahnya lisannya berucap,

“Ribet amat !! Susah amat !!”

“Islam kayanya ga susah begini ! perasaan ajaran Nabi ga ribet begini !”

Disini kedangkalan (pemikiran) ada pada siapa ?

Islam yang ruwet atau hati kita yang belum menerima ajaran islam yang luas ini ?

Ketahuilah, semakin banyak sunnah nabi yang kita kerjakan, hakikatnya hati kita semakin semakin luas menerima risalah Nabi Muhammad SAW.

Semakin kamu menolak, “Saya belum sanggup, belum siap, yang santai-santai saja (sesuai dengan hawa nafsu kita)”, berarti hati kita masih sempit. Berarti kita sendiri yang yang telah menahan, membatasi syariat Nabi Muhammad SAW untuk bertambah ilmu dan pengetahun. Betapa ruginya kita.

Warisan Nabi

Menjelang beliau wafat, Abu Hurairah pergi kepasar untuk melihat orang-orang yang sibuk dengan dunia (berdagang).

Tiba-tiba Abu Hurairah berteriak “Hai orang-orang yang berada di pasar, tidakkah kalian mau mendapat warisan Rasulullah ?

Serentak orang-orang yang ada dipasar menutup tokonya, mereka berbondong-bondong beranjak menuju masjid yang dikira ada pembagian warisan Rasulullah.

Begitu mereka sampai ke masjid, mereka dapati orang-orang disana sedang tilawah quran, mengkaji ilmu.

Kemudian orang-orang kembali lagi ke pasar dan bertanya kepada Abu Huraira. “Ya Abu Huraira kau berkata di masjid sedang dibagikan warisan Rasulullah. Kami berbondong-bondong datang kesana, tapi kami tidak menjumpai warisan Rasulullah, hanya ada orang-orang yang membaca quran, membahas ilmu yang dibawa oleh Rasulullah ”

Apa yang dijawab oleh Abu Huraira ?

العلماء ورثة الانبياء

Disanalah terletak warisan Rasulullah, pewaris Nabi Muhammad. Nabi tidak pernah mewariskan harta, tapi yang diwariskan Nabi adalah ajaran yang dibawa

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ