KELALAIAN
Kelalaian terjadi karena ketidakpedulian kita terhadap sesuatu. Menganggap perkara itu tidak penting, sehingga mengabaikan dan lalai terhadapnya.

Kitab : Mukasyafatul Qulub
Episode 6- Dalam Kelalaian

Karya Imam Ghazali

Hari : Senin, 15 Juni 2020

Ustadzah Aisyah Farid BSA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Pendahuluan

Wasiat dari Habib Umar bin Hafidz,
Saya tidak heran jika ada teman yang menyakiti temannya, teman meninggalkan temannya. Namun saya akan merasa sangat malu, jika selama ini orang yang kita sangka adalah musuh, namun dia orang yang membantu kita.

Apa itu kelalaian?

Kelalaian biasanya terjadi karena ketidakpedulian kita terhadap sesuatu. Kita menganggap perkara itu tidak penting, sehingga mengabaikan dan lalai terhadapnya. Biasanya, orang yang memiliki kecenderungan untuk mengabaikan (terutama terhadap hukum Allah) maka suatu saat dia akan tertinggal.

Contohnya, berapa banyak dari kita yang tertinggal handphone atau barang yang penting karena kelengahan kita ?

Manusia itu memang tempatnya lupa, tapi jangan sampai kita masuk kedalam orang yang tidak peduli. Karena lupa dan tidak peduli adalah hal yang berbeda.

Orang yang banyak lupa karena banyak tidak pedulinya terhadap sesuatu.

Kelalaian akan menambah penyesalan. Orang yang banyak melalaikan perintah Allah mereka adalah orang-orang yang kelak akan bertambah penyesalannya.

Selain itu, Kelalaian akan membuat orang kehilangan banyak kenikmatan. Siapa yang ingin kehilangan nikmat? Kita semua pastinya mengharapkan akan bertambahnya nikmat.

Allah Berfirman,
“Dikala kau menyukuri nikmat, maka nikmat akan ditambah. Tapi jika kau lalai, kufur nikmat, lupa terhadap nikmat, bahkan menganggap nikmat yang Allah berikan bukan nikmat yang harus disyukuri, ketahuilah maka siksa Allah amat pedih“.

Jadi, Nikmat bisa hilang karena lalai. Dari kelalaian tersebut bisa menghalangi penghambaan kita terhadap Allah sehingga ada sekat antara kita dengan Allah.

Kelalaian juga akan menambah sifat kedengkian di hati kita, karena orang yang lalai, lupa akan nikmat yang Allah yang telah Allah anugerahkan dan hanya melihat nikmat yang ada pada orang lain. Menganggap punya sikap dengki itu manusiawi. Karena lupa akan nikmat yang Allah berikan kepada dia.

Ada orang yang tidak diberi suami, sedangkan dia punya suami.
Ada orang yang tidak beri anak, tapi dia punya anak.
Ada orang yang tidak diberi rumah, tapi dia punya rumah.
Namun dia mengatakan, “Tidak, nikmat ku belum cukup.”
Suaminya berpenghasilan sedikit dia mengatakan “Tidak, belum cukup karena ada orang yang berpenghasilan lebih besar.”

Dia lupa bahkan ada orang yang Allah uji suaminya tidak berpenghasilan sama sekali.

Ini Bukan soal siapa yang lebih banyak atau lebih sedikit nikmat yang didapat, tapi kelalaian akan nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Ingat, kelalaian akan menambah keburukan dan kekecewaan.

Kisah Orang Saleh

Dikisahkan seorang soleh bermimpi melihat Gurunya (Dzun Nun Al-Mishri). Ia bertanya pada Gurunya tersebut, “Apa yang telah Allah perbuat terhadapmu?” Dijawab oleh Beliau, “Allah menundukkan diriku dihadapannya“. Kemudian Allah berkata, “Wahai orang yang mengaku-ngaku, kamu mengaku cinta kepadaKu, tapi engkau lalai kepadaKu“.

Kita mengaku cinta kepada Rasulullah tapi berapa banyak sunnah Nabi yang kita lalaikan, bahkan untuk perkara yang kecil.

Rasulullah meminta kita untuk duduk saat minum, tapi berapa banyak dari kita yang masih minum sambil berdiri. Apalagi untuk mengajarkan kepada anak-anak kita !!

Berapa banyak orang zaman sekarang yang tidak peduli akan pertumbuhan anak-anaknya.

Makan dengan tangan kiri, minum sambil berdiri.

Harusnya anak sudah ditanamkan kecintaan akan melakukan sunah-sunah Rasul sejak kecil.

Karena tidak adanya pendidikan, akhirnya anak tumbuh tidak sesuai dengan doa yang selama ini kita panjatkan (“Ya Allah karuniakan aku anak yang sholeh”).

Ini adalah salah satu bentuk kelalaian kita. Ketahuilah, kita tidak perlu membayar untuk melakukan sunah-sunah yang kita anggap remeh itu, tapi keuntungannya akan berbalik kepada kita. Bohong kalau kita mengaku cinta kepada Nabi SAW sedangkan kita mengabaikan sunnah-sunnah yang kecil ini.

Disebutkan dalam syair,
Kau terlelap dalam kelalaian, ketahuilah usia terus berlalu, sedangkan dosa-dosa tetap menggudang, tidak ada yang berkurang, bahkan terus bertambah, lantaran menganggap perbuatan dosa yang kita lakukan adalah hal yang biasa.

Kisah Orang Yang Lalai

Dikisahkan seorang yang sholeh bermimpi ayahnya,
“Wahai Ayahku, bagaimana keadaan mu setelah kematian?”

Dijawab oleh Ayahnya, “Wahai anakku, ketika di dunia kita hidup dalam keadaan lalai, maka kita mati dalam kelalaian.”

Itulah dampak yang terjadi pada seseorang yang terus mengabaikan syariat Allah.

Seperti mengerjakan perintah Allah sesuka hati, bahkan mempermainkan kata-kata hidayah.

Orang yang lalai biasanya jika ditanya “Kapan kau mau berhijab?” Maka dia menjawab, “Nanti jika sudah mendapat hidayah“. Apakah hidayah itu kita yang menentukan?

Hidayah itu diminta, tapi juga harus diikuti dengan usaha. Meminta itu adalah bentuk usaha yang paling ringan.

Seperti anak yang meminta dibelikan handphone, dia berjanji untuk mendapat nilai yang bagus. Meminta itu adalah usaha yang paling ringan, tapi ada usaha lebih yang dia lakukan untuk mendapatkan handphone tersebut.

Setiap hari kita memanjatkan doa agar diberi petunjuk yang lurus di dalam shalat. Tapi tidak ada usaha setelahnya ? maka itu sama saja bohong. Kau sudah menjadi orang islam, itu adalah hadiah dari Allah. Tapi untuk mendapat hidayah, kau perlu usaha lebih.

Orang yang lalai akan selalu melihat orang yang sama atau lebih rendah darinya.

Kisah Nabi Yaqub dan Malaikat Izrail

Nabi Yaqub adalah salah satu nabi yang bersahabat dengan Malaikat Izrail. Suatu ketika malaikat Izrail datang ke tempat Nabi Yaqub.

Kemudian Nabi Yaqub bertanya, “Wahai Izrail, kau datang kesini hanya ingin mampir atau mau mencabut nyawa ku?” .

Maka dijawab oleh Izrail, “Aku datang kesini hanya mampir” .

Kemudian Nabi Yaqub berkata, “Kalau begitu, bolehkah aku meminta kau beritahu terlebih dahulu jika kau datang untuk menjemput ajalku?”

Nabi Izrail pun berkata, “Baiklah, akan kuutus nanti dua atau tiga utusanku untuk memberitahumu bahwa ajalmu sudah dekat.”

Suatu ketika malaikat Izrail datang kembali. Nabi Yaqub mengulangi pertanyaan yang sama. Ternyata malaikat datang untuk mencabut nyawa. Nabi Yaqub kaget, dan berkata “Bukankan aku menyuruhmu untuk memberi tahu jika ajal ku sudah dekat?”

Malaikat Izrail pun berkata “Saya sudah melakukannya. Saya sudah mengutus dua atau tiga utusan yaitu, memutihnya rambutmu yang hitam, melemahnya tubuhmu yang tadinya kuat, dan membungkuknya tubuhmu yang tadinya tegak. Itu adalah utusanku kepada seluruh anak cucu adam sebelum datang ajalnya.

Disini kita tahu seorang Nabi pun dirahasiakan kapan ajalnya tiba. Karena Allah tahu jika manusia diberitahu ajalnya, maka mereka akan lalai dan santai dalam mempersiapkannya.

Kematian

Kematian adalah sesuatu yang perlu kita pasrahkan kepada Allah SWT, tapi hendaknya perlu kita waspadai agar tidak menyesal jika ajal datang tiba-tiba sedangkan kita dalam keadaan lalai kepada Allah SWT.

Bukankah indah jika kita mendengar ada seseorang yang meninggal ketika sujud, mendengarnya saja sudah merasakan nikmatnya. Jika kita ingin itu terjadi pada diri kita, maka janganlah kita menjadi orang yang lengah dan lalai, kerjakanlah ibadah sehingga kita mendapat keberuntungan di akhir hayat kita.

Dalam syair
Telah datang utusan kematian kepada kita, sementara hati kita terlelap dalam kelalaian, ketahuilah kenikmatan di dunia ini penuh dengan kesemuan dan kebatilan.”

Jangan Lalai

Kalau kita diberi nikmat, jangan sampai nikmat itu menjadi jembatan untuk lalai dan lupa kepada Allah SWT.

Kita meminta nikmat itu selalu dijaga dan senantiasa ada, maka jadikan itu semua jembatan untuk semakin dekat kepada Allah.

Dalam surat Al-Kahfi (ayat 46) Allah sebut anak dan harta adalah hiasan dunia. Ada yang menjadikan harta dan anak sebagai pengantarnya menuju Allah, tapi ada juga yang terjerumus didalam kelalaian dan kemaksiatan karena itu pula.

Kalau kita ingin punya anak soleh dan solehah, maka didiklah mereka sejak kecil, bahkan saat masih dalam kandungan.

Tanggung jawab orangtua bukan hanya memberi makan dan minum, tapi yang paling utama adalah memberikan pendidikan yang terbaik, yaitu pendidikan akhirat yang akan mengantar dia pada keselamatan dunia dan akhirat.

Untuk orang tua yang berdoa agar anaknya menjadi sholeh, maka mintalah anak-anak kita menjadi soleh-solehah sedari kecil hingga meninggal dunia.

Ada orang-orang yang diberi proses menghadapi anaknya yang bandel dulu baru kemudian sholeh.

Maka sangat perlu kita meminta anak sholeh sedari kecil kepada Allah diikutsertakan dengan tarbiyah (pendidikan) yang baik. Jangan (menjadi anak) yang menguji orang tuanya terlebih dahulu.

Jangan sampai kita menjadi orang tua yang lalai sehingga tidak mempedulikan iman, akhlak, ilmu dan agamanya, sehingga mereka tumbuh besar tapi tidak mengerti dengan agamanya sendiri.

Kisah Orang Shaleh

Suatu ketika Abu Ali Ad-Daqqaq pernah mendatangi orang soleh yang sakit. Ia Termasuk ulama besar, dikelilingi murid-murinya. Orang soleh itu ia jumpai sedang menangis, maka bertanya “Apa yang membuatmu menangis?”

Dijawab oleh Syeikh tersebut ”Aku menangis bukan karena persoalan dunia, namun menangis karena sholatku yang terbengkalai.” Ini adalah orang sholeh, tapi dia merasa sholatnya terbengkalai.

Maka bertanya lagi Abu Ali, “Bagaimana itu bisa terjadi?”

Maka dijawab, “Tidakkah anda melihat keadaan saya saat ini? saya dalam keadaan terbaring, tidak dalam keadaan sujud. Tidak bisa mengangkat kepala dan Ini termasuk bentuk kelalaian saya. Saya takut, apakah saya akan dimatikan dalam keadaan lalai seperti ini?”

Dari sini kita bisa melihat bahwa orang-orang soleh mencintai sujud, yaitu saat-saat paling dekat dengan Allah. Tatkala mereka kesulitan melakukan itu, maka mereka merasa dalam keadaan lalai.

Berbeda dengan kita, yang baru sakit sedikit sudah ingin meng-qodho shalat.

Dalam keadaan tersengal-sengal nafasnya ia pun mengucapkan syair,
Aku merenungkan keadaanku saat hari kiamat nanti.
Saat dibaringkannya pipiku di alam kubur, aku seorang diri.
Dosa-dosaku semua tergadaikan, sedangkan setelah itu aku berbantal dengan tanah liat .
Aku merenungkan panjangnya hisab,keadaaan ku dalam menerima catatan amalku.
Tetapi ya Rabb, harapanku hendaknya kau mau mengampuni dosa-dosa ku
.

Semulia apapun kita, seenak apapun keadaan kita tidur di dunia, kita semua pasti akan merasakan bantal dari tanah.

Orang soleh selalu merasa kurang dalam beribadah. Tidak ada dari mereka yang merasa hebat dalam beramal. Jangan pernah melakukan sedikit amal kemudian merasa cukup.

Allah mengatakan, berlomba-lombalah dalam beramal shaleh.

Dua sifat yang tidak boleh hilang dari dalam diri kita yaitu rasa takut dan harap yang besar kepada Allah SWT.

Allah berfirman, “Jika Aku murka, tidak ada yang bisa menghalangi dari murkaKu. Disisi lain Allah juga berkata, Rahmatku menyeliputi segala sesuatu“.

Tiga Hal Yang Diingkari Manusia

Ada 3 hal yang diucapkan oleh manusia namun mereka sendiri yang mengingkarinya:

“Kami semua adalah hamba-hambanya Allah”

Manusia mengatakan manusia adalah hamba Allah namun perbuatannya seperti orang merdeka, tidak peduli dengan tuannya.

Meninggalkan Shalat, membuka aurat tidak takut, durhaka kepada orang tua tidak takut, dan perbuatan maksiat lainnya.

Itu semua adalah perbuatan orang yang merdeka, kalau seorang hamba/budak, mana mungkin ia berani (melakukan itu).

Allah begitu Rahmat dan Rahim. Budak yang melanggar aturan tuannya akan disiksa, tapi Allah, tidak langsung menyiksa kita.

Kita perlu malu kepada Allah SWT karena perbuatan kita tidak sesuai dengan ucapan.

“Allah yang menanggung rezeki kita”

Jika kita ditanya siapa yang menjamin rezeki kita ? maka pasti kita akan menjawab Allah-lah yang menjamin rezeki.

Tapi perbuatan kita tidak sesuai dengan ucapan ini, kita merasa tidak tenang dan tidak pernah puas kecuali dengan terus mengumpulkan harta kekayaan.

Ini adalah pengingkaran atas ucapan kita sendiri.

Banyak orang mengatakan, “Kalau saya tidak bekerja (haram) saya makan apa? “.

Seperti mengumbar aurat, bekerja ditempat yang masih dalam naungan riba dll.

Dia lupa siapa yang memberi makan.

Kunci dari segalanya adalah takwa.

Orang yang memiliki masalah, maka jalan keluarnya adalah takwa. Sehingga Allah akan berikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.

“Kematian adalah sebuah kepastian”

Kita tahu kematian akan datang, namun perbuatan kita seperti tidak akan mati.

Jika disuruh melakukan ibadah, kita menjawab nanti dan nanti.

Siapa kita? Bahkan seorang Nabi pun tidak diberitahu kapan kematiannya. Seharusnya kita mempersiapkan bekal dengan amal saleh. Jangan menunda untuk berbuat kebaikan. Terus melakukan walaupun dengan merangkak.

Bergegaslah menuju kebaikan. Orang yang paling cepat, rajin, dalam melakukan ibadah, merekalah orang-orang yang dekat kepada Allah.

Kita harus merenung, bekal apa yang akan kita bawa kehadirat Allah. Apa yang kita ucapkan dihadapan Allah jika Allah bertanya sesuatu yang besar maupun yang kecil ?

Dalam surat Al-Kahfi disebutkan,”Tidaklah kecil maupun besar kecuali ada hitungannya disisi Allah“.

Hubabah Nur berkata, “Tertawa dari yang senyum sampai yang terbahak-bahak akan ditanya mengapa kita melakukan itu. Kalau semua itu ditanya apakah kita sudah mempersiapkan dalam menjawab pertanyaan itu?

Takwa Kepada Allah

Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui semua, mulai dari hal baik hingga buruk. Kita harus menasehati diri agar tidak meninggalkan perintah Allah.

Keuntungan dengan mewaspadai diri dari kelalaian dan melakukan maksiat yaitu kebahagiaan di akhirat kelak.

Nabi SAW bersabda, tertulis pada tiang Arsy, sesungguhnya Allah SWT berkata,
Aku akan memenuhi pada siapa yang memenuhi perintahKu
Aku mencintai pada siapa yang mencintaiKu
Aku akan memenuhi panggilan orang yang memanggilku
Aku mengampuni orang yang memohon ampun kepadaKu

Datangi Allah melalui Pintu Nabi Muhammad

Terlebih jika kita mendatangi Allah melalui pintu Nabi Muhammad SAW. Allah berkata kepada Nabi Muhammad SAW, “Apabila ada orang yang berlaku zalim kepada dirinya sendiri kemudian mendatangi mu, meminta mu untuk berdoa kepada Ku agar diampuni dosanya, maka kau akan jumpai Aku akan mengampuninya“.

Hendaklah setiap orang yang berakal mentaati semua perintah Allah dengan takut dan Ikhlas.

Bersyukur

Bersyukur dengan ketetapan Allah/ Qanaah serta bersabar atas ujiannya.

Sebagai Contoh,
Ada seseorang yang kita beri makanan, kemudian dia senang luar biasa dan berterimakasih walaupun yang kita beri tidak seberapa. Ucapan terimakasih yang tulus itu akan menyentuh hati kita. Bandingkan dengan orang yang kita beri lalu kemudian tidak bersyukur dan meminta diberi lebih. Kita pasti tidak suka melihat orang yang seperti itu.

Begitupun saat meminta kepada Allah. Kita harus mensyukuri terlebih dahulu pemberian-Nya.

Di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman,
Barangsiapa yang tidak ridho terhadap ketetapanKu, tidak sabar dengan cobaan Ku, tidak syukur akan nikmatKu, tidak menerima atas pemberianKu, maka hendaklah dia mencari Tuhan selainKu.

Tidak ada Tuhan yang lebih baik daripada Allah, yang begitu pengasih-penyayang, yang memberi tanpa imbalan. Satu nikmat mata tidak mampu kita bayar.

Jika salah satu dari anggota badan kita diberi ujian oleh Allah, tapi sisa dari anggota tubuh lainnya mampu berfungsi dengan baik, maka itu semua adalah nikmat dari Allah yang tidak mampu dibayar dengan apapun juga.

Kenapa kita melihat ada orang yang dilahirkan dengan kekurangan pada fisiknya? Sesungguhnya mereka memiliki rasa syukur yang lebih dibanding orang yang dilahirkan dengan anggota tubuh yang sempurna.

Maka bersyukurlah ketika kita bangun, kita masih diberi hidup. Itu adalah nikmat yang diberikan Allah. Orang yang berkata hari ini hari sial adalah orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah. Tidak ada hari sial, semua hari yang Allah berikan adalah baik.

Sebuah Pandangan Memberikan Dampak

Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Imam Hasan Al-Basri,
Sesungguhnya saya tidak merasakan nikmat dalam ibadah (merasa lelah)”.

Maka dijawab oleh Imam Hasan Al-Basri, “Mungkin kamu memandang wajah orang yang tidak takut kepada Allah, melihat dengan pandangan takzim, mengagumi dan mengidolakan orang yang tidak takut kepada Allah.”

Kenapa anak-anak kita malas untuk ibadah? Coba lihat siapa yang dikagumi, diidolakannya.

Mungkin karena mereka mengagumi orang yang tidak boleh dikagumi, orang-orang yang tidak takut kepada Allah, bahkan orang-orang yang kafir kepada Allah. Mereka tidak percaya kepada Allah tapi anak-anak kita memuja mereka, meniru dan ingin menjadi mereka.

Berapa banyak anak-anak yang menjadi Ustadz atau Ustadzah, menutup aurat dengan sempurna?

Jika kau mempunyai anak seperti itu (yang mau menutup aurat sedari kecil), maka itu adalah jalan dari Allah yang mempermudah mu mendidiknya.

Berapa banyak orangtua melarang anaknya yang ingin berhijab sejak kecil? Dengan alasan bahwa dia kecil, jangan kaya ibu-ibu, kau masih muda, nikmati dulu masa mudanya. Nanti kalau sudah tua, sudah menikah baru tutup aurat.

Kau mempersulit jalanmu dalam mendidik anak-anakmu.”

Jangan kau kira hanya memandang tidak memberikan efek di hatimu.

Memandang wajah orang Alim, bisa membuat diri kita semangat dalam beribadah. Bertahun-tahun efeknya jika kita memandangnya dengan pandangan takzim, pandangan tulus dan cinta.

Namun berbeda jika kita memandang orang-orang yang bermaksiat. Efeknya pun berbeda-beda di hati kita. Ada yang berefek setahun, sebulan dsb. Efek itu semua tergantung kebersihan hati kita.

Kenapa kamu tidak lagi datang ke arisan dan perkumpulan semacam itu? Karena saya tahu itu lebih banyak mudharatnya, jadi sering bertengkar dengan suami, anak tidak terurus, yang dipentingkan hanya penampilan saja, karena saling berlomba-lomba untuk mengungguli kecantikan satu sama lain.

Allah Yang Menautkan Hati

Sebagai contoh, ada seorang istri yang memutuskan untuk berhijab.

Kemudian ditanya oleh temannya, “Kamu tidak takut suami mu meninggalkan mu?”

Kau pikir tolak ukur manusia selalu dari pandangan mata?

Kau lupa hati itu Allah yang menautkan.

Makanya Doa dalam pernikahan yaitu, Allahumma allif bainahuma kama allafta baina Adama wa Hawa, wa allif bainahuma kama allafta baina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam wa Khadijah al-Kubra….

“Ya Allah satukanlah kedua hati mereka sebagaimana engkau menyatukan hati Sayyidina Adam dan Sayyidina Hawa, Sayyidina Rasulillah dan Sayyidina Khadijatul Kubro”.

Ini bukan soal fisik, ini soal Hati. Jika kau betul dalam hijrahmu, betul dalam menekuni ibadah mu kepada Allah, tidak mungkin Allah menyia-nyiakan hijrahmu. Bisa jadi hijrahmu itu menuntun orang lain kepada Allah.

Setiap orang yang beriman, jika dia melakukan dosa, maka ada rasa penyesalan di dalam dirinya. Kenapa ada rasa penyesalan? Karena awalnya manusia diciptakan dengan fitrahnya yang bersih.

Selama penyesalan itu ada, maka bkamu, tapi jika sudah tidak ada, maka hatimu sudah dikuasai oleh syaiton, Nauzubillahminzalik.

Kalau ingin menjadi orang benar-benar ibadah semata-mata karena Allah, maka kita harus membuang hal-hal selain Allah di hati kita. Sembahlah Allah sampai menemukan kelezatan dalam beribadah.

Kisah Hamba Sebagai Penyembah

Dikisahkan, ada seorang yang sedang shalat. Ditengah-tengah dia shalat, pada saat sampai pada bacaan iyyakana’budu, terlintas dihatinya bahwa ia telah mengabdi kepada Allah dengan pengabdian yang sebenarnya.

Tiba-tiba di dalam bathinnya ada yang menjerit, mengatakan, “Kau telah berbohong, sebenarnya kau mengabdi kepada makhluk.”

Kita berucap setiap hari di dalam shalat, “Ya Rabb hanya kepadamu aku mengabdi.”

Coba tanyakan kepada diri kita, ucapan Allah dengan ucapan manusia mana yang lebih kita takutkan ?

Jika kau lebih takut ucapan manusia, maka kau berbohong mengatakan mengabdi kepada Allah.

Ia pun bertaubat dan menjauhkan diri dari manusia.

Ketika Ia shalat kembali, pada saat sampai pada bacaan iyyakana’budu. Tiba-tiba di dalam bathinnya ada yang menjerit kembali, “Kau telah berbohong, sebenarnya kau mengabdi kepada harta.”

Jika kita ingin mengetahui apakah kau mengabdi kepada Allah atau harta? maka letakkanlah uang di depanmu saat kau shalat di kerumunan oang banyak.

Apakah kau shalat dengan khusyuk atau melihat uang itu terus? Bahkan terkadang kita memikirkan sandal takut hilang saat sedang shalat.

Ketahuilah kekhawatiran mu itu yang membuat mu menjadi penyembah harta.

Maka kemudian orang ini menyedekahkan seluruh hartanya di jalan Allah SWT.

Walau kita belum bisa seperti ini, maka jangan pernah kita merasa sedekah kita sudah cukup besar. Tidak ada nominal besar dalam sedekah.

Sebesar apapun yang kau sedekahkan maka tidak akan pernah sebanding dengan yang Allah berikan kepadamu.

Dan jika kau bersedekah sedikit, maka malulah kepada Allah, kau meminta banyak tapi hanya sedikit yang disedekahkan di jalan Allah.

Jika kau mampu bersedekah banyak, tapi hanya bersedekah sedikit dengan mengatakan “Ah sudah banyak orang lain yang memberi” maka kau adalah orang munafik yang melihat sedekah orang lain.

Sesungguhnya kau memberi kenikmatan kepada orang lain, yang bersedekah lebih banyak.

Ia pun kembali shalat dan pada saat sampai pada bacaan iyyakana’budu, Ia kembali mendengar bisikan, “Kau telah berbohong, sebenarnya kau mangabdi kepada pakaianmu.”

Berapa banyak dari kita yang suka menimbun pakaian? Padahal itu semua terdapat hisab. Jika kau memiliki pakaian yang tidak kau gunakan dalam beberapa waktu maka sesungguhnya pakaian itu tidak kau butuhkan.

Takutkah kamu kehilangan baju-baju mu? Jika kau takut, maka kau mengabdi kepada pakaianmu.

Jangan mengaku menghamba kepada Allah jika takut hanya kepada hilangnya pakaianmu.

Akhirnya, Ia pun menyedekahkan baju-bajunya kepada orang yang membutuhkan.

Jika kita mengenakan baju yang panjang, melihat saudara kita belum mengenakan pakaian yang panjang, maka akan lebih baik kita memberikannya kepada mereka sehingga membuat hati mereka tergerak untuk memakai pakaian yang panjang.

Suatu saat pakaian mu itu menjadi saksi, bahwa kau menjadi penyebab orang lain menggunakan pakaian yang baik.

Menunjukkan jalan yang benar kepada satu orang maka lebih baik daripada bersedekah senilai dengan mobil termahal.

Ia pun kembali shalat dan ada suara yang kembali berseru di bathinnya, “Sekarang kau sudah benar-benar mengabdi kepada Allah.”

Kita sudah benar-benar mengabdi kepada Allah jika sudah tidak ada lagi yang.

Kisah Seorang Yang Lalai dalam Shalat

Dikisahkan seorang laki-laki kehilangan barangnya. Dia tidak tahu siapa yang ambil.

Ketika dia shalat dia teringat siapa yang mengambil barangnya itu.

Setelah salam, dia menyuruh budaknya pergi ke tempat orang yang mengambil barangnya yang dicuri tersebut.

Kemudian budak itu datang meminta barang tuannya ke orang yang mencuri.

Kemudian pencuri itu bertanya, “Kapan tuan mu mengingat barangnya dicuri saya? “

Dijawab oleh budaknya,”Waktu shalat dia baru ingat bahwa barangnya ada sama kamu“. kemudian budak itu pun menegur tuannya. “Tuanku, sesungguhnya dalam shalat yang engkau cari adalah barang mu yang hilang bukan Allah“.

Memang ada setan khusus yang bertugas untuk mengganggu anak cucu adam yang sedang shalat, membuat yang lupa menjadi ingat, dan membuat yang seharusnya ingat menjadi lupa. Sehingga pikiran kita bermain-main.

Maka setelah itu, tuannya membebaskan budaknya memberikan nasehat yang sangat bermanfaat bagi dirinya.

Dalam shalat kita seharusnya mencari ridha Allah bukan yang lain. Perkara yang membuat kita lalai kepada Allah, abaikan.

Berusahalah untuk fokus dalam beribadah. Maka hendaknya bagi orang yang berakal meninggalkan dunia dan mengabdi kepada Allah. Memikirkan masa depan yang dia kehendaki bagi urusan akhiratnya.

Bukan berarti dalam meninggalkan dunia melepaskan tanggung jawabnya mencari nafkah. Boleh bekerja, mencari uang, namun jangan sampai membuat kita lalai kepada Allah SWT.

Allah berfirman, “Barangsiapa menghendaki keuntungan akhirat, kami akan menambahkan keuntungan untuknya. Tapi barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia, kami berikan sebagian daripadanya”.

Jadikan Tujuanmu adalah Akhirat

Siapa yang mencapai rezeki, Ilmu, dan beramal untuk tujuan akhirat, maka Allah akan memberinya lebih di dunia dan akhirat. Tapi orang yang mencari rezeki dan ilmu hanya untuk kepentingan dunia, maka Allah hanya memberi sebagian di dunia dan tidak ada bagian untuknya di akhirat kelak. Bahkan jatah cinta di akhiratpun tidak diberikan.

Maka dari itu sayyidina Abu Bakar menginfakkan hartanya 40.000 dinar secara sembunyi dan 40.000 dinar lagi secara terang-terangan. Hartanya pun habis hanya diinfakkan untuk Rasulullah. Keluarganya pun orang-orang yang berpaling dari dunia.

Nabi SAW pun tidak punya kecenderungan kepada dunia sedikitpun. Yang ada dalam benak Nabi memberi dan memberi kepada orang lain yang membutuhkan.

Jika Nabi SAW mau, Jabal Uhud pun bisa diubah jadi emas, tapi Nabi tidak mau.

Waktu Nabi SAW menikahkan Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali, yang ada di dalam rumahnya hanya kulit domba, dan bantal yang diisi sabut.

Nabi SAW ingin mencontohkan kepada kita kesederhanaan.

Semoga kita bisa meniru satu-persatu pelajaran dari apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ