Diantara orang yang baik adalah yang orang yang diberi usia panjang, tetapi amal ibadahnya juga baik

MT.Ar Rahman

Kamis, 5 Maret 2020 Jam 19.30-21.00

Tawaqufan Sementara

Ustadzah Aisyah Farid BSA

بسم الله الر حمن الر حيم

Nabi Bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang baik “

Diantara orang yang baik adalah yang orang yang diberi usia panjang, tetapi amal ibadahnya juga baik.

Jangan meremehkan kebaikan/ketaatan sekecil apapun.

Jika ada sekecil apapun kebaikan yang dikerjakan seseorang, maka itu baik baginya. Begitu juga kebalikannya, sekecil apapun kebaikan yang dikerjakan seseorang, maka keburukan juga untuknya.

Kuncinya adalah umur, jika masih diberi umur berarti diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan.

Sedekah Menghindarkan dari Api Neraka

Suatu ketika Sayyidah Fatimah berkata kepada pembantunya “Saya tidak punya upah untuk membayarmu lagi, maka cukup sampai disini. Adapun upah hari ini yang bisa kuberi adalah sebutir kurma”.

Kemudian pembantunya pergi meninggalkan rumah Sayyidah Fatimah. Ketika di tengah jalan, dia merasa lapar dan ingin memakan sebutir kurma, tiba-tiba datanglah orang yang meminta-minta. Kemudian ia teringat firman Allah SWT “Ada orang datang meminta jangan kau tolak”. Padahal dia sendiri butuh, kelaparan. Tetapi dia membelah satu biji kurma hingga menjadi dua bagian, dan memberikan setengahnya kepada orang yang meminta tersebut.

Nabi kemudian didatangi malaikat Jibril dan berkata “Yaa Muhammad , bawa pembantumu yang tadi itu, Allah telah memindahkan dia dari ahli naar(neraka) menjadi ahli surga karena pahala sedekahnya dari separuh kurma.

Takwalah kamu kepada Allah meskipun hanya sebutir kurma.

Jalan Menuju Surga

Ada banyak jalan menuju surga. Bisa dari ibadah shalat, puasa atau bersedekah. Bersedekah tidak ada hitungannya (seperti zakat) siapapun bisa melakukannya tidak harus menunggu kaya terleih dahulu.

Pernah dikisahkan suatu ketika ada orang datang ke Nabi, lalu dia tiba-tiba meminta sesutu kepada Nabi, tetapi pada saat itu Nabi tidak memiliki apa-apa. Karena jiwa kebaikan-nya Nabi ingin terus melakukan kebaikan, maka Nabi berkata “Saya tidak ada uang, tapi kamu boleh pergi ke suatu tempat makanan (warung) dan berhutanglah atas nama saya”.

Ini adalah contoh, teladan Nabi dalam melakukan kebaikan. Tidak seperti kita yang mungkin saja memiliki sesuatu untuk berbagi tetapi kita tergoda dengan ajakan syaitan untuk menunda melakukan kebaikan (sedekah).

Siapa yang tahu menit kedepan akan ada apa yang terjadi ? Bisa jadi itu adalah kesempatan terakhir dalam berbuat baik, mungkin saja tiba-tiba ajal datang menjemput. Jika kita diberi kesempatan untuk bisa memberi, apa yang kita beri itu bisa menjadi penolong kita dari azab kubur dan jahannam.

Melihat Rasulullah melakukan hal itu (memberi hutang) pada peminta-minta, datang Sayyidina Umar bin Khattab kepada Rasulullah dan berkata “Yaa Rasulullah kenapa engkau mengerjakan sesuatu yang mana Allah saja tidak pernah memaksakan hambanya. Allah saja menyuruh kita beribadah sesuai dengan kesanggupannya. Tapi kenapa Yaa Rasulullah engkau sedikit memaksa dalam memberi”.

Namun terlihat dari wajah Rasulullah berubah menampakkan ketidaksukaan teguran dari Sayyidina Umar.

Tiba-tiba ada seorang pemuda anshar berdiri seraya berkata “Ya Rasulullah, bersedekahlah apa yang kau ingin sedekahkan, berilah apa yang ingin kau beri. Jangan pernah takut dengan kemiskinan karena kita punya Allah yang Maha Kaya.”

Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, dan berkata kepada Sayyidina Umar, “Ucapan inilah yang aku inginkan. Untuk itulah saya diutus dan saya diperintah untuk berbuat baik kepada semua orang” (HR Turmudzi).

Pahala Memberi

Andaikata kita sedang terdesak tetapi kita bahkan memberi (kepada orang lain), maka bisa jadi pahala (yang memberi dalam keadaan terdesak) itu lebih besar dibanding orang yang memberi dalam keadaan lapang.

Ada orang yang tidak bisa berbagi karena ternyata dia layak untuk diberi.

Orang Miskin vs Kaya dalam Bersedekah

Orang-orang miskin dizaman Nabi pernah datang kepada Nabi dan mengadu, mengeluh karena merasa tidak bisa berbagi. Mereka tidak memiliki harta atau sesuatu yang digunakan untuk berbagi, seperti halnya orang kaya.

Nabi tidak menyalahkan orang kaya, karena itu adalah karunia Allah. Biarkan dia beribadah dengan jalannya dia (dengan kekayaannya yang digunakan untuk berbagi di jalan Allah).

“Masih ada jalan lagi (yang pahalanya sama dengan sedekah)”. Kata Rasulullah “Kamu membaca tasbih, tahmid, tahlil dirumah maka kamu akan mendapat pahala sedekah selain mendapat pahala bacaan tersebut (tasbih, tahmid, tahlil). Selain kamu menjadi orang yang banyak syukurnya, kamu juga akan mendapat pahala sedekah. “Dan wajahmu yang tersenyum kepada saudaramu sesama muslim adalah sedekah.”

Allah itu Rahmat Nya, Karunia Nya sangat luas. Allah memberikan jalan untuk berbuat kebaikan luar biasa.

Dalam riwayat lain disebutkan, “Mengangkat kayu, duri, sampah berserakan itu juga terhitung sedekah”.

Maka orang-orang miskin yang mendengar itu bergembira. Mereka bisa melakukan kebaikan dari jalan-jalan lain (sedekah tanpa harta).

Kemudian orang kaya dizaman Nabi mendengar hal itu (tasbih, tahmid, tahlil adalah sedekah), maka bertambah semangatlah mereka dalam beribadah, selain melakukan sedekah rezeki, mereka juga melakukan sedekah lisan, sedekah senyum. Lalu orang kaya berkata “Alhamdulillah, apa yang dilakukan orang susah, kita bisa mengamalkannya juga”.

Kemudian orang-orang miskin mendengar apa yang dilakukan orang kaya. Maka datanglah kembali orang miskin kepada Nabi dan berkata “Yaa Rasul enak sekali mereka orang kaya yang memiliki uang, mereka sedekah uang, tetapi mengerjakan sedekah lisan juga“.

Lalu Nabi menjawab “Itulah karunia Allah, Allah berikan kepada siapapun yang Allah kehendaki”. Dan tidak ada yang bisa menghalangi.

Jika kita ingin jadi orang baik, fokuslah kepada kebaikan. Banyak sedikitnya, diterima atau tidaknya Allah yang mengukur. Jika tidak memiliki harta berlebih, kita juga bisa sedekah dengan mengejar keutamaannya, dan sedekah yang terpenting adalah niatnya.

Keutamaan Sedekah Pada Perut Yang Lapar

Dikisahkan suatu hari ada seorang Raja sedekah melakukan Umrah. Dimana orang yang mengerjakan pahala Umrah itu besar, dan jika kita melakukan shalat di Mekkah pahalanya 100.000 kali lebih besar dibanding masjid-masjid lainnya, begitu juga baca Quran dll.

Setelah beribadah umrah dia berkata kepada ajudannya “Malam ini saya ingin sedekah dengan jumlah yang paling banyak yang tidak ada orang yang bisa mengungguli saya”. Kemudian malam itu Raja bersedekah banyak, berbagi ini dan itu.

Kemudian setelahnya Raja bermimpi. Dalam mimpinya dikatakan “Ketahuilah bahwa pada malam yang sama ada satu orang yang bersedekah tapi pahala sedekahnya mengungguli kamu, sedekah nya lebih banyak dari kamu“.

Lalu paginya dia terbangun dan mencari tau orang yang bersedekah mengunggulinya. Didapatlah informasi bahwa orang yang mengunggulinya dalam bersedekah adalah seorang ulama yang tinggal di Yaman.

Kemudian ketika dalam perjalanan pulang, Raja pergi ke Yaman untuk menemui Ulama tersebut. Raja penasaran ingin mengeahui apa yang disedekahkan orang tersebut hingga mengunggulinya dalam bersedekah.

Setelah sampa di Yaman, Raja bertanya-tanya pada penduduk sekitar mengenai orang yang sedang dicarinya. ketika sudah menemukan dimana rumahnya, Raja hanya memandang dari jauh. Dilihatnya dari jauh, rumah orang yang sedang dicarinya nya itu sangat kecil.

Lalu Raja berkata “Apa ini orang yang bersedekah mengungguli saya ?”. Raja kemudian menunggu yang punya rumah kembali pulang hingga datang waktu maghrib.

Kemudian ketika yang punya rumah datang, berkunjunglah Raja ke rumah Ulama tersebut, kemudian Raja disuguhkan satu roti kering dan air. Roti tersebut dibelah dua dan separuhnya diberi kepada Raja. kemudian Raja bingung dsan berkata dalam hati “Apa yang disedekahkan orang ini hingga mengungguliku, padahal menyuguhkan tamu saja dengan roti kering yang dibelah dua, rumahnya miskin, dan susah. “

Lalu Raja bertanya kepada Ulama tersebut, “Wahai Syekh apa yang engkau sedekahkan pada suatu malam, kalau saya boleh tau sedekah apa dan berapa banyak. Karena saya ditegur Allah ternyata sedekahmu mengungguli sedekahku”.

Dijawab oleh Ulama itu “Yang aku sedekahkan pada malam itu adalah separuh biskuit seperti yang aku bagi kepadamu“.

“Hanya itu ? ” tanya Raja.

“Ya hanya itu” jawab Ulama.

Kemudian Ulama itu berkata lagi, “Pada malam itu saya mau makan malam, tiba-tiba saya melihat ada orang duduk di pinggir jalan, matanya memerah karena mengantuk dan tangannya memegang perut karena kelaparan. Lalu aku sadar dia sedang kelaparan sama sepertiku. Kemudian aku panggil dia, diajak duduk, dan aku hanya punya roti, maka kuberi dia roti separuh serta minuman air“.

Sedekah yang hanya separuh roti kepada orang yang lapar mampu mengungguli sedekah yang bilangannya banyak.

Ada sebuah hadits dikisahkan Nabi Ibrahim setelah bangun Ka’bah rampung, lalu berdoa kepada Allah,

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Artinya “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 127-128).

Kemudian Allah menjawab doa Nabi, “Wahai Ibrahim, tahukah kamu ada pahala yang lebih besar dari membangun Ka’bah“.

Lalu Nabi Ibrahim bertanya “Apa itu Ya Rabb ?”.

Allah menjawab “Sesuap nasi/roti yang kau berikan kepada perut orang yang lapar pahalanya lebih besar daripada kamu membangun Ka’bah“.

Dari kisah Raja tadi, Sang Raja tersadar dan berkata kepada Ulama “Memang Allah Maha Kaya, dan kau memang lebih patut mendapat pahala yang lebih unggul dari pada aku”.

“Kenapa ?” tanya Ulama.

“Saat aku bersedekah memang aku (sedang) memiliki (harta), tetapi kau bersedekah disaat kau tidak memiliki“.

Kunci dari kebaikan adalah tidak menunggu sampai kita memiliki. Shalat tidak menunggu kita sehat. Sedekah tidak menunggu kita kaya. Membaca wirid tidak menunggu good mood.

Kebaikan dapat kita lakukan kapan saja, dimana saja. Selagi kita masih bisa melakukan kebaikan maka lakukanlah kebaikan.

والله أعلمُ بالـصـواب