Bagaimana Agar Wanita Istiqomah Dalam Mengaji
Kamu betul-betul bertekad ingin berilmu ?
Karena sejatinya kalau tekadmu kuat ingin berilmu, maka kamu akan mengabaikan apapun rintangan sekalipun itu lingkuanganmu.
Contoh. Ada orang masuk kuliah. Dia dikelilingi teman yang bermacam-macam karakternya. Dimasa kuliah itu, tidak semua orang belajarnya serius. Tapi siapa yang punya tekad, kesungguhan, mereka akan sungguh-sungguh belajar, maka dia akan mendapatkan apa yang dia ingin dapatkan. Kalau dia niatnya belajar, ada teman yang mengajak makan, jalan, maka dia akan dengan mudah bilang , “Maaf saya ada kelas“.
Sama seperti orang kantoran, temannya arisan ngajak arisan. Tapi kalau sudah waktunya ngantor, maka dia akan mudah bilang, “Gak bisa, saya harus ngantor “. Kenapa? karena dia tahu mana yang harus diprioritaskan di antara yang lain-lainnya. Dia tahu tekadnya mau kerja atau mau main.
Orang yang terkadang ingin menuntut ilmu, tidak tahu tekadnya, tujuannya, harapannya yang harus diprioritaskan itu apa ? Dia tidak tahu
Makanya, ketika ada pengajian, tiba-tiba teman ngajak jalan-jalan, dia mulai goyang.
“Yang mana yang saya ikutin ya, kajian atau jalan-jalan ?”
Prioritasnya yang mana, tanya sama diri kamu. Mau berteman atau mau berilmu?
Kalau tekadnya mau berilmu, maka lingkungannya menghambat sekuat apapun kamu akan sampai ke tempat ilmu, layaknya orang yang bekerja apapun halangan rintangan macet dan lain sebagainya kamu akan tetap ngantor apapun konsekuensinya. Itu karena orang kantor bertanggung jawab.
Tapi orang mengaji merasa tidak punya tanggung jawab, orang menuntut ilmu merasa tidak bertanggung jawab. Yang bertanggung jawab hanya yang buka pengajian (Tuan Rumah). Rumahnya dibuka, dia merasa bertanggung jawab karena harus menyiapkan makanan.
Tapi, jamaahnya yang datang tidak memiliki tanggung jawab yang serupa. Sejatinya orang kalau sudah memutuskan untuk menuntut ilmu, yang punya rumah ataupun yang menuntu ilmu punya tanggung jawab yang sama.